Anda pernah membaca sebuah artikel tentang dampak polusi udara dan hanya melihat angka, seperti “Tingkat polusi meningkat 35% dalam 5 tahun terakhir”. Mungkin Anda akan mengangguk saja tanpa banyak tergerak, dan kurang merasa tersentuh.
Bagaimana jika artikel yang sama dibalut data storytelling: “Dalam lima tahun terakhir, polusi udara meningkat 35%. Ibu Sari, yang tinggal di pusat kota, harus membeli masker khusus untuk anaknya yang setiap hari batuk karena kabut asap.”
Cerita seperti itu membuat data menjadi hidup dan dampaknya terasa lebih nyata.
Abdul Latif, editor di kumparan, menyebut bahwa teknik storytelling berbeda dengan berita hard news. Saat menulis laporan mendalam di divisi liputan khusus, ia belajar menyusun cerita secara runtut agar pembaca tetap tertarik.
“Storytelling tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga membangun alur narasi yang nyaman dibaca,” ucapnya.

RadVoice Indonesia akan membahas bagaimana menerapkan data storytelling dalam artikel feature agar cerita lebih hidup, menarik, dan mudah dipahami pembaca.
Pengertian Data Storytelling dan Artikel Feature
Data storytelling adalah teknik menyampaikan informasi berbasis data dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
Alih-alih hanya menampilkan angka, teknik ini membangun narasi yang membuat fakta terasa hidup dan relevan bagi pembaca.
Sementara itu, artikel feature sendiri adalah tulisan jurnalistik yang menyajikan gambaran mendalam tentang suatu topik, peristiwa, atau pengalaman.
Gaya penuturannya biasanya naratif, sehingga pembaca bisa merasakan cerita seolah sedang mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Dalam artikel feature, data storytelling berperan penting untuk menghadirkan fakta secara hidup.
Pendekatan tersebut akan membuat informasi lebih mudah diingat dan lebih mengena di hati pembaca.
Baca juga: Cara Menulis Feature Jurnalistik yang Menarik
Tips Menerapkan Data Storytelling dalam Artikel Feature
Kunci dalam mengaplikasikan data storytelling dalam artikel feature adalah keseimbangan antara fakta dan narasi. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa Anda aplikasikan:
Mulai dari Pertanyaan yang Ingin Dijawab
Sebelum menulis, tentukan pesan utama yang ingin disampaikan.
Misalnya, apakah tujuan artikel adalah menunjukkan dampak sosial, ekonomi, atau lingkungan dari suatu fenomena?
Pertanyaan ini akan membantu menentukan data mana yang relevan dan bagaimana menyusunnya dalam alur cerita.

Pilih Data yang Bermakna
Banyak penulis tergoda untuk menampilkan seluruh data yang tersedia. Padahal, terlalu banyak angka justru membingungkan pembaca.
Pilih data yang bisa memperkuat cerita dan memudahkan pembaca memahami inti masalah.
Misalnya, alih-alih menulis seluruh statistik polusi kota, fokus pada tren kenaikan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari warga.
Gabungkan Data dengan Pengalaman Manusia
Data akan terasa hidup bila dikaitkan dengan pengalaman nyata.
Contohnya, saat menulis tentang meningkatnya polusi udara, sertakan kisah seorang guru atau anak-anak yang terdampak langsung.
Narasi ini membuat pembaca tidak hanya mengerti, tetapi juga merasakan konsekuensi dari fakta tersebut.
Baca juga: Feature Human Interest: Cara Menyentuh Hati Audiens dengan Cerita Perusahaan
Visualisasi Data Storytelling Secara Sederhana
Tabel atau grafik yang rumit sering membuat pembaca malas memahami informasi.
Gunakan visual sederhana seperti diagram batang, infografik, atau ilustrasi yang langsung menunjukkan tren atau perbandingan.
Visual data yang tepat bisa memperkuat pesan dan membuat artikel lebih menarik.
Susun Cerita Secara Runtut
Sama seperti penjelasan Abdul Latif, storytelling dalam jurnalistik menuntut alur yang jelas.
Mulai dengan pengantar yang menarik, tunjukkan fakta dan pengalaman, lalu simpulkan dengan insight atau refleksi yang meninggalkan kesan bagi pembaca. Alur yang runtut menjaga pembaca tetap terlibat hingga akhir artikel.
Gunakan Bahasa yang Mudah Dicerna
Hindari istilah teknis yang sulit dipahami, kecuali Anda menulis penjelasannya di artikel. Tujuannya adalah agar semua pembaca, termasuk yang awam, bisa mengerti cerita dan relevansi data.
Narasi yang sederhana justru membuat data terasa lebih hidup dan bermakna.

Enam langkah ini akan membantu Anda menulis feature yang tidak hanya informatif, tetapi juga menyentuh emosi pembaca. Dengan begitu, pesan yang ingin disampaikan lebih mudah diingat dan berdampak.
Contoh Artikel Feature dengan Data Storytelling
Agar lebih mudah memahami bagaimana data storytelling diterapkan dalam artikel feature, RadVoice akan memberikan beberapa case study yang bisa dijadikan referensi:
Dampak Polusi Udara di Kota Besar
Alih-alih sekadar menulis: “Polusi udara meningkat 35% dalam lima tahun terakhir,” Anda dapat menyajikan cerita seorang ibu di Jakarta yang harus membeli masker khusus untuk anaknya yang setiap hari batuk karena kabut asap.
Artikel kemudian bisa menambahkan data kualitas udara tiap bulan, tren penyakit pernapasan pada anak, dan perbandingan dengan kota lain.
Kombinasi ini membuat fakta terasa hidup dan pembaca lebih tergerak untuk memahami masalahnya.
Baca juga: Storytelling dalam Jurnalisme: Menceritakan Fakta dengan Cara yang Berbeda
Perubahan Iklim dan Petani Lokal
Misalnya, artikel feature tentang perubahan iklim bisa menceritakan pengalaman Pak Dedi, petani di Jawa Barat, yang musim tanamnya terganggu akibat curah hujan yang tidak menentu.
Data statistik tentang penurunan hasil panen dan suhu rata-rata tahunan kemudian dipadukan dengan kisah nyata tersebut.
Pendekatan ini membantu pembaca memahami dampak nyata perubahan iklim bagi kehidupan sehari-hari, bukan sekadar angka abstrak.
Tren Startup di Indonesia
Sebuah artikel tentang ekosistem startup bisa memulai dari cerita pengalaman seorang founder yang berjuang mendapatkan pendanaan awal.
Data terkait pertumbuhan jumlah startup, total investasi yang masuk tiap tahun, dan sektor-sektor yang paling diminati kemudian bisa ditambahkan.
Cerita personal founder ini membuat pembaca lebih mudah mengaitkan data dengan realitas yang terjadi di lapangan.

Pendidikan dan Akses Internet di Daerah Terpencil
Daripada sekadar menulis: “Hanya 40% sekolah di daerah terpencil memiliki akses internet,” artikel feature bisa menghadirkan cerita Sari, guru di Sulawesi, yang harus mengajar dengan keterbatasan jaringan.
Data distribusi akses internet, persentase siswa yang bisa mengikuti kelas online, dan dampak pada prestasi akademik kemudian dikaitkan dengan pengalaman Sari. Hasilnya, pembaca dapat merasakan kesulitan nyata yang dialami guru dan siswa.
Kesehatan Masyarakat dan Stunting
Artikel tentang stunting bisa memulai dengan kisah seorang balita di desa kecil yang mengalami kekurangan gizi.
Data prevalensi stunting di provinsi tersebut, perbandingan dengan angka nasional, dan program pemerintah yang sedang berjalan bisa ditambahkan.
Cerita yang memadukan pengalaman nyata dan data membuat isu ini terasa lebih urgent dan relevan bagi pembaca.

Dari contoh di atas, terlihat bahwa data storytelling bukan sekadar memajang angka dalam artikel, tetapi mengubah fakta menjadi narasi yang hidup dan mudah dipahami.
Menggabungkan antara data dengan pengalaman nyata akan membuat artikel feature bisa menghadirkan cerita yang tidak hanya informatif, tetapi juga menyentuh emosi pembaca.
RadVoice Indonesia memahami pentingnya storytelling dalam setiap konten yang dibuat. Kami bisa membantu Anda menyajikan data storytelling dalam artikel feature, sehingga setiap informasi yang disampaikan tidak hanya jelas, tetapi juga berkesan dan berdampak bagi audiens.
Jika Anda ingin menghadirkan cerita yang kuat sekaligus berbasis data, percayakan pada RadVoice untuk mengubah informasi menjadi narasi yang menarik dan mudah diingat.