Dalam dunia jurnalistik, berita biasanya dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu straight news (berita langsung) dan feature (berita khas).
Feature jurnalistik adalah jenis tulisan yang tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga menghadirkan kisah, emosi, dan kedalaman yang lebih personal.
Jika berita langsung berfokus pada pertanyaan 5W+1H (what, who, when, where, why, how) secara lugas dan ringkas, maka feature berusaha memberi makna yang lebih, menghadirkan suasana, serta membuat pembaca “merasakan” cerita yang disampaikan.
Simak ulasan RadVoice Indonesia mengenai karakteristik feature jurnalistik dan cara penulisannya yang menarik!
Bagaimana Gambaran Feature Jurnalistik?
Feature sering kali mengangkat sisi human interest, yaitu hal-hal yang menyentuh sisi kemanusiaan pembaca. Misalnya, kisah perjuangan seorang guru di pedalaman, potret kehidupan masyarakat adat, atau cerita inspiratif seorang penyandang disabilitas yang berprestasi.
Dengan pendekatan ini, feature tidak hanya menginformasikan, tetapi juga menggugah hati.
Karakteristik utama feature jurnalistik adalah:
- Fokus pada cerita, bukan sekadar fakta.
- Memuat detail deskriptif yang menggambarkan suasana, tokoh, dan latar.
- Mengandung nilai human interest, sehingga pembaca merasa dekat dengan cerita.
- Lebih fleksibel dalam gaya penulisan, boleh menggunakan metafora, dialog, atau alur naratif seperti karya sastra.
Menurut Poynter Institute, feature harus memiliki elemen narasi yang kuat seperti tokoh, konflik, latar belakang, dan resolusi guna menciptakan keterlibatan emosional pembaca.
Dengan kata lain, feature jurnalistik adalah jembatan antara dunia fakta dan dunia sastra, menyampaikan informasi dengan cita rasa.
Baca juga: 5+ Tips Menulis Feature yang Menyentuh Hati Pembaca
Struktur Berita Feature yang Efektif
Meskipun lebih luwes dibandingkan berita langsung, tulisan feature tetap memiliki struktur agar mudah dipahami pembaca. Beberapa struktur yang sering digunakan antara lain:
1. Lead (Pembuka yang Memikat)
Lead dalam feature tidak harus “keras” seperti straight news. Ia bisa berupa anekdot, kutipan, atau deskripsi suasana. Tujuannya adalah menarik perhatian pembaca sejak kalimat pertama. Misalnya, memulai dengan kisah kecil, suara, bau, atau gambaran suasana yang unik.
Misalnya, memulai dengan kisah kecil, suara, bau, atau gambaran suasana yang unik.

2. Inti Cerita
Setelah pembuka yang memikat, feature biasanya menghadirkan paragraf yang menjelaskan inti cerita: apa yang akan dibahas, mengapa penting, dan apa sudut pandangnya.
Bagian ini memberikan konteks kepada pembaca.
3. Body (Isi dengan Rincian)
Bagian isi adalah tempat cerita berkembang. Penulis menyajikan data, kutipan narasumber, deskripsi suasana, dan detail yang memperkuat narasi.
Struktur dalam body bisa berupa kronologi, tematik, atau gabungan keduanya. Detail inilah yang membedakan feature dari berita langsung.
4. Penutup yang Berkesan
Penutup feature jurnalistik biasanya tidak berupa ringkasan kaku, melainkan kesan yang kuat: bisa berupa kutipan inspiratif, kalimat reflektif, atau gambaran suasana yang menggantung di benak pembaca.
Ending dalam feature harus memberikan “aftertaste” emosional.
Struktur ini bukan aturan kaku, melainkan panduan. Banyak feature jurnalistik berhasil karena penulisnya berani bermain dengan alur, selama esensi ceritanya tetap terjaga.

Baca juga: 3 Manfaat Artikel Feature, Bisa Tingkatkan Brand Awareness
Teknik Penulisan Feature Jurnalistik
Agar tetap terasa hidup dan menggugah, ada beberapa teknik penulisan yang bisa diterapkan;
1. Gunakan Lead yang Kreatif
Hindari pembukaan yang klise. Mulailah dengan deskripsi kuat, dialog, atau momen kecil yang merepresentasikan isu besar. Pembaca akan terpikat jika kalimat pertama sudah membuat penasaran.
2. Terapkan Deskripsi yang Detail
Gunakan pancaindra dalam menulis. Jangan hanya mengatakan “ruangan itu panas”, tetapi gambarkan bagaimana keringat menetes dari dahi, kipas angin berdecit pelan, atau udara terasa lengket.
Detail semacam ini membuat pembaca seolah-olah hadir di lokasi.
3. Angkat Human Interest
Feature selalu lebih menarik bila berfokus pada manusia: kisah perjuangan, emosi, konflik, atau kebahagiaan. Jangan hanya menulis tentang peristiwa, tetapi ceritakan orang-orang di balik peristiwa itu.
4. Gunakan Kutipan yang Menghidupkan
Narasumber dalam feature tidak hanya sebagai sumber data, tetapi juga penguat narasi. Pilih kutipan yang menggambarkan emosi atau karakter, bukan sekadar informasi hambar.
Misalnya, pernyataan seorang ibu yang kehilangan rumah karena banjir dan apa yang dia rasakan, akan lebih kuat daripada angka kerugian material semata.
5. Atur Ritme dan Cerita
Feature bisa ditulis dengan gaya kronologis (urutan waktu), mosaik (potongan-potongan cerita yang disatukan), atau deskriptif. Apa pun gayanya, pastikan alurnya mengalir alami dan mudah diikuti.
Jurnalis kumparan Abdul Latif mengatakan salah satu yang umum dipakai dalam penulisan feature yaitu storytelling.
Dalam teknik storytelling tulisan disusun seperti bertutur, sehingga lebih nyaman dibaca, tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga membangun alur yang menarik seperti dalam sebuah narasi.
6. Perhatikan Etika Jurnalistik
Meskipun lebih luwes, feature tetaplah karya jurnalistik.
Fakta harus akurat, tidak boleh dilebih-lebihkan, dan tetap menghargai privasi narasumber. Penulis boleh kreatif dalam gaya bahasa, tetapi tidak boleh mengorbankan kebenaran.
7. Ending yang Menggugah
Jangan menutup feature dengan data kering. Gunakan kalimat penutup yang kuat, yang bisa membuat pembaca merenung, tersenyum, atau bahkan meneteskan air mata.
Contoh Feature Jurnalistik
Untuk memahami bagaimana teori di atas bekerja, berikut adalah beberapa contoh feature singkat jurnalistik yang menarik:
1. Potret Guru di Pedalaman
“Setiap pagi, Pak Ahmad menempuh perjalanan sejauh lima kilometer melewati jalan berlumpur untuk tiba di sekolah kecil di kaki gunung. Dengan papan tulis reyot dan bangku yang sudah rapuh, ia tetap semangat mengajar 15 muridnya. ‘Mereka masa depan desa ini,’ katanya sambil tersenyum.”
Feature semacam ini tidak hanya menyampaikan fakta tentang kurangnya fasilitas pendidikan, tetapi juga menghadirkan kisah inspiratif seorang tokoh.
2. Suasana Ramadan di Pasar Tradisional
“Menjelang berbuka puasa, aroma kolak pisang bercampur dengan wangi sate padang memenuhi udara di Pasar Gede. Ibu-ibu berdesakan memilih kurma, anak-anak berlarian sambil membawa es kelapa muda, dan pedagang sesekali melantunkan doa agar dagangannya laris.”
Tulisan ini membawa pembaca merasakan suasana khas Ramadan, lengkap dengan detail pancaindra.
3. Cerita di Balik Layar Relawan Bencana
“Di tengah hujan deras dan lumpur setinggi betis, Rani, seorang mahasiswa kedokteran, tak henti memeriksa kondisi korban gempa. ‘Kami harus cepat, karena setiap menit berarti nyawa,’ ujarnya sambil menyalakan senter di tangan.”
Feature ini menyoroti sisi kemanusiaan para relawan, bukan sekadar angka korban dan kerugian material.
Baca juga: 3 Jenis Artikel Feature yang Cocok untuk Perusahaan
Feature jurnalistik versi panjang
Selain itu, juga bisa Anda simak tulisan feature jurnalistik versi panjang;
“Penerbangan ke Tiongkok Masih Mencekam
Di bulan Mei tahun 2022, ketika beberapa negara telah melonggarkan aturan penerbangan untuk mengundang turis pasca merebaknya kasus virus Covid-19, tidak demikian dengan penerbangan ke Tiongkok.

Semua pelaku perjalanan internasional dibekali berbagai aturan yang ketat dan panjang, mulai tes rangkaian tes PCR hingga kelengkapan pencegahan penularan covid-19 selama penerbangan.
Suasana mencekam terasa mulai selepas karantina pra keberangkatan di Jakarta. Saya bersama seluruh penumpang maskapai Xiamen Airlines dengan tujuan Bandara Fuzhou Changle International Airport Tiongkok digiring dengan menggunakan bus setelah dilakukan pengecekan swab terakhir.
Sambil menanti boarding, para penumpang yang 90% lebih merupakan pemegang paspor Tiongkok yang pulang kampung mengenakan seragam hazmat putih, tertutup disertai dengan masker dan face shield.
Pramugara-pramugari pesawat menggunakan hazmat rapat, lengkap dengan masker, sarung tangan karet, dan kacamata pengaman, goggles, sehingga hanya kedua mata dan alis yang terlihat.
Maskapai hanya menaruh tas kertas kecil di setiap kursi berisikan 1 roti abon, 1 camilan, air mineral 330 milliliter, serta pulpen dan kartu ketibaan yang harus diisi.
Ketat dan Disiplin
Urutan penumpang keluar dari pesawat pun diatur ketat dan tertib, yaitu hanya per 10 orang tiap giliran. Mereka dipersilakan mengambil koper di kabin lalu berjalan keluar pesawat.
Namun, pada kenyataannya banyak penumpang warga Tiongkok sendiri yang berusaha memaksakan kehendak, bergegas berdiri membuka kenop penyimpanan kabin.
Hal ini membuat pramugari berkali-kali memarahi mereka untuk tidak gegabah dan menyuruh untuk kembali ke tempat duduk menunggu giliran turun.
Selain itu, para petugas imigrasi yang berbicara bahasa Inggris minim. Proses imigrasi sempat alot ketika staf imigrasi asing butuh penjelasan lebih lanjut soal visa J2, izin tinggal bagi jurnalis untuk jangka waktu enam bulan dengan tujuan pertukaran ilmu dan peliputan.
Oleh karena itu, saya harus menghubungi pihak pengundang untuk menjelaskan dengan bahasa Mandarin. Kemudian, sebelum menuju bus dan penginapan, lagi-lagi bak sapi digiring, penumpang satu per satu menjalani cek data.
Perlu dicatat, penginapan belum tentu sama, bergantung pada pengaturan oleh pemerintah setempat, untuk kemudian setiap orang akan dimonitor kesehatannya selama 14 hari, sebelum kemudian diperbolehkan melanjutkan penerbangan ke Beijing.“
Menulis feature jurnalistik yang memainkan emosi pembaca membutuhkan perpaduan antara fakta yang kuat dan narasi.
Dengan memilih sudut pandang unik, menciptakan lead menarik, dan menggali sisi human interest, Anda dapat menghasilkan feature yang tidak hanya informatif tetapi juga berkesan.
Mana tips menulis artikel feature jurnalistik yang paling cocok dengan Anda? Konsultasikan bersama RadVoice dan temukan pendekatan yang tepat untuk menyuarakan pesan brand Anda melalui feature!
