Pernahkah Anda membaca sebuah artikel opini di media yang terasa sangat kuat, hingga membuat Anda ingin membagikan link-nya ke teman atau kolega?
Berbeda dengan berita yang hanya menyajikan fakta, artikel opini menonjolkan sudut pandang penulis terhadap sebuah isu. Inilah yang membuatnya menarik: ia bukan sekadar laporan peristiwa, tetapi ruang untuk berargumen, meyakinkan, bahkan memengaruhi pembaca.
Bagi para profesional maupun pegiat komunikasi, memahami cara membuat artikel opini yang baik dapat membuka jalan untuk dipublikasikan di media massa, blog perusahaan besar, atau bahkan kanal pribadi.
Tentu saja, ada teknik dan struktur yang perlu dipahami agar tulisan Anda tidak sekadar opini, tetapi juga layak tayang.

Untuk itu, agar artikel opini Anda lebih mudah dimuat di media-media, RadVoice Indonesia akan membahas cara membuat artikel opini secara lebih mendalam.
Apa Itu Artikel Opini?
Sebelum mengetahui cara membuat artikel opini yang baik dan benar, sebaiknya Anda pahami karakteristik jenis artikel ini terlebih dahulu.
Artikel opini adalah tulisan yang berisi pandangan, pendapat, atau analisis pribadi penulis terhadap suatu isu.
Berbeda dengan artikel berita yang menekankan fakta dan objektivitas, artikel opini justru memberi ruang bagi subjektivitas. Namun, pastinya artikel tetap didukung data, logika, dan argumen yang kuat.
Biasanya, artikel opini dimuat di media massa, blog perusahaan, atau kanal pribadi seperti LinkedIn dan Medium.
Topiknya bisa sangat beragam: mulai dari isu sosial, tren bisnis, kebijakan pemerintah, hingga pengalaman profesional yang bisa memberi inspirasi atau sudut pandang baru bagi pembaca.
Tujuan utama dari menulis opini bukan hanya menyampaikan “apa yang terjadi”, melainkan “apa arti dari peristiwa itu” dan “mengapa penting untuk dibahas”.
Dari karakteristik tersebut, artikel opini bisa menjadi alat komunikasi yang strategis, baik untuk membangun reputasi personal maupun memperkuat posisi perusahaan dalam percakapan publik.
Baca juga: 3 Alasan Anda Perlu Menulis Opini di Media, Salah Satunya Personal Branding
Cara Membuat Artikel Opini yang Layak Dimuat di Media
Menulis artikel opini bukan sekadar menuliskan pendapat. Media akan menerbitkan opini yang disusun secara sistematis.
Berikut tahapan detail cara membuat artikel opini yang dapat diikuti agar tulisan Anda dimuat di media:
Tentukan Isu yang Relevan dan Aktual
Artikel opini akan lebih menarik apabila Anda membahas topik yang sedang hangat atau punya keterkaitan dengan bidang yang Anda kuasai.
Misalnya, jika Anda sudah lama berkecimpung di dunia komunikasi, Anda bisa menulis tentang tren penggunaan TikTok Shop di Indonesia.
Atau, apabila Anda memiliki seorang pebisnis, dapat membuat artikel opini mengenai tantangan ekspor pasca kebijakan baru pemerintah.
Relevansi ini penting karena pembaca (dan redaksi media) cenderung memilih opini yang kontekstual.

Menurut Dr. Ratih Kabinawa, adjunct research fellow di School of Social Sciences, University of Western Australia (UWA), cara membuat artikel opini yang terpenting adalah membaca momentum.
“Dunia selalu bergerak. Misalnya saat presiden Taiwan baru terpilih, saya bisa mengulas kebijakan luar negerinya yang terkait Asia Tenggara, sesuai bidang penelitian saya,” ujarnya.
Tentukan Sudut Pandang yang Jelas
Artikel opini berbeda dengan artikel berita. Anda harus berani mengambil sikap, apakah mendukung, menolak, atau menawarkan jalan tengah.
Misalnya, alih-alih menulis “AI memiliki sisi positif dan negatif” (yang terlalu umum), lebih baik menulis “AI penting untuk efisiensi bisnis, tetapi harus ada regulasi agar tidak menyingkirkan tenaga kerja.”
Sikap yang jelas akan membuat tulisan lebih kuat dan mudah diingat pembaca.
Tulis dengan Struktur yang Rapi
Cara membuat artikel opini lainnya adalah penggunaan kerangka sederhana berikut:
Pembuka
Singgung fakta atau isu terkini untuk menarik perhatian.
Contoh: “Kebijakan larangan impor pakaian bekas belakangan ini menimbulkan perdebatan sengit di kalangan pelaku UMKM.”
Isi
Anda dapat memaparkan argumen utama di sini. Jangan lupa untuk menyertakan data atau pengalaman Anda untuk memperkuat kredibilitas tulisan.
Contoh: “Menurut data Asosiasi UMKM Indonesia, 40% pelaku usaha fesyen lokal merasa kebijakan ini melindungi pasar mereka.”
Penutup
Simpulkan opini Anda dan berikan ajakan atau rekomendasi.
Contoh: “Pemerintah sebaiknya menyiapkan strategi transisi agar UMKM siap mengisi celah pasar yang ditinggalkan impor.”
Baca juga: 5 Contoh Artikel Opini yang Layak Tayang di Media
Sertakan Data dan Referensi
Opini tanpa dasar hanya akan terlihat seperti curhat. Gunakan data resmi, laporan riset, atau kutipan dari pakar untuk memperkuat argumen.

Misalnya: “Berdasarkan laporan Bank Dunia 2024, adopsi teknologi digital dapat meningkatkan produktivitas UMKM hingga 25%.”
Data seperti ini menambah bobot pada opini Anda.
Gunakan Bahasa yang Lugas dan Komunikatif
Cara membuat artikel opini berikutnya, hindari kalimat yang berbelit atau jargon teknis berlebihan.
Bayangkan Anda sedang menjelaskan isu tersebut kepada teman yang tidak akrab dengan topik tersebut.
Misalnya, alih-alih menulis “perlu adanya implementasi regulasi multi-level governance,” lebih baik gunakan “perlu aturan yang jelas dari pusat hingga daerah agar kebijakan berjalan konsisten.”
Perhatikan Panjang Tulisan
Artikel opini yang ideal biasanya 600 hingga 1.000 kata. Panjang ini cukup untuk menjelaskan argumen secara lengkap tanpa membuat pembaca bosan.
Fokuslah pada dua sampai tiga argumen yang paling kuat dan relevan. Jika terlalu banyak poin, tulisan akan terasa melebar dan kehilangan fokus.
Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Menulis Artikel Opini
Banyak penulis pemula mengira artikel opini bisa ditulis sebebas mungkin. Padahal, ada kesalahan-kesalahan umum yang justru membuat tulisan sulit dimuat atau ditinggalkan pembaca, di antaranya:
Terlalu Emosional
Artikel opini bukan tempat untuk sekadar meluapkan perasaan. Opini tetap harus logis dan didukung fakta.
- Salah: “Pemerintah tidak becus mengatur! Kebijakan ini merugikan rakyat!”
- Benar: “Kebijakan ini berpotensi merugikan pelaku UMKM, terbukti dari data Asosiasi UMKM Indonesia yang menunjukkan penurunan omzet hingga 15%.”
Tidak Fokus pada Satu Isu
Membahas terlalu banyak topik dalam satu tulisan akan membuat argumen melebar dan tidak tajam.
- Salah: membahas kebijakan impor, strategi pemasaran digital, dan tren sustainability dalam satu artikel.
- Benar: fokus hanya pada kebijakan impor pakaian bekas, lalu mengupas dampaknya terhadap UMKM fesyen lokal.
Mengabaikan Struktur Tulisan
Artikel opini yang baik harus punya alur: pembuka–isi–penutup. Tanpa struktur, tulisan akan sulit dipahami pembaca.
- Salah: langsung menuliskan pendapat tanpa pengantar atau kesimpulan.
- Benar: mulai dengan fakta aktual, lalu paparkan argumen, dan tutup dengan rekomendasi.

Menggunakan Bahasa Terlalu Rumit
Bahasa yang berbelit membuat pembaca lelah. Lebih baik gunakan kalimat sederhana.
- Salah: “Paradigma pembangunan inklusif dalam konteks globalisasi kontemporer membutuhkan kerangka konseptual multipihak yang komprehensif.”
- Benar: “Pembangunan inklusif hanya bisa berjalan jika melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat secara bersama-sama.”
Tidak Menyebut Sumber atau Data
Opini tanpa referensi akan dianggap lemah dan subjektif.
- Salah: “Saya yakin penggunaan AI bisa meningkatkan produktivitas bisnis.”
- Benar: “Menurut laporan McKinsey 2024, perusahaan yang mengadopsi AI mengalami peningkatan produktivitas hingga 20%.”
Menghindari kesalahan-kesalahan di atas akan membuat artikel Anda terlihat lebih profesional, kredibel, dan punya peluang lebih besar untuk dimuat di media.
Apabila Anda ingin menerbitkan opini dan dimuat di media massa, RadVoice Indonesia dapat membantu merancang strategi komunikasi dan menyiapkan tulisan agar pesan Anda tersampaikan dengan efektif.