5 Penyebab Siaran Pers Tidak Diolah Wartawan

Siaran pers menjadi salah satu media untuk brand atau perusahaan yang ingin menjangkau audiens dengan luas.

Sayangnya, tidak semua jurnalis bersedia untuk mengolah press release yang Anda tawarkan.

Perlu diketahui, seorang jurnalis mendapat banyak kiriman press release setiap hari dan tidak mungkin dapat mengolah semuanya.

Jurnalis biasanya memiliki banyak pertimbangan ketika menerima press release yang telah Anda berikan. Anda perlu bersabar dan menunggu kabar dari mereka.

Jika sudah lebih dari beberapa hari belum mendapat kabar atau tidak tayang di media massa, artinya siaran pers Anda tidak diolah oleh jurnalis.

RadVoice Indonesia telah merangkum beberapa alasan wartawan tidak mengolah siaran pers Anda dalam artikel ini.

Alasan Wartawan Tidak Mengolah Siaran Pers

Beberapa alasan berikut sering menjadi alasan wartawan tidak mengolah siaran pers yang dikirimkan brand atau perusahaan, lho.

1. Judul Tidak Menarik 

Jurnalis mungkin tidak memiliki banyak waktu untuk melihat siaran pers, apalagi membacanya hingga selesai.

Biasanya, para jurnalis akan melihat judul dari press release yang dikirimkan oleh perusahaan atau lembaga. 

Jika judul tidak menarik, jurnalis mungkin tidak akan membaca apalagi mengolah press release Anda menjadi sebuah artikel berita. 

Praktisi PR perlu melakukan riset ketika menentukan sebuah judul, sehingga jurnalis akan mengolah press release Anda tanpa perlu berpikir panjang. 

2. Terlalu Panjang 

Seorang wartawan mungkin tidak akan mengolah siaran pers dari perusahaan jika isinya terlalu panjang. 

Penyampaian informasi yang detail memang bagus, tetapi jika terlalu panjang dan bertele-tele mungkin tidak akan menarik lagi untuk seorang wartawan. 

Mengutip Prezly.com, siaran pers rata-rata tidak boleh lebih dari 500 kata, atau idealnya sekitar 300-400 kata. 

Pastikan Anda sudah merangkum semua informasi yang akan disampaikan, sehingga wartawan akan lebih mudah untuk mengolahnya menjadi sebuah artikel. 

Selain jumlah kata, Anda juga harus menyertakan nilai berita atau news peg dalam sebuah press release. 

Sebuah cerita atau informasi yang memiliki nilai berita lebih disukai oleh wartawan, sehingga mereka tidak ragu untuk mempublikasikannya melalui media massa. 

3. Kutipan Terlalu Normatif

Kutipan juga menjadi salah satu hal penting dalam penulisan siaran pers. Jadi, Anda harus memperhatikannya dengan baik, ya.

Sebuah kutipan tidak boleh digunakan untuk menyatakan fakta atau mengutip statistik yang sudah ada dalam press release.

Anda harus membuat sebuah kutipan untuk menghidupkan cerita, bukan penegasan dari data yang sudah diberikan.

Selain itu, kutipan juga tidak boleh bersifat normatif atau berisi ucapan syukur dari perwakilan perusahaan.

Siaran pers dengan kutipan seperti itu mungkin akan langsung diabaikan oleh wartawan yang menerimanya.

4. Bersifat Promosi 

Press release yang bersifat promosi sudah pasti akan diabaikan oleh seorang jurnalis.

Perlu diketahui bahwa wartawan bukan seorang copywriter yang menulis sesuai dengan brief dari perusahaan atau pengiklan.

Mereka lebih senang menulis sebuah kisah yang memberikan imbas positif atau informatif kepada publik.

Anda boleh menuliskan brand atau jargon perusahaan, tetapi tidak terlalu mendominasi dalam siaran pers.

Gunakan bahasa yang ringan dibaca seolah Anda sedang menjelaskan secara langsung kepada rekan media.

5. Informasi Tidak Punya Dampak untuk Publik 

Mengutip Forbes.com, perusahaan mungkin akan mengirimkan sebuah siaran pers demi menyenangkan hati stakeholder atau investor setelah melakukan akuisisi atau mengeluarkan kebijakan baru.

Padahal, informasi seperti itu tidak layak untuk diumumkan melalui sebuah press release, lho. 

Informasi terkait dengan kebijakan atau akuisisi sebuah perusahaan cukup disiarkan melalui blog, newsletter, atau media sosial. 

Jadi, jangan heran jika banyak wartawan menolak siaran pers yang berisi tentang hal-hal terkait dengan internal perusahaan dan tidak ada dampaknya terhadap publik. 

Jika ingin memberikan pengumuman yang berhubungan dengan stakeholder atau investor, sebaiknya Anda gabungkan dengan informasi lain seperti campaign terbaru atau kegiatan CSR perusahaan. 

Hal tersebut mungkin akan lebih menarik untuk wartawan ketika membaca press release yang dikirimkan. 

Kesimpulan

Wartawan mungkin tidak akan mengolah siaran pers dari perusahaan Anda dengan alasan berikut.

  1. Judul tidak menarik
  2. Isi tidak terlalu panjang
  3. Kutipan terlalu normatif
  4. Bersifat promosi
  5. Informasi tidak berdampak untuk publik

Penting untuk praktisi PR selalu memperhatikan empat hal tersebut sebelum menulis dan mengirim press release kepada rekan media.

Sudah siap membuat dan mengirimkan press release yang disukai oleh wartawan? Semoga berhasil!


RadVoice Indonesia dapat menyampaikan pesan institusi Anda melalui laporan media yang kredibel di Indonesia. Berbekal pendekatan bercerita dan standar konten yang tinggi, RadVoice Indonesia akan bekerja sama dengan Anda untuk menulis artikel yang edukatif dan membidik media-media nasional atau internasional yang relevan.

Jadwalkan konsultasi online dengan RadVoice Indonesia di sini. 100% gratis, tanpa komitmen.