Keyakinan bahwa media sosial (medsos) dapat mengembangkan karier kerap membawa praktisi humas Asti Candramaya menuju pencapaian profesional yang lebih tinggi.
Asti kini berprofesi sebagai konsultan senior Imogen Public Relations (PR) di Jakarta. Ia telah menangani berbagai brand ternama seperti Kraft Heinz, Hanwha Life Insurance, KFC, dan lainnya. Ia memulai kariernya pada Februari 2016 setelah magang di dua institusi berbeda selama lebih dari setengah tahun.
Selain menjadi konsultan, Asti juga mengunggah konten terkait kehidupan korporat dan lainnya di @c_asti, akun TikTok-nya dengan lebih dari 120.000 pengikut, yang ia sapa dengan panggilan “corporate besties” atau “teman-teman korporat”.
“PR dan dunia digital socmed itu berkesinambungan, PR tidak selalu tentang traditional media,” ujarnya.
Pemahamannya terkait media konvensional dan medsos memberi Asti pemahaman lebih mendalam tentang key opinion leaders atau KOL. Ia kini juga bertanggung jawab untuk manajemen KOL.
Asti memaparkan pengalamannya mengadopsi medsos dalam profesinya sebagai praktisi humas kepada RadVoice Indonesia.
Anda punya lebih dari 100 ribu pengikut TikTok. Sepenting apakah medsos untuk rekan-rekan humas sekarang?
“Menurut saya, sekarang PR itu sudah evolve dari pertama kali saya terjun ke PR. Dulu semuanya masih tradisional. Saya masih mengalami masa-masa mengirim undangan media pakai fax, kok.
“Sekarang PR juga ikut goes digital. Jadi, platform-platform media sosial ini memang perlu di-explore juga oleh teman-teman PR.
“Istilahnya, kalau saya tidak cepat-cepat belajar soal medsos, mungkin saya akan jadi PR yang ‘jadul’ dan lama berkembang.
Baca juga: 3 Peran Media Sosial untuk Public Relations
“Selebihnya, saya memanfaatkan media sosial untuk personal branding. Fun fact: klien dan teman-teman media juga ada yang pernah ketemu saya di Fyp (For You Page atau halaman berisikan konten yang direkomendasikan untuk pengguna) TikTok mereka, jadi saya juga ikutan cepat akrab dengan mereka.
“Medsos memberikan banyak koneksi baru. Secara umum, memang koneksi itu tidak untuk menjadi klien saya, tapi saya sekarang bisa punya koneksi ke para pemilik brand yang cukup dikenal.
“Di situ, saya jadi sering belajar branding dari mereka yang akhirnya bisa juga diaplikasikan untuk saya.
“Istilahnya, membuat saya lebih terbuka untuk hal-hal baru dalam dunia PR yang mungkin, kalau saya tidak melebarkan sayap seperti ini, ya, akan stagnan jadinya.”
Apakah pembelajaran terbaik bagi humas profesional yang ingin merambah dunia digital?
“Tetap set boundaries antara pekerjaan profesional dan media sosial, ya.
“Kalau saya pribadi, saya jarang bahas pekerjaan ‘asli’ saya di medsos dan hal-hal pekerjaan saya yang bersifat pribadi dan tentunya confidential.

“Apalagi sekarang pengguna medsos itu vokal dan sangat kritis. Tapi menurut saya, kalau memang mau terjun inilah waktunya, tidak perlu malu dan minder.
“Bahkan ke teman-teman saya, saya selalu encourage mereka untuk ngonten.
“Karena tidak hanya perihal hasil kontennya dimonetisasi, ya, tapi kalau menurut saya itu bisa jadi wadah kreatif. Apalagi di PR sekarang benar-benar dituntut kreatif.”
Di pekerjaan Anda sekarang, Anda juga terlibat dalam manajemen KOL. Bisakah diceritakan kesehariannya seperti apa?
“Saya sehari-hari masih banyak fokus di media. KOL bukan fokus kami, tapi memang kerap kami lakukan.
“Saya rasa menjadi content creator juga membantu saya untuk bekerja dalam lingkup ini karena saya jadi bisa manage ekspektasi klien vs KOL.
“Kesulitannya mungkin karena tiap KOL itu mereka punya T&C (syarat dan ketentuan) kerja sama yang berbeda-beda, sehingga kami jadi harus teliti akan hal ini.
Baca juga: 5 Tips Menjaga Hubungan dengan Influencer
“Saya selalu salut sama para spesialis KOL karena pengalaman saya saat mengerjakan ini lumayan unik dan sangat challenging. Tapi juga sekaligus menarik karena saya memperoleh banyak insight dan sudut pandang yang bisa bantu untuk proses ideation ke brand, dan tentunya saya juga sebagai content creator.”
Wawancara dengan Asti Candramaya dilakukan pada Selasa, 19 Maret 2024 dan Rabu, 20 Maret 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.