Mengetahui cara mengirim artikel ke media dengan benar adalah kunci agar tulisan Anda dilirik redaksi dan diterbitkan, baik dari perorangan maupun brand dan perusahaan.
RadVoice Indonesia akan membahas alasan mengapa menulis di media itu penting, siapa saja yang bisa mengirimkan artikel, apa keuntungan yang bisa didapat, serta 9 tips praktis agar tulisan Anda memikat redaksi dan berpeluang besar dimuat.
Sekarang, bayangkan bila perusahaan Anda baru saja meluncurkan produk, jasa, atau partnership, dan telah menulis artikel yang menjelaskan brand story secara detail. Tetapi, ternyata tidak ada ketertarikan sama sekali dari media. Apakah yang salah di sini?
Nyatanya, tidak semua artikel yang dikirim berbagai perusahaan maupun public relations agency (agensi humas) menarik bagi para jurnalis.
Sebaliknya, ketika artikel Anda terbit di media, artinya nilai tulisan meningkat karena melewati proses seleksi redaksi.
Kredibilitas pribadi atau organisasi ikut terangkat karena publik cenderung percaya pada informasi yang dipublikasikan oleh media ternama.
Artikel di media juga dapat menjadi alat advokasi. Isu-isu yang sebelumnya hanya dibicarakan dalam lingkup kecil bisa mendapat perhatian lebih luas.
Artikel opini atau rilis berita yang diterbitkan media juga bisa menjadi ruang advokasi. Misalnya, seorang peneliti atau mahasiswa yang menulis tentang isu-isu publik yang sedang hangat, misalnya tentang pendidikan atau kebijakan kampus di media nasional bisa memicu diskusi publik hingga memengaruhi kebijakan.
Singkatnya, menulis di media bukan hanya tentang menuangkan ide, tetapi juga sarana memperkuat reputasi, memengaruhi opini publik, dan membuka peluang lebih besar dalam karier maupun bisnis.
Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa hanya jurnalis atau kontributor tetap yang bisa mengirim artikel ke media.
Faktanya, media selalu membuka ruang bagi masyarakat umum untuk mengirimkan rilis berita, artikel opini, atau feature, selama konten yang diajukan relevan, bermanfaat, dan sesuai etika jurnalistik.
Beberapa kelompok yang sering mengirim artikel ke media antara lain:
Artinya, pintu media terbuka lebar untuk siapa saja. Kuncinya adalah kualitas tulisan: jelas, faktual, dan sesuai gaya media.
Baca juga: 3 Kesalahan saat Menulis Artikel Media, Perusahaan Wajib Hindari!
Mengirim artikel ke media memberikan berbagai keuntungan, antara lain:
Salah satu manfaat terbesar adalah mengasah kemampuan berpikir kritis. Dengan menulis dan mengirim artikel ke media, penulis belajar menyusun argumen yang logis dan komunikatif untuk audiens luas.
Terlepas dari kenyataan bahwa setiap media memiliki fokus dan preferensinya masing-masing, berikut sembilan tips mengirim artikel yang dapat memikat media untuk meliput konten Anda:
Cara mengirimkan artikel ke media yang pertama adalah tujukan artikel ke jurnalis yang tepat. Jika dibaca sekilas, media-media melaporkan berita yang sama dengan detail yang mirip satu dan lainnya. Biarpun begitu, setiap publikasi memiliki ciri khasnya sendiri.
Misalnya: Mongabay.co,id akan menitikberatkan berita terkait lingkungan.
Oleh karena itu, bidiklah jurnalis yang membahas topik yang Anda ajukan, demi memastikan kemungkinan pers merespons rilis, sesuai dengan perspektif dan minat.
Contohnya: Hans Nicholas Jong, Seorang jurnalis lingkungan dan penulis staf di Mongabay, yang berbasis di Jakarta. Ia meliput tata kelola lingkungan, kebijakan iklim, industri ekstraktif, dan hak atas tanah di Indonesia dan sekitarnya.
Untuk memastikan rilis ditanggapi dengan baik, Anda dapat mengamati karya jurnalistik terkini setiap reporter untuk memahami bagaimana jurnalis tersebut mengemas dan membahas suatu peristiwa. Lalu, bandingkan dengan tulisan Anda untuk mencari tahu apakah artikel dapat “dijual” atau harus direvisi lagi.
Penting juga bagi Anda untuk memiliki database jurnalis dan isu yang mereka liput. Dengan memiliki database jurnalis dan isu yang mereka liput, Anda bisa lebih mudah untuk mendistribusikan artikel yang sudah ditulis.
Cara mengirim artikel ke media selanjutnya adalah fokus pada detail. Pastikan Anda mengecek beberapa kali email sebelum mengklik tombol “Kirim”. Kurangnya perhatian kepada detail akan memberikan kesan pertama yang buruk terhadap perusahaan dan brand Anda.
Sebelum mengirim email, pastikan hal-hal berikut:
Jurnalis punya aturan menulis berita atau artikel yang dikenal dengan istilah 5W1H atau what, when, where, who, why, dan how. Pastikan mengirimkan artikel yang telah memenuhi 5W1H agar dapat memikat jurnalis.
Jangan berharap artikel yang tidak lengkap atau tidak detail akan dilirik oleh jurnalis.
Cara mengirim artikel ke media selanjutnya adalah lakukan follow up. Layaknya komunikasi digital, sebuah email terkadang lupa untuk dibaca dan dibalas. Biasanya ini terjadi karena inbox mereka penuh dengan kiriman artikel lainnya.
Kami merekomendasikan untuk menghubungi jurnalis sekitar dua atau tiga hari setelah email pertama Anda untuk menanyakan terkait adakah pertanyaan lanjutan, sekaligus “mendorong” email artikel tersebut.
Jika jawaban yang diterima tidak sesuai yang harapan, ini adalah suatu kesempatan untuk membangun dialog dengan jurnalis tersebut.
Anda dapat menanyakan langsung tentang jenis artikel yang jurnalis harapkan, cara lain menghubungi mereka selain lewat email, dan kemungkinan kerja sama lain ke depan.
Penulisan judul di subjek email menjadi hal yang paling penting sebagai untuk diperhatikan oleh humas perusahaan atau lembaga saat mengirim artikel ke media.
Pastikan Anda menulis judul lengkap pada bagian subjek email yang akan dikirim ke jurnalis.
Hal ini penting untuk menjadi pertimbangan awal jurnalis ketika akan membaca siaran pers yang dikirimkan. Jika judul tidak ditulis pada subjek, besar kemungkinan siaran pers yang dikirimkan tidak akan dibaca apalagi dipublikasikan.
Baca juga: Cara Membuat Judul Artikel Feature yang Efektif dan Memikat Pembaca
Cara mengirim artikel ke media berupa press release yang perlu diperhatikan berikutnya adalah attachment atau lampiran file. Dalam hal ini, Anda harus melengkapi siaran pers dengan foto, profil, atau audio jika memungkinkan.
Lampiran ini penting untuk menunjang pekerjaan wartawan ketika akan menulis siaran pers yang diberikan. Meski begitu, Anda tidak perlu mengirimkan siaran pers berupa file Word atau PDF.
Sebab, menempatkan artikel press release melalui body email akan mempermudah wartawan untuk membacanya.
Perlu diingat, jurnalis khususnya di media online bekerja tidak selalu di kantor, sehingga mereka akan lebih sering membuka email melalui smartphone dibandingkan laptop.
Cara mengirim artikel berupa press release ke media online berikutnya adalah selalu melengkapi dengan data. Ini penting, khususnya ketika Anda mengirimkan artikel terkait ekonomi atau bisnis, jangan lupa untuk melengkapi dengan data.
Siaran pers, khususnya terkait ekonomi atau bisnis tanpa data pendukung, umumnya tidak akan dilirik oleh wartawan karena dianggap tidak valid. Pastikan data yang Anda lampirkan valid dan dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Jika terkait dengan penjualan, pastikan Anda melengkapi dengan data seperti market share atau jumlah penjualan secara antar tahun (year-on-year/ YoY).
Anda perlu melengkapi angka tersebut dalam persentase sehingga wartawan tidak meraba-raba terkait penjualan produk Anda.
Beberapa perusahaan atau lembaga mungkin akan mengirim artikel ke media berupa siaran pers melalui redaksi, tetapi hal ini sebaiknya mulai dihindari. Sebab, dalam sehari redaksi akan menerima ratusan email berupa undangan atau siaran pers.
Kemungkinan press release Anda terlewat dan tidak diterbitkan. Maka, cobalah untuk mengirimkan siaran pers secara pribadi kepada wartawan melalui email atau WhatsApp.
Biasanya, hal ini dapat dilakukan jika Anda sudah memiliki hubungan dekat dengan para jurnalis. Sebelum mengirimkannya, pastikan Anda telah memberi kabar kepada rekan media yang akan menerima.
Sebab, jurnalis mungkin akan mengabaikan jika tidak diinfokan terlebih dahulu.
Baca juga: 3 Tips Menulis Press Release untuk Hari Libur Nasional
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika mengirim artikel berupa siaran pers ke media adalah perkenalan. Jurnalis mungkin akan lebih tertarik membaca siaran pers yang dikirimkan jika Anda memperkenalkan diri atau perusahaan terlebih dahulu.
Tips ini juga berlaku jika Anda mengirimkan siaran pers di bidang hiburan seperti peluncuran album, film, atau pertunjukan. Jelaskan dengan singkat dan jelas pada paragraf awal siaran pers agar wartawan mendapat gambaran umum ketika akan mengolahnya.
Cara mengirim artikel berupa press release ke media yang terakhir adalah selalu menyisipkan kutipan pada siaran pers.
Wartawan yang tertarik dengan judul mungkin tidak akan mengolahnya jika tidak ada kutipan dari penanggung jawab atau pembuat keputusan dari sebuah perusahaan.
Ingin agar artikel produk dan brand perusahaan Anda naik publikasi di media-media ternama Indonesia? Tim RadVoice Indonesia siap membantu untuk proyek Anda yang selanjutnya!