Proses Peliputan Jurnalis Gaya Hidup Meiliza Laveda

Jurnalis gaya hidup Meiliza Laveda

Menjadi jurnalis gaya hidup atau lifestyle journalist adalah sesuatu yang Meiliza Laveda senangi sejak lama.

Meiliza Laveda, kerap disapa Mei, bekerja sebagai jurnalis gaya hidup Republika Online sejak 2020, dan pernah menjadi penulis konten di Storie Indonesia pada 2019.

Peliputan gaya hidup juga Meiliza Laveda lakukan ketika magang di The Shonet pada 2019. Ia menulis tentang fashion dan kecantikan.  

RadVoice Indonesia berkesempatan mewawancarai Meiliza Laveda. Berikut selengkapnya.

Apa yang membuat Meiliza Laveda terjun sebagai jurnalis gaya hidup?

“Dari dulu, saya memang ingin bekerja di media. Saya melihat senior yang bekerja di NET TV (stasiun TV ternama). Saya menganggap, NET, kan, keren banget waktu saya masih kuliah. Penasaran posisinya seperti apa, begitu.

“Sebelum di media, saya juga pernah bekerja di dunia tulis-menulis. Tetapi kurang serius karena saya merasa tidak belajar banyak hal. EYD pun tidak diperhatikan, padahal di menulis itu perlu diperhatikan, kan? Akhirnya, saya ke media online yang di belakang layar dan nggak menghadap kamera.”

Industri komunikasi dan media berkembang pesat. Bagaimana Meiliza Laveda tetap menyelaraskan kehidupan dan kerja? 

“Kalau saya, sih, merasa nggak terlalu mengganggu sampai sisi work-life balance, sih. Karena kalau ada waktu istirahat, saya gunakan waktu itu. Jadi saya yang mengontrol, me-manage diri sendiri.

Baca juga: Bela Dienna Bicara Humas, Siaran Pers, dan Kesehatan Mental

“Misalnya, dalam seminggu saya banyak liputan, pas weekend, saya mendapatkan libur dua hari, saya istirahat. Pintar-pintarnya kita saja untuk manage-nya.”

Banyak jurnalis pindah sebagai PR, humas, corporate secretary atau corporate communications. Di titik apa Meiliza Laveda anggap pekerjaan ini ideal?

“Ideal dari gaji dan kepuasan kerja. Ada rasa senang atau tidaknya terhadap pekerjaan ini, dan dari situasi atau suasana juga.

“Situasi atau suasana yang saya maksud adalah kondisi media saat ini secara keseluruhan.

“Ditambah lagi, dari sisi beban kerja atau workload.”

Ketika menerima press release, bagaimana Meiliza Laveda mengolahnya sehingga bernilai berita?

“Pertama, lihat dari isinya dulu. Kan, press release ini biasanya ngejual, ya, soft-selling begitu. Sebisa mungkin, tidak terlalu menonjolkan produk atau acaranya begitu.

“Biasanya, saya hanya sebutkan manfaat dari sebuah produk. Menulis artikel lifestyle membutuhkan riset untuk menambah informasinya juga.

Press release ada kutipan narasumber, saya masukkan kutipannya, lalu menyebutkan perkataan narasumber di nama acara yang diliput. Tidak membahas sama sekali peluncurannya tentang apa.

Baca juga: 3 Narasumber yang Harus Dikutip dalam Press Release, Jangan Sampai Salah!

“Kecuali memang itu pesanan kantor dari klien, jadi saya menyebutkan acara peluncurannya. Kalau tidak, saya membahas dari sisi edukasinya saja.”

Ketika meliput topik lifestyle, apa poin penting yang perlu disampaikan pembaca? 

“Masih di sisi edukasi.

“Kedua, misalnya seperti dikaitkan dengan what’s happening yang saat itu sedang ramai. Biasanya, suka ada yang viral-viral, itu bisa dikaitkan. Kalau mau cari angle lain.

“Ketiga, ketika mendapat undangan menonton film, ada macamnya, misal screening saja. Kalau untuk analisisnya, saya sebutkan filmnya.

“Kalau misalnya ada sesi doorstop dengan pemain atau pembuat film, saya bertanya tentang apa saja yang sedang ramai saat ini, pendapat public figure, atau sejenisnya.”

Apakah memungkinkan jurnalis gaya hidup pindah ke topik liputan/desk lain?

“Bisa saja, sih. Jurnalis itu dituntut bekerja cepat dan banyak.

Baca juga: Perjalanan Alfida Febrianna Menjadi Jurnalis Pro

“Walaupun menjadi jurnalis gaya hidup terkesan main-main saja, tapi harus bekerja cepat, lho. Angle-nya banyak.

“Kita juga melansir berita dari luar. Sedangkan yang di lapangan, misal fokus di kementerian apa atau di KPK, itu tidak bersinggungan dengan situs-situs luar.

“Jadi, bisa-bisa saja, sih, menurut saya.”

Pesan yang ingin Meiliza Laveda sampaikan untuk pembaca yang ingin terjun sebagai jurnalis gaya hidup?

“Seru, enak banget di lifestyle!

“Pastikan topik lifestyle adalah bidang yang Anda suka. Walaupun Anda tidak suka, at least mendekati suka. Jangan sampai liputan di lifestyle malah nggak suka.

“Karena topik liputan lifestyle banyak, kan, tidak hanya spesifik satu, misalnya hukum. Di liputan lifestyle, kita akan bertemu dokter, artis, kadang public figure. Lebih banyak macam-macamnya.

“Usahakan Anda suka dan bisa menguasainya. Ada reporter yang hanya mengulik topik kesehatan terus, ketika menulis tentang makanan, bingung. Seperti, ‘Aduh, me-review makanan gimana nih?’ Kata apa saja yang dapat mendeskripsikan makanan itu wajib dicoba oleh pembaca.”

Wawancara dengan Meiliza Laveda dilakukan pada Sabtu, 3 Februari 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?