Bagaimana menjelaskan soal pelacakan vaksinasi hingga rantai logistik obat-obatan dengan cara yang lebih mudah dipahami publik?
Bagi Sisi Aspasia, anggota tim komunikasi proyek digital health UNDP (United Nations Development Programme), tantangan itu bukan hanya menyederhanakan istilah teknis, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap sistem kesehatan yang ada.
Sisi bertanggung jawab menangani proyek SMILE (System Monitoring Immunization and Logistic Execution), yakni berupa platform digital untuk membantu pemerintah Indonesia memantau distribusi vaksin, obat-obatan, dan perlengkapan kesehatan lainnya secara real-time.
Berpengalaman sebagai communication lead perusahaan e-commerce dan jurnalis TV selama delapan tahun, Sisi kini berperan penting memastikan bahwa informasi yang kompleks dan teknis itu bisa diterjemahkan menjadi narasi yang relevan dan tetap berbasis data.
RadVoice Indonesia telah berbincang dengan Sisi membahas bagaimana strategi komunikasi proyek digital health UNDP. Berikut selengkapnya.
Baca juga: Panduan Bangun Personal Branding di Era Digital untuk Profesional Muda

Peran Sisi Aspasia dalam Proyek Digital Health UNDP
Pada prinsipnya, strategi komunikasi yang dijalankan untuk proyek digital health UNDP berbasis pada audience segmentation dan evidence-based storytelling.
Sisi mengungkapkan, strategi ini mengintegrasikan tiga elemen utama sebagai berikut.
Public communication: untuk menyederhanakan informasi teknis dan mengedukasi publik melalui kampanye digital dan lokal.
Stakeholder advocacy: untuk memastikan dukungan dari Kementerian Kesehatan dan donor melalui narasi berbasis data dan hasil.
Merancang konten berbasis tujuan dengan meningkatkan literasi vaksinasi, obat-obatan, penyakit menular, hingga istilah dalam logistik.
“Untuk memudahkan pengertian ini maka perlu dilakukan pendekatan ‘translate to context, not just to language’, yaitu menyusun ulang istilah teknis menjadi analogi atau visual yang relevan dengan keseharian masyarakat,” ujar Sisi.
Misalnya: alih-alih menyebut cold chain system, Sisi akan menulis, “Perjalanan vaksin dari gudang sampai Puskesmas dengan suhu yang dijaga, seperti kulkas berjalan atau cold box.”
Terdapat juga istilah seperti real-time tracking yang dijelaskan Sisi sebagai, “Petugas bisa melihat ketersediaan vaksin lewat ponsel, tanpa harus menunggu laporan manual.”
Bagikan Informasi yang Relevan dengan Audiens
Pendekatan komunikasi dalam proyek SMILE dirancang berbeda karena audiens yang dituju adalah petugas kesehatan dari berbagai daerah di Indonesia.
Namun ia juga menyesuaikan pesan yang akan disampaikan terhadap audiens lain yang akan menerimanya.
“Tapi intinya sama, kami tidak sekadar membuat acara lalu menyebarkan press release seperti yang dilakukan perusahaan pada umumnya,” jelas Sisi.
Untuk publik, strategi difokuskan pada media sosial dengan menyajikan konten edukatif berbasis kisah nyata.
Misalnya: cerita tentang vaksinasi rabies di Sumba atau penanganan demam berdarah dengue (DBD) di Balikpapan. Narasi yang dibangun bukan sekadar menceritakan kisah kehidupan pada umumnya, tetapi juga kisah yang membangun kehidupan.
Baca juga: Storytelling dalam Jurnalisme: Menceritakan Fakta dengan Cara yang Berbeda

Untuk kolaborasi dengan stakeholders seperti Kementerian Kesehatan, tim komunikasi aktif terlibat dalam berbagai kegiatan rutin.
Dalam kegiatan tersebut, Sisi dan timnya turut berkontribusi menghadirkan narasumber relevan dan melibatkan influencer terkait.
“Tujuannya adalah memperluas jangkauan pesan. Jadi, tidak hanya memperkenalkan aplikasi, tetapi juga membangun pemahaman tentang manfaat dari aplikasi,” tuturnya.
Untuk media, strategi yang dilakukan meliputi penyebaran press release, story pitch ke jurnalis, hingga produksi video dokumenter singkat bila terdapat agenda besar yang membutuhkan peliputan yang lebih luas.
Sisi juga bertanggung jawab untuk menyusun media kit, mengelola undangan media, mendampingi jurnalis saat meliput di lapangan, hingga memastikan pesan kunci yang disampaikan tetap sesuai dengan konteks program.
“Saya bertugas mengorganisir media invitation seperti media apa, dari mana, tier berapa, apakah audiens masuk sebagai target karena, misalnya, ada program imunisasi, maka targetnya adalah ibu-ibu yang belum mau anaknya diimunisasi,” ungkap Sisi.
Perusahaan Anda ingin menyebarkan press release ke media? Hubungi RadVoice sekarang.
Bagaimana Menyederhanakan Bahasa Teknis ke Publik?
Sisi menyebut terdapat sejumlah langkah yang ia lakukan saat akan menjelaskan informasi teknis menjadi narasi yang komunikatif dan lebih mudah dipahami.
Pertama: pahami konteks teknis langsung dari tim lapangan, bukan hanya dari dokumen. Pekerjaan ini serupa dengan jurnalis karena bertugas mewawancarai atau mengumpulkan informasi dari tim teknis dan pihak-pihak terkait lainnya.
Kedua: identifikasi elemen cerita manusia di balik data. Misalnya: dampak program pada petugas Puskesmas, orang tua pasien, atau tokoh masyarakat.
Ketiga: uji narasi ke orang awam sebelum publikasi untuk memastikan informasi bisa dipahami.
Keempat: gunakan gaya penulisan jurnalistik yang singkat, aktif, dan berbasis dampak.
Kesimpulan
Sisi Aspasia berperan penting sebagai penghubung antara informasi teknis dengan pemahaman publik dalam proyek digital health UNDP.
Tantangan utama bukan hanya menyederhanakan istilah, tetapi juga membangun kepercayaan terhadap sistem kesehatan yang semakin digital.
Melalui strategi komunikasi berbasis segmentasi audiens dan evidence-based storytelling, Sisi menggunakan pendekatan yang relevan bagi tiap audiens, mulai dari petugas kesehatan, masyarakat umum, hingga stakeholders.
Wawancara dengan Sisi Aspasia dilakukan pada Senin, 14 Juli 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.