Tidak semua orang berani meninggalkan pekerjaan impian yang sudah digeluti bertahun-tahun. Tapi itulah yang dialami Monica Ramadhona Wareza. Dia beranjak untuk alih karier dari jurnalis menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Dari ruang redaksi CNBC Indonesia yang dinamis, kini Monica duduk di meja birokrasi sebagai Analis Berita di Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.
Peralihan jalur karier ini tidak datang tiba-tiba. Ada kisah personal, pergulatan batin, dan tentu saja adaptasi besar-besaran dari dunia media ke dunia birokrasi.
Monica berbagi kisahnya kepada RadVoice Indonesia.
Dorongan Orang Tua untuk Resign Dari Jurnalis Menjadi PNS
Monica tidak menutup-nutupi alasan awal ia ikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). “Sejujurnya, awalnya hanya untuk menuruti keinginan orang tua,” katanya.
Selama ini, Monica selalu menolak permintaan orang tua untuk mencoba tes, karena sudah sangat nyaman dengan pekerjaannya sebagai jurnalis, profesi yang ia cita-citakan sejak kecil.
Namun, pandemi COVID-19 mengubah banyak hal. Saat seluruh keluarga dilanda kepanikan karena Monica terinfeksi, ia pun merasa perlu memberikan ketenangan untuk orang tuanya.
“Sebagai penebusan, saya pikir, ya sudahlah, sekali ini saya coba ikut tes CPNS,” ujarnya. Tanpa persiapan khusus, hanya latihan soal secukupnya, Monica pun ikut seleksi.
Tak disangka, ia lolos. “Rasanya seperti terjebak harapan orang tua. Tapi akhirnya ya dijalani juga,” kenang Monica melihat dirinya yang telah alih karier dari jurnalis menjadi PNS selama tiga tahun.

Kini Monica ditempatkan di Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Dinas Kominfo Solok Selatan. Perannya adalah memastikan informasi yang disampaikan kepada masyarakat akurat dan bisa dipercaya.
“Tugas utama kami adalah menyajikan informasi yang reliable, agar tercipta pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Kami juga mendorong dinas lain untuk lebih terbuka dengan publik, minimal lewat media sosial mereka masing-masing,” katanya.
Baca juga: Dari Geofisika ke Jurnalisme Pajak: Perjalanan Karier Sapto Andika Candra di DDTCNews
Bekal Jurnalis yang Menjadi “Senjata Baru”
Meski awalnya terasa asing, pengalaman Monica sebagai jurnalis ternyata sangat membantu dalam pekerjaannya sekarang. Ia menyebut ada beberapa hal yang langsung bisa diterapkan.
Pertama, menulis press release yang efektif. Sebagai mantan wartawan, ia tahu persis apa yang dibutuhkan media.
“Produk informasi yang kami buat akhirnya bisa langsung dipakai oleh teman-teman wartawan,” jelasnya.
Kedua, membaca isu publik. Pengalaman meliput membuat Monica peka terhadap isu-isu yang berkembang. Menurutnya hal itu penting agar pemerintah bisa segera meluruskan informasi yang salah.
Ketiga, jaringan media. Walau kini Monica bekerja di lingkup lokal, diskusi dengan rekan-rekan media tetap membuka perspektif baru.
Keempat, cara menghadapi pejabat. Monica terbiasa berinteraksi dengan orang penting sejak di media, sehingga lebih percaya diri saat harus berhadapan dengan pejabat daerah.
“Intinya, kerja di media membentuk mental saya lebih siap. Jadi meski sekarang posisinya berbeda, tetapi bekal itu sangat terasa,” ujarnya.
Salah satu keterampilan yang sangat menolong Monica ketika kini bekerja di ruang birokrasi adalah kemampuan verifikasi dan mengolah data.
“Di kantor pemerintah, data biasanya disajikan mentah-mentah, tanpa penjelasan. Padahal, data itu harus dikaitkan dengan cerita agar lebih mudah dipahami. Nah, pengalaman sebagai jurnalis membantu saya menerjemahkan data jadi narasi yang jelas,” ujarnya.
Meski lingkup kerjanya kini daerah, jejaring media nasional yang ia miliki tetap bermanfaat. Diskusi dengan rekan wartawan sering memberinya insight soal strategi publikasi.
“Terkadang, ada juga kesempatan membawa isu lokal ke media nasional. Semua tergantung momen dan relevansinya,” kata Monica.
Baca juga: 3 Jenis Headline untuk Press Release, Menarik dan Efektif!

Birokrasi yang Serba Kaku dan Kebutuhan Inovasi
Namun, transisi ke dunia birokrasi tidak mulus. Monica mengaku tantangan terbesarnya adalah budaya kerja yang kaku dan hierarkis.
“Sebagai jurnalis, saya terbiasa mempertanyakan segala hal. Di birokrasi, kadang perintah atasan harus dijalankan tanpa diskusi. Itu yang paling berat buat saya,” ceritanya.
Selain itu, sistem administrasi yang rumit membuatnya perlu adaptasi ekstra. “Kalau di media, fleksibel tapi tetap bertanggung jawab. Di sini, sudah kerja dengan cara yang sama pun kadang masih dicurigai. Itu bikin kaget di awal.”
Monica juga menemukan tantangan dalam ritme kerja pegawai negeri yang berbeda dengan dirinya. “Sering dengar orang bilang kalau jadi PNS jangan terlihat terlalu rajin. Ternyata itu ada benarnya,” katanya sembari tersenyum.
Ternyata alasannya, kata Monica, bila seseorang terlihat terlalu antusias dan sigap, maka semua pekerjaan akan dilimpahkan kepada orang tersebut. Bahkan, bisa timbul rumor dan dicurigai bila seorang pegawai terlihat terlalu rajin.
Monica percaya, keterbukaan informasi adalah kunci agar masyarakat memahami bahwa kerja PNS bukan sekadar datang, absen, lalu pulang.

Bagi Monica, perbedaan paling jelas antara bekerja di media dan di pemerintah ada pada orientasi berita.
“Di media dulu, bad news is good news. Kalau ada masalah, itu yang jadi headline. Sekarang tidak bisa seperti itu. Di pemerintah, informasi harus fokus pada edukasi dan solusi, bukan sensasi,” ujarnya.
Jika ada kesempatan mendesain ulang sistem analisis berita di pemerintah daerah, Monica ingin perannya bisa lebih dekat dengan pengambilan kebijakan.
“Informasi dari masyarakat seharusnya bisa jadi bahan pertimbangan dalam perencanaan daerah. Tantangannya tinggal bagaimana mengkolaborasikannya dengan dinas terkait,” jelasnya.
Baca juga: Bagaimana Menentukan Nilai Berita di Tengah Banjir Informasi
Pesan Bagi Kawan Jurnalis
Namun saat ditanya mengenai saran bagi jurnalis lain yang ingin mengikuti jejaknya, Monica menjawab lugas, “Coba pikir-pikir ulang. Bahkan kalau perlu ratusan kali,” katanya sambil tertawa.
Candaan itu sebenarnya mencerminkan realitas, bahwa bekerja di birokrasi memang menjanjikan stabilitas, tapi ritmenya jauh berbeda dengan dunia media yang dinamis.
Kesimpulan
Perjalanan Monica Wareza menunjukkan bahwa keterampilan saat dirinya menjadi reporter tidak pernah sia-sia, bahkan ketika profesinya berubah dari jurnalis menjadi PNS. Kemampuan menulis, membaca isu, dan membangun jejaring tetap relevan dan bisa menjadi kekuatan baru.
Meski jalan yang ia pilih penuh tantangan, Monica membuktikan bahwa informasi publik bisa dikelola lebih transparan dan akuntabel bila ditangani dengan sudut pandang kritis seorang mantan jurnalis.
Wawancara dengan Monica Ramadhona Wareza dilakukan pada Selasa, 29 Juli 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.