Dinamika Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda Menjadi Komunikator di Bumi Cenderawasih

Menjadi seorang humas di sebuah politeknik negeri yang berada jauh dari pusat kota besar bukanlah hal biasa.

Itulah kisah menarik dari Roirike Bewinda, sosok di balik humas Politeknik Negeri Fakfak (Polinef), yang berbagi pengalamannya dalam wawancara bersama RadVoice Indonesia.

Dengan gaya bercerita yang ringan, kadang penuh humor, kadang juga reflektif, ia membuka cerita tentang bagaimana rasanya hidup dan bekerja di Fakfak, Papua Barat.

Kepada RadVoice Indonesia, Roirike tak sekadar berbicara soal pekerjaan, tapi juga tentang kehidupan sehari-hari di Fakfak yang damai, tentang masyarakat yang ramah, serta bagaimana peran humas menjadi jembatan penting antara kampus, mahasiswa, dan masyarakat.

Perjalanan Karier Roirike sebagai Humas Politeknik Negeri Fakfak

Sebelum menjadi seorang komunikator, Roirike sempat menjajal berbagai profesi: bekerja di agensi PR, menjadi guru SD, peneliti, penulis, hingga mysterious shopper

“Semua pengalaman ini membuat saya semakin memahami esensi komunikasi dan hubungan masyarakat ketika akhirnya kembali lagi ke dunia humas,” ujarnya.

Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda
Sebelum menjadi humas, Roirike menjajal berbagai profesi yang membentuk pemahamannya tentang komunikasi. (Semua foto oleh Roirike Bewinda)

Keputusannya menjadi PNS di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (yang kini menjadi Kemendiktisaintek RI) sempat mengundang reaksi beragam dari keluarga. 

Ada yang mendukung, ada yang khawatir karena pemberitaan media nasional sering menyoroti konflik di Papua. 

Namun, Roirike memilih untuk percaya pada doa dan perlindungan Tuhan, sekaligus menantang dirinya bekerja di wilayah Indonesia Timur yang sebelumnya belum pernah ia rasakan.

Ternyata, hidup di Fakfak memberinya banyak kejutan menyenangkan. Ia bisa mencapai kantor hanya dalam waktu tiga hingga lima menit, jauh dari macet dan sesak transportasi umum di Jakarta. 

Setiap pulang kerja, pemandangan laut biru dengan kapal melintas dan Pulau Panjang menyambutnya. “Saya masih kagum sampai detik ini, kok cantik banget ya tempat ini,” ungkapnya.

Tantangan Kreativitas Humas Politeknik Negeri Fakfak

Meski indah, bekerja di Fakfak bukan tanpa kendala.

Sebagai humas, Roirike harus menghadapi keterbatasan infrastruktur: listrik sering padam, sinyal melemah, dan dana promosi kampus yang terbatas. Namun, semua itu bukan alasan untuk berhenti berkarya.

Contohnya, ketika promosi kampus tidak bisa dilakukan ke banyak daerah karena dana minim, Roirike memanfaatkan jaringan alumni untuk menyebarkan informasi kepada adik kelas mereka. 

Promosi sederhana di sekolah-sekolah di Fakfak pun tetap mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda
Meski terbatas infrastruktur dan dana, Roirike tetap kreatif mempromosikan Polinef lewat jaringan alumni dan sekolah lokal.

Dalam menyelenggarakan acara kampus, ia sering berkreasi dengan barang bekas. Kardus dan kertas yang sudah tidak terpakai disulap menjadi dekorasi sederhana.

“Lumayan kan bisa memanfaatkan barang yang ada,” katanya. 

Bagi Roirike, kreativitas humas bukan soal budget besar, tapi bagaimana pesan bisa tersampaikan dengan efektif.

Urusan jaringan internet juga sering menguji kesabaran. Pernah suatu kali, ketika kampus harus mengadakan meeting online penting, listrik padam dan sinyal melemah. 

Solusinya? Menggunakan genset kantor atau menumpang di rumah teman yang kebetulan tidak terkena pemadaman.

“Positif aja pakai ilmu bisa, maka apapun bisa!” ujarnya penuh semangat.

Baca Juga: 6 Jenis Media Relations untuk Meningkatkan Awareness Publik

Hubungan Humas Politeknik Negeri Fakfak dengan Masyarakat

Salah satu tugas utama humas Politeknik Negeri Fakfak adalah menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar. 

Menurut Roirike, interaksi dengan warga tidak selalu mulus, ada kalanya terjadi perbedaan pendapat atau kesalahpahaman. Tetapi bagi humas, penting untuk tidak hanya mendengar dari satu sisi saja.

“Kadang yang diberitakan media sosial belum tentu sama dengan yang sebenarnya terjadi. Jadi kita harus hati-hati,” jelasnya. 

Dengan sikap tenang dan terbuka, ia berusaha menjaga komunikasi yang sehat dengan semua pihak.

Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda
Roirike menjaga hubungan baik dengan masyarakat Fakfak dengan komunikasi terbuka dan hati-hati meski terkadang muncul perbedaan pendapat.

Selain itu, ia juga aktif ikut kegiatan lokal. Misalnya, ia rutin menghadiri acara Sunmor Line Dance, sebuah kegiatan nonprofit ibu-ibu di pinggir pantai Fakfak. Dari sana, ia tidak hanya menambah relasi, tapi juga mendapat banyak informasi berguna seputar kehidupan kota Fakfak. 

Baginya, humas bukan hanya hadir di kantor, tapi juga membaur dengan masyarakat dalam keseharian.

Baca Juga: 13 Skill Public Relations yang Wajib Dimiliki Humas untuk Bersaing di Era Digital

Cerita Berkesan Menjadi Humas Politeknik Negeri Fakfak

Banyak cerita yang membekas di hati Roirike selama menjadi humas. 

Salah satunya adalah ketika ia diajak mahasiswa dan dosen mengikuti pengabdian masyarakat di desa sekitar. Ia ikut belajar membuat bakso ikan tuna, sebuah pengalaman seru yang cocok dengan hobi makannya. 

“Merengkuh dua-tiga pulau terlampaui,” candanya, karena sekaligus bisa belajar dan mencicipi hasil olahan mahasiswa.

Namun, pengalaman paling emosional datang ketika seorang anak penjual jajanan yang dikenalnya ketahuan mencuri uang di rumah dosen. Anak itu menangis ketakutan, khawatir akan dipenjara atau dimarahi ibunya. 

Roirike mengaku marah, kecewa, sekaligus kasihan. Ia akhirnya memilih mengantar anak itu pulang tanpa kekerasan, lalu menasihatinya di sepanjang perjalanan.

Meski sempat menutupi kasus itu, ia akhirnya sadar bahwa kejujuran lebih penting. Setelah berdiskusi dengan seorang senior di kepolisian, ia pun memberitahu keluarga si anak tentang kejadian sebenarnya. 

Reaksi keluarga penuh rasa malu dan penyesalan, tetapi akhirnya bisa menerima dan berjanji memperhatikan si anak lebih baik. Rekan dosen yang kehilangan uang pun memilih memaafkan.

Bagi Roirike, pengalaman itu menjadi pengingat bahwa humas tidak hanya bekerja di balik publikasi, tapi juga harus berani jujur meski menyakitkan.

“Jadi humas itu bukan soal gemerlap, tapi juga soal kemanusiaan,” katanya tegas.

Mimpi Roirike untuk Humas Politeknik Negeri Fakfak

Berbicara tentang masa depan, mata Roirike berbinar. Ia punya mimpi besar agar humas Politeknik Negeri Fakfak menjadi jembatan informasi yang transparan, adil, dan bermanfaat bagi semua pihak, baik mahasiswa, dosen, masyarakat Fakfak, maupun dunia luar.

Lebih jauh, ia ingin Polinef semakin dikenal lewat berbagai event skala nasional hingga internasional. 

Tidak hanya acara akademik, tetapi juga festival musik, olahraga, hingga kompetisi kreatif yang bisa menarik perhatian generasi muda.

Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda
Roirike bermimpi humas Polinef jadi jembatan informasi dan dikenal lewat event kreatif.

Bahkan, ia membayangkan festival bertema buah pala, ikon khas Fakfak, sebagai ajang yang bisa mendatangkan devisa untuk daerah.

“Kalau kampus kita ingin maju, kita harus kasih yang terbaik. Boleh dong ambisius sedikit, biar Polinef jadi politeknik negeri terbaik di Indonesia, siapa tahu juga dunia,” ujarnya.

Kesimpulan

Roirike Bewinda menceritakan perjalanan uniknya menjadi humas di Politeknik Negeri Fakfak, Papua Barat. Meski jauh dari pusat kota, ia menikmati kehidupan damai di Fakfak, masyarakat yang ramah, dan pemandangan alam yang indah. 

Berbagai pengalaman sebelumnya di PR, pendidikan, dan penelitian membentuk kemampuannya berkomunikasi, sementara tantangan seperti keterbatasan infrastruktur dan dana promosi mendorong kreativitasnya dalam menjalankan tugas humas.

Selain mengelola informasi kampus, Roirike aktif membangun hubungan dengan masyarakat, menghadiri kegiatan lokal, dan menjaga komunikasi yang transparan. Pengalaman-pengalaman berkesan, termasuk menangani kasus anak penjual jajanan, mengajarkan pentingnya kejujuran dan kemanusiaan.

Ia bermimpi menjadikan Humas Polinef sebagai jembatan informasi yang bermanfaat dan memperkenalkan kampus ke skala nasional maupun internasional melalui berbagai event kreatif.

Wawancara dengan Roirike Bewinda dilakukan pada Jumat, 12 September 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?