Kebiasaan mengambil foto makanan terlebih dulu sebelum memakannya, bukan hanya menunjukkan perubahan perilaku konsumen, tetapi juga bagaimana konten visual bisa menjadi alat komunikasi paling efektif melalui media sosial.
Dalam konteks ini, PR berperan penting menghubungkan brand makanan dengan persepsi audiens. Banyak brand kuliner yang mengemas foto atau video produk makanan dengan estetik untuk diunggah ke Instagram hingga memicu rasa penasaran.
Namun, apakah konten visual yang ditampilkan selalu berhasil menciptakan hasil yang positif?
RadVoice Indonesia akan membahas lebih lanjut bagaimana konten visual dalam kuliner bukan hanya soal estetika, tetapi juga strategi membangun persepsi dan pengalaman konsumen.
Bagaimana Konten Visual Kuliner Bekerja?
Sebagai makhluk visual, manusia lebih mudah memahami informasi dalam bentuk visual daripada bentuk lain. Untuk itu, konten visual berperan penting dalam menarik perhatian audiens, ketimbang sekadar kata-kata.
Meski demikian, tak sekadar foto estetik, visual yang ditampilkan juga harus memuat identitas maupun pesan yang ingin disampaikan brand.
Mengutip Jurnal Institut Desain dan Bisnis Bali, konten visual pada media sosial juga harus mempertimbangkan komposisi gambar, hingga konsistensi unsur visual yang digunakan, seperti penggunaan warna dan tipografi.
Konten visual juga dapat meningkatkan brand visual yang kuat pada suatu produk, misalnya seperti kesatuan konsep desain pada feed Instagram berupa tone warna yang senada sehingga membuat konten menjadi lebih mudah dikenali di media sosial.
Baca juga: 3 Elemen Visual yang Wajib Disertakan agar Press Release Menarik

Contohnya konten visual yang diunggah akun Instagram @tokokopituku cenderung menggunakan earth tone dan serupa kopi susu di tiap unggahannya.
Warna ini bukan sekadar estetika, tapi menjadi penguat identitas kopi Tuku yang hangat dan sederhana.
Tone warna yang konsisten membuatnya mudah dikenali dan menciptakan rasa yang familiar bagi penggemarnya.
Apa Unsur yang Harus Ada Dalam Konten Visual Kuliner?
Gaya Visual yang Konsisten
Tak cuma estetik, untuk membuat konten visual yang menarik, Anda juga harus memiliki tema visual yang konsisten.
Semua itu bergantung pada tone warna, filter, maupun mood yang ingin dibangun.
Mengutip Media Indonesia, gaya visual ini juga akan menjadi representasi dari brand atau karakter agar lebih mudah diingat audiens.
Anda perlu memilih ingin dengan gaya minimalis yang berwarna netral dan sederhana, atau bright yang lebih warna-warni dan bercahaya, hingga dark dan moody dengan warna-warna gelap dan suasana dramatis.
Editing warna maupun ukuran foto yang diunggah juga harus konsisten agar tampilan feed menjadi semakin menarik.
Plating dan Komposisi Visual
Plating atau cara penyajian makanan di atas piring yang menarik dapat menggugah selera bahkan sebelum makanan dicicipi.
Bukan hanya estetik, plating yang tepat bisa menjadi alat komunikasi visual yang efektif.
Anda harus menyesuaikan wadah yang sesuai, buat makanan terlihat berlimpah, perhatikan detail kontras pada warna makanan yang berbeda, dan memberikan garnish atau hiasan agar sajian terlihat semakin sempurna.
Narasi Visual
Anda dapat menambahkan caption atau narasi visual sebagai teks pendukung untuk memperkuat konten visual yang diunggah.
Dengan demikian, konten Anda menjadi lebih menarik dan memperkuat storytelling ketimbang sekadar keterangan ‘yuk, makan!’ atau semacamnya.
Dalam akun Instagram @dough.lab, selain menunjukkan visual yang menarik, mereka juga menuliskan caption yang singkat dan sederhana, tetapi tetap menggugah selera.
Baca juga: 9 Cara Membuat Caption Instagram yang Menarik Agar Brand Makin Dikenal

Tantangan Konten Visual Bagi PR
Meski terlihat indah dan estetik, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi ketika menghadirkan konten visual kuliner di akun media sosial.
Mulai dari risiko overpromise hingga menjaga konsistensi visual pada brand yang sudah memiliki banyak cabang.
Bisa jadi visual terlalu cantik tapi kenyataan tak sesuai. Hal ini biasanya akan menimbulkan keluhan dari konsumen yang akan memberikan review negatif atau bahkan berkomentar langsung di kolom komentar Instagram.
Sementara jika brand sudah memiliki banyak cabang, biasanya akun Instagram dikelola oleh orang yang berbeda-beda. Jika tidak diawasi dengan baik, akan sulit menjaga konsistensi pada konten yang ditampilkan.

Penting bagi PR untuk tetap menjaga kepercayaan publik, terlebih jika konten visual yang diunggah menimbulkan ekspektasi dari konsumen.
PR perlu memastikan bahwa estetika konten yang ditampilkan tetap sesuai dengan realitas produk.
Pendekatan yang jujur dan konsisten seperti ini akan memperkuat reputasi dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Konten visual kuliner kini berperan penting membangun citra dan persepsi brand di media sosial.
Melalui foto, video, warna, hingga penyajian yang konsisten, brand makanan dapat membentuk identitas yang kuat sekaligus menarik minat konsumen.
Namun, tak cukup sekadar estetik. Peran PR juga penting untuk memastikan bahwa visual yang disajikan tidak hanya menarik secara tampilan, tetapi juga jujur atas rasa dan kualitas produk yang sebenarnya.