Keputusan Winda Charmila untuk menjadi penerjemah freelance membuahkan hasil. Ia pun akhirnya “memiliki banyak waktu untuk memenuhi hobi yang tertunda”.
“Untuk saya pribadi, menjadi penerjemah freelance memberi saya fleksibilitas yang agak sulit didapatkan saat menjadi pekerja penuh waktu,” kata Winda.
“Saya kebetulan suka traveling dan bukan tipe yang terlalu suka berpergian hanya tiga atau empat hari untuk liburan,” tambahnya.
Sebelum menekuni profesinya sebagai penerjemah freelance, Winda bekerja sebagai wartawan periksa fakta untuk Agence France-Presse di Jakarta dan reporter berita The Jakarta Post.
“Awalnya, sih, coba-coba sebab dulu waktu di The Jakarta Post juga kadang menerjemahkan berita dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dari media lokal maupun stringer (jurnalis lepas). Lalu, seiring berjalannya waktu, jadi cukup terbiasa dan menikmati,” ujarnya.
Menjadi Penerjemah Freelance Unggul
Winda membagikan kepada RadVoice Indonesia tentang pengalamannya bekerja sebagai penerjemah freelance dan bagaimana mendapatkan berbagai klien.
Bisakah Anda ceritakan transisi dari menjadi wartawan penuh waktu ke penerjemah freelance? Sesulit apakah perjalanannya?
“Kalau transisi, sejujurnya tidak sulit sebab saya sudah dituntut untuk menulis dalam bahasa Inggris. Saat di lapangan, saya tetap menggunakan bahasa Indonesia.
“Namun, kalau menerjemahkan memang lebih rumit. Bukan kita yang menulis, jadi harus benar-benar paham maksud dari sebuah kalimat atau tulisan itu apa supaya bisa diterjemahkan dengan sebaik mungkin.
“Karena latar belakang saya adalah jurnalis, saya sempat bekerja dengan beberapa media asing yang salah satu tugasnya menjadi penerjemah maupun interpreter.
“Terakhir, saya bekerja untuk The Washington Post pada saat Pemilu 2024. Saat itu, saya dituntut untuk memberikan terjemahan pidato para pasangan calon secara langsung. Butuh konsentrasi tinggi untuk bisa menerjemahkan secepat dan sebaik mungkin.
Baca juga: Jurnalis Senior Leo Galuh Membagikan Cara Menjadi Freelancer Media Asing
“Selain itu, saya juga sempat menerjemahkan artikel berita untuk Angkasa Pura II dan laporan keuangan beberapa perusahaan di Indonesia.”
Apakah tips-tips dari Anda bagi siapa pun yang ingin menjadi penerjemah freelance?
“Banyak membaca dan latihan.
“Menurut saya, menerjemahkan itu sebenarnya tidak mudah. Kita tidak sekadar mengubah kata atau kalimat dari bahasa A ke bahasa B, tapi juga melihat konteks, tone, dan memahami bahasa yang dituju.
“Meskipun secara tata bahasa benar, belum tentu kalimatnya terdengar natural. Kita juga harus bisa membedakan kapan baiknya menggunakan kata-kata yang formal atau kasual.
“Selain itu, sebisa mungkin kita membuat hasil terjemahan itu enak dibaca.
Baca juga: 3 Tips Terjemahan Artikel Inggris-Indonesia Secara Akurat
“Kita harus tetap berusaha mengerti apa yang kita terjemahkan agar orang awam yang membaca sedikit banyak bisa mengerti.
“Misalkan, Anda bukan orang hukum. Anda lalu diminta menerjemahkan artikel atau dokumen terkait hukum. Kalau memang menyanggupi, harus banyak baca tentang topik hukum secara umum dan spesifik tentang yang Anda terjemahkan.”
Proyek penerjemah freelancer bisa datang dari mana saja, salah satunya word of mouth. Bagaimanakah pengalaman Anda?
“Saya kebetulan biasanya mendapatkan tawaran pekerjaan dari mulut ke mulut.
“Kalau menurut pengalaman saya, saya akan ditawari atau direkomendasikan karena dianggap bisa mengerjakannya dengan baik.
“Mereka tahu, entah karena pernah kerja sama saya atau tahu kemampuan saya sejauh mana.
“Selain dari mulut ke mulut, saya juga menemukan proyek dari internet atau media sosial seperti LinkedIn. Dari situs web seperti Freelancer.com juga bisa.”
Wawancara dengan Winda Charmila dilakukan pada Senin, 1 Juli 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.