Cerita di Balik Liputan Pemilu: Dari Debat Capres hingga ke TPS Menteri

liputan pemilu

Di depan layar, liputan Pemilu 2024 terlihat rapi dan penuh ketegangan. Kamera menyorot jalannya debat capres, dan reporter menyampaikan kabar langsung dari lokasi pemungutan suara. Penonton menyimaknya sambil menebak-nebak hasil akhir.

Namun, di balik layar, prosesnya jauh dari tenang. Ada hari-hari panjang yang dimulai sebelum matahari terbit dan baru berakhir saat malam nyaris berganti. 

Dari mengejar narasumber penting, merapikan naskah di tengah perjalanan, hingga menunggu momen penting di TPS tempat pejabat negara mencoblos, semuanya butuh kesiapan, ketahanan, dan insting jurnalis yang terasah. 

Di balik setiap potongan berita yang tayang, ada proses panjang yang jarang terlihat: menyusun pertanyaan, membaca situasi, berpindah lokasi dalam waktu singkat, dan tentu saja menunggu.

Meskipun saya bukan jurnalis politik, visi misi calon presiden (capres) selalu bersinggungan dengan isu-isu ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, subsidi, dan berbagai janji pembangunan. Mau tidak mau, saya harus mengikuti visi dari tiap pasangan calon (paslon).

Sempat terlintas dalam benak saya, “Kenapa harus liputan pemilu sih? Bukannya itu bagian tugas jurnalis politik? Kenapa jurnalis ekonomi juga harus ikut-ikutan liputan?”

Isu ini kerap membuat saya kehilangan motivasi, namun akhirnya saya tetap terlibat dalam dinamika liputan pemilu.

Saya menulis berita dari diskusi visi-misi capres, menyaksikan debat antarcalon wakil presiden dari ruang redaksi, hingga naik KRL ke Bintaro untuk meliput Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menggunakan hak pilihnya.

Awal Liputan Pemilu: Hampir Begadang Diskusi Ekonomi KADIN

Di tengah masa kampanye, saya bersama seorang rekan ditugaskan ke Djakarta Theater untuk meliput ‘Dialog Capres‘ yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.

Acara molor. Saya datang bersama rekan satu tim sejak siang, sementara capres nomor urut 1, Anies Baswedan, baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta saat maghrib usai mengikuti kampanye di daerah. 

Hambatan liputan tidak berhenti di situ. Kami tidak bisa masuk ke tempat diskusi berlangsung. Akhirnya, kami memantau lewat siaran daring sambil bersiap berjaga di luar untuk sesi doorstop.

Baca juga: Panduan Etika dalam Doorstop untuk Jurnalis

Sesi dialog capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dimulai. Beliau didesak oleh para pebisnis dari kalangan Kadin untuk bertanya soal visi dan misinya sebagai capres.

Saya dan rekan-rekan saling bahu-membahu menggarap transkrip berita dan mengirimkan ke redaksi secepat mungkin.

Grup WhatsApp redaksi langsung riuh. Notifikasi nyaris tak pernah berhenti. Para editor kemudian menentukan sudut pemberitaan (angle) mana untuk digarap.

Biasanya, satu peristiwa akan dibagi menjadi beberapa berita. Kami langsung menggarap berita, karena isu kampanye pilpres otomatis masuk ke breaking news, yang harus naik dalam hitungan menit.

liputan pemilu

Ghinaa (berkerudung biru) bersama rekan sesama jurnalis usai sesi doorstop liputan pemilu saat Dialog Capres bersama Kadin. (Semua foto oleh Ghinaa Rahmatika)

Dialog Ganjar selesai, kami masih harus menunggu sesi dialog Anies Baswedan yang baru dimulai pukul 21.00 malam. Kantor masih menunggu transkrip. Rasa kantuk mulai terasa, tapi menulis berita tetap jalan. 

Sekitar pukul 22.00, sesi doorstop pun dilakukan. Kami berkerumun, berebut posisi untuk bisa merekam jelas suara sang capres. Begitulah suasana liputan pemilu malam itu: penuh tekanan dan koordinasi cepat.

Baca juga: Dilema Saya di Tengah Bias Liputan Politik

Debat Capres Topik Ekonomi hingga Jam 22:30: Ketik Secepat Mungkin

Saat itu Minggu, 21 Januari 2024, tapi bukan hari libur bagi para jurnalis.

Hari itu berlangsung debat keempat yang menghadirkan para cawapres dengan topik ekonomi: pembangunan berkelanjutan hingga energi dan pangan.

Jujur saja, rasanya malas berangkat ke kantor di hari libur. Apalagi untuk liputan debat yang sudah pasti masuk kategori breaking news dengan tenggat ketat.

Tapi setidaknya, saya bersyukur tidak ditugaskan langsung ke lokasi debat. Membayangkan desak-desakan di arena liputan rasanya sudah cukup bikin lelah.

Saya duduk di kantor dengan tugas yang menantang: jadi tim tikpet, alias mengetik cepat untuk pernyataan capres nomor urut 2 Gibran Rakabuming.

Tantangannya? Saya harus fokus mengetik cepat meskipun ia menyebut banyak istilah yang tidak umum di telinga publik seperti SGIE (State of Global Islamic Economy) sampai greenflation.

Saking bingungnya, saya sempat menggaruk-garuk kepala sambil mencoba mencari padanan istilah yang tepat. Google berseliweran di layar laptop saya, di samping layar debat.

Grup WhatsApp kantor pun ramai bukan main. Satu tim melempar transkrip, yang lain menyorot potongan kalimat untuk dijadikan headline.

“Menit 18.25 Gibran bicara soal greenflation, ini bisa digarap!”

Percakapan bergerak cepat, tanpa basa-basi. Setiap orang tahu perannya. Kantuk mulai terasa saat jam menunjukkan pukul 21.00, tapi jari tetap menari di atas keyboard.

Kami baru benar-benar menyudahi liputan sekitar pukul 22.30. Lelah, iya.

liputan pemilu

Ghinaa (kedua dari kanan) bersama tim redaksi kumparanBisnis setelah live report Debat Cawapres.

Tapi di balik rasa lelah itu, kami berhasil menyelesaikan liputan dengan cepat dan tetap akurat.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya kolaborasi tim dan kecepatan mengolah informasi. Di tengah hiruk-pikuk liputan pemilu, ada tanggung jawab: menyampaikan informasi akurat, karena publik juga menanti kebijakan yang akan diambil calon pemimpin negara. 

Hari H Pemilu: Liputan di TPS Sri Mulyani

Awalnya saya kira libur di hari pemilu. Sudah terbayang akan santai di pagi hari, mencoblos, lalu pulang tanpa deadline pekerjaan.

Tetapi harapan tersebut hanya wacana, tiba-tiba rekan saya mendadak sakit, dan redaktur menyuruh saya untuk liputan pemilu 2024 ke TPS tempat Sri Mulyani mencoblos.

Hujan di pagi hari, saya menaiki Transjakarta lalu lanjut kereta menuju arah Bintaro.

Di tengah perjalanan, saya sempat deg-degan karena takut kelewatan momen Sri Mulyani mencoblos, tapi juga khawatir tak sempat pulang untuk menggunakan hak pilih saya sendiri.

Sesampainya di TPS 73, Taman Bintaro Jaya, Sri Mulyani datang tak lama kemudian. Ia mengenakan baju hitam sederhana. Suasananya sangat ramai, bukan hanya jurnalis yang sigap dengan kamera dan ponsel, para warga sekitar juga tampak antusias menyambut Menteri Keuangan datang ke bilik suara.

liputan pemilu

Menteri Keuangan Sri Mulyani mencoblos di TPS 73 Taman Bintaro Jaya.

Ketika sesi doorstop, bukan hanya para jurnalis yang berdesak-desakan mengelilingi Sri Mulyani, namun warga juga ikut menyaksikan kami melempar pertanyaan.

Setelah itu, saya dan rekan-rekan langsung duduk ‘ngemper’ di taman untuk menulis cepat berita agar segera dikirim ke redaksi, juga dengan video yang saya rekam sendiri.

Notifikasi grup WhatsApp redaksi saat itu ramai. Koordinasi berlangsung kilat. Tak ada basa-basi. Hanya email isi berita dan link Google Drive yang dilempar ke grup.

Meski bekerja di hari libur nasional, liputan pemilu tidak meninggalkan tanggung jawab saya sebagai warga negara untuk menggunakan hak pilihnya.

Saya langsung pulang menaiki kereta ke TPS dekat kos untuk mencoblos calon pemimpin versi saya. 

Perjalanan liputan pemilu 2024 mengajarkan saya pentingnya kolaborasi jurnalis dengan para redaktur.

Apa pun yang terjadi di lapangan, koordinasi adalah kunci agar publik bisa mendapat informasi yang cepat dan akurat, bahkan di hari pemungutan suara.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?