Content writer freelance Astuti Pratiwi mulai menulis secara profesional karena ingin menambah keahlian dan penghasilan tambahan. Ia pun berharap dapat bekerja dari rumah (WFH).
Tiwi lalu mencoba menulis tentang keuangan dan pekerjaan di akun LinkedIn-nya sebelum menerima tawaran sebagai content writer freelance.
Ia juga sempat belajar tentang gaya bahasa dan kaidah penulisan yang benar, serta tentang upah yang layak untuk content writer freelance. Beberapa proyek yang pernah ia lakukan di antaranya menulis konten untuk media sosial dan website.
Berkarier sebagai penulis lepas sejak 2022, Astuti Pratiwi membagikan keseharian pekerjaannya sebagai content writer freelance kepada RadVoice Indonesia.
Seperti apa perbedaan penulisan konten di website dan media sosial yang Anda pelajari?
“Penulisan di website itu jumlah katanya lebih banyak, sehingga isinya lebih komprehensif.
“Media sosial itu lebih singkat karena memang bertujuan untuk interaksi langsung dengan audiens.
“Sesuai dengan tujuan penulisan konten yang lebih mengedukasi, jadi saya lebih berbagi wawasan lewat artikel di media sosial atau website.”
Boleh dijelaskan bagaimana contoh penulisan konten media sosial dan website yang pernah Anda tulis?
“Penulisan konten di website dan media sosial lebih ke proses pembuatan karena goals dari kedua output-nya berbeda.
“Kalau menulis untuk website itu harus riset yang dalam dan detail. Misalnya, nulis travel. Saya harus mencari sumber yang lebih banyak, meskipun saya sudah datang langsung ke tempat tersebut.
Baca juga: 5 Tips Menulis Artikel Travel yang Menarik, Harus Selalu Update
“Contohnya, saat saya menulis tentang Tebet Eco Park. Sebelum akhirnya ditulis sebagai artikel, saya harus mencari sumber lain. Seperti kapan taman itu resmi dibuka, konsepnya apa, dan sebagainya.
“Saya pun harus mencari beberapa pengunjung untuk meminta komentar mereka terkait tempat tersebut. Website tidak hanya informatif, tetapi juga edukatif.
“Hal ini tentu berbeda dengan media sosial. Untuk menulis di media sosial, biasanya berdasarkan survey dari audiens. Output lebih singkat.
“Kebetulan saya menulis untuk Instagram, jadi biasanya output tulisan saya akan dijadikan infografis oleh klien saya. Pemaparannya pun jauh lebih singkat dibandingkan dengan website.“
Bagaimana Anda mencari ide untuk penulisan konten? Ide sendiri atau diberikan oleh editor?
“Beberapa diberikan editor, tetapi terkadang saya juga mencari ide sendiri.
“Biasanya, artikel seperti travel atau fashion itu saya melakukan riset sendiri, kemudian diberikan kepada editor.
“Inspirasi dari media sosial paling sering, misalnya, trending topic X (dulunya Twitter) atau baca-baca di media online.
Baca juga: 5 Tips Mengolah Trending Topic Jadi Konten
“Lalu, saya buat pertanyaan ke diri sendiri: ‘Apa sih yang lagi dibahas saat ini?’
“Saya kemudian akan lebih mudah menentukan tema tulisan saya.”
Salah satu unsur penulisan content writer freelance untuk website adalah keyword. Apakah sama kalau menulis untuk media sosial?
“Sama karena menggunakan prinsip SEO. Itu mempermudah saya banget ketika menulis konten, baik di media sosial atau website.
“Prinsip SEO yang digunakan juga sama: mengedepankan keyword pada judul.
Baca juga: 3+ Tips Menulis Artikel SEO yang Efektif, Wajib Perhatikan Keyword!
“Kalau di media sosial, biasanya jumlah hashtag dibatasi sehingga algoritma yang ditargetkan akan tercapai.”
Apa tantangan terbesar menjadi penulis konten di website dan media sosial? Bagaimana Anda mengatasinya?
“Tantangan terbesarnya adalah perubahan tren yang selalu berubah dan rasa jenuh dari audiens, baik di media sosial atau website.
“Cara mengatasinya adalah dengan membuat konten timeless, sehingga konten tersebut akan tetap bertengger di mesin pencarian.
“Selain itu, seorang content writer freelance juga dituntut untuk menulis konten yang tidak membosankan dengan menggunakan gaya bahasa saat ini.
“Jika hal itu dilakukan, otomatis pembaca akan merasa tertarik. Engagement di media sosial atau website akan terus meningkat dan menarik banyak audiens.”
Boleh diberikan tips kepada anak muda yang ingin menjadi content writer freelance?
“Harus sering membaca buku maupun artikel.
“Dengan mempunyai wawasan dan bekal kosakata yang banyak, menulis jagi mudah.
“Jika gagal, terus coba jangan patah semangat.
“Semakin banyak konten yang kamu tulis, jangan merasa langsung berpuas diri.
“Kemudian, jangan malas untuk melakukan upgrade skill agar penulisan semakin bagus. Menulis pun akan lebih menyenangkan.”
Wawancara dengan Astuti Pratiwi dilakukan pada Senin, 25 Maret 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.