Brand susu gandum Oatly sempat menjadi topik hangat di ranah marketing dengan slogannya, “Hey food industry! Show us your numbers.”
Melalui slogan tersebut, Oatly seakan ingin mengadu data dengan brand lain, yang dalam hal ini adalah dampak produknya terhadap lingkungan.
Itu adalah contoh konten eksplisit.
Saat mendengar istilah pesan eksplisit, mungkin Anda langsung membayangkan sesuatu yang vulgar, kasar, atau tidak pantas.
Tapi, sebenarnya, konten eksplisit adalah bentuk penyampaian informasi yang sangat jelas dan to the point, atau tidak berbelit-belit.
Konten jenis ini bisa jadi alat yang sangat kuat dalam komunikasi, bahkan strategi pemasaran. Namun, jika tidak digunakan secara hati-hati, justru bisa memicu kontroversi atau konflik.

RadVoice Indonesia akan membahasnya lebih detail.
Apa Itu Konten Eksplisit?
Konten eksplisit adalah konten yang disampaikan secara terang-terangan, tanpa menyamarkan makna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “eksplisit” berarti “gamblang, terus terang, dan tidak berbelit-belit.”
Dalam konteks konten, ini berarti menyampaikan pesan secara lugas dan langsung ke inti.
Bandingkan dengan konten implisit, yang justru menyisipkan pesan secara halus atau tersirat.
Namun, karena sifatnya yang blak-blakan, konten eksplisit sering disalahartikan sebagai kasar atau tidak sopan, padahal tujuannya bukan selalu untuk menyinggung.
Seperti diungkap dalam kebijakan The Washington Post:
“We shall avoid profanities and obscenities unless their use is so essential to a story of significance that its meaning is lost without them. In no case shall obscenities be used without the approval of the executive or managing editors.”
Kunci dalam Penulisan Konten Eksplisit
Saat menyusun konten eksplisit, setidaknya ada dua poin yang perlu diperhatikan: cara penyampaian dan konteks penggunaannya.
Cara penyampaian mengacu pada bagaimana konten eksplisit itu disusun dan disuarakan.
Apakah pesannya disampaikan dengan nada menantang seperti Oatly? Atau lugas dan mengedukasi seperti kampanye anti-rokok yang menunjukkan dampak kesehatan secara gamblang?
Gaya penyampaian yang terlalu agresif bisa membuat audiens merasa diserang, sementara gaya yang terlalu datar justru bisa kehilangan dampaknya.
Oleh karena itu, penting untuk memilih nada bicara, visual, dan kata-kata yang tepat agar pesan tetap eksplisit tapi tidak menyulut resistensi.

Sementara itu, konteks penggunaannya adalah tentang kapan dan di mana konten eksplisit itu muncul.
Misalnya, konten eksplisit yang membahas dampak lingkungan bisa terasa tepat ketika muncul saat Hari Bumi atau setelah rilis laporan iklim.
Tapi, jika muncul di momen yang tidak relevan, atau dalam kultur audiens yang belum siap, dampaknya bisa berbalik negatif.
Konteks juga mencakup siapa target audiensnya. Generasi muda cenderung lebih terbuka terhadap konten yang transparan dan to the point, sedangkan kelompok yang lebih konservatif mungkin membutuhkan pendekatan yang lebih halus.
Karakteristik Konten Eksplisit
Agar Anda lebih mudah mengenali dan memahami konten eksplisit, berikut ciri-cirinya beserta contoh nyata:
Langsung ke Inti Permasalahan
Konten eksplisit memotong narasi berbelit dan langsung mengutarakan poin penting.
Contoh: Video iklan Dollar Shave Club yang viral, dengan narasi “Our blades are f***ing great,” langsung menegaskan keunggulan produk tanpa basa-basi.
Bahasa Tegas dan Tanpa Basa-Basi
Pemilihan kata menggunakan istilah yang kuat dan jelas, tanpa frasa panjang yang melebar.
Contoh: Tagline Slack, “Where work happens,” menyampaikan fungsi platform secara ringkas dan tegas.
Terkesan Berani, Bahkan Kontroversial
Karena penyampaiannya blak-blakan, konten eksplisit bisa mengejutkan audiens dan memancing perhatian, meski berisiko memicu debat.
Misalnya, iklan Benetton yang menampilkan gambar-gambar kuat tentang isu sosial seperti perang, AIDS, dan rasisme.
Konten mereka sering menimbulkan perdebatan, tapi memang dirancang untuk itu: menggugah, bukan menyenangkan.

Baca juga: 5+ Kesalahan Menulis Konten yang Wajib Dihindari Content Writer
Berpotensi Menimbulkan Reaksi Keras
Tanpa data pendukung atau nuansa empati, konten eksplisit dapat dianggap menyerang atau meremehkan kelompok tertentu.
Sebagai contoh, sebuah brand makanan cepat saji di Inggris pernah menggunakan slogan “Another Vegan Sausage Roll? Nobody Cares.”.
Slogan tersebut memicu respons keras dari komunitas vegan, padahal tujuan awalnya adalah satire.
Konten Eksplisit di Dunia Marketing
Di dunia pemasaran, konten eksplisit adalah strategi yang bisa meningkatkan brand awareness, namun jika digunakan dengan bijak.
Konten eksplisit menyampaikan pesan secara lugas, sering kali tanpa sensor, dengan tujuan menarik perhatian secara instan.
Oatly
Perusahaan oat milk asal Swedia, Oatly, terkenal dengan gaya komunikasinya yang blak-blakan.

Mereka dengan jelas menyatakan bahwa produk mereka lebih sehat dari susu sapi, bahkan terkadang menyindir langsung kompetitor.
Pendekatan ini terbukti efektif. Studi dari Atlantis Press menunjukkan bahwa strategi eksplisit Oatly berhasil meningkatkan kesadaran merek dan penjualan.
Iklan Rokok
Di Indonesia, contoh konten eksplisit bisa Anda lihat di bungkus rokok.
Pemerintah mewajibkan produsen rokok menyertakan peringatan kesehatan yang jelas dan mengerikan, meski perusahaan tetap ingin produknya terjual.
Namun, tidak semua pendekatan eksplisit diterima di sini.
Untuk mencegah penyalahgunaan, Dewan Periklanan Indonesia membentuk Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang melarang penggunaan kata superlatif (seperti “terbaik”, “nomor satu”) tanpa bukti, dan melarang konten yang menjatuhkan kompetitor secara terang-terangan.
Scarlett Whitening
Brand kecantikan lokal ini juga kerap menggunakan pendekatan eksplisit, terutama dalam endorsement oleh influencer.
Mereka sering menyebut secara langsung masalah kulit seperti “kulit kusam dan belang,” dan menyarankan produk Scarlett sebagai solusi.
Dengan pemilihan kata yang tajam dan jujur, brand ini sukses menarik perhatian target pasar dan membangun asosiasi yang kuat antara masalah kulit dan produk mereka.
Kekurangan Konten Eksplisit
Meski powerful, konten eksplisit adalah pedang bermata dua. Ada beberapa risiko jika Anda menggunakannya sembarangan:
Rentan Memicu Konflik
Pernyataan terlalu lugas bisa disalahartikan sebagai sindiran atau serangan. Kompetitor bisa tersinggung, dan publik bisa mengkritik brand Anda karena dinilai tidak etis.
Contohnya, perusahaan yang menyatakan “produk kami lebih bagus daripada X” tanpa bukti bisa mendapat kecaman, terlebih jika disebutkan langsung.

Penyaringan oleh Platform atau Regulator
Konten eksplisit, terutama yang dianggap tidak pantas untuk usia tertentu, sering kali disaring atau dibatasi.
Misalnya:
- Lagu dengan lirik eksplisit diberi label “Explicit” oleh platform streaming.
- Iklan rokok hanya boleh tayang di televisi setelah pukul 22.00 WIB.
- Konten dewasa tidak bisa dipromosikan di media sosial umum.
Akibatnya? Jangkauan konten jadi terbatas.
Berisiko Menimbulkan Salah Paham atau Kesan Negatif
Karena sifatnya yang gamblang dan tegas, pesan bisa dengan mudah disalahartikan jika tidak dikemas dengan konteks yang tepat.
Tanpa kejelasan narasi atau landasan data, brand bisa dianggap menyerang, sinis, atau tidak peka terhadap isu sosial.
Ingin tahu apakah gaya konten eksplisit cocok untuk brand Anda tanpa menimbulkan kontroversi? Konsultasikan bersama RadVoice dan temukan pendekatan yang tepat untuk menyuarakan pesan brand Anda!
