Di tengah riuhnya pasar parfum lokal, ada satu merek yang mencuri perhatian para pencinta aroma: ALT Perfumery. Di balik merek ini, ada Edwin Surya Yahya, seorang mantan banker yang memutuskan untuk mengejar passion-nya. Tak sekadar bisnis, bagi Edwin, parfum adalah ekspresi dari alter egonya.
Edwin berbagi cerita kepada RadVoice Indonesia, tentang perjalanan membangun ALT Perfumery dari nol, filosofi di balik nama “ALT”, dan bagaimana ia melihat masa depan industri parfum lokal.

Baca juga: Strategi CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata Menjaga Work Life Balance
Dari Finance ke Fragrance
“Wangi itu bukan hanya soal bau enak. Itu cerminan siapa diri kita,” katanya membuka obrolan.
Berawal dari keharusan tampil rapi dan wangi ketika menjadi banker, kebiasaan memakai parfum telah menarik perhatian dia untuk menyelami dunia aroma lebih dalam lagi.
“Dulu kan setiap hari harus tampil rapi dan wangi. Akhirnya keterusan hobi beli parfum. Lama-lama, muncul rasa ingin menciptakan sendiri,” ungkapnya.
Kemudian di tahun 2020, di tengah pandemi, Edwin diajak oleh seorang teman baik yang kini menjadi co-founder ALT Perfumery, untuk mulai bereksperimen dengan essential oil dan fragrance.
Ini menjadi perjalanan awal Edwin terjun di dunia meracik parfum, bukan dari laboratorium atau sekolah perfumery, melainkan dari essential oil, menjadi aroma yang dia inginkan sesuai ego dan kebutuhan yang berbeda-beda untuk setiap occasion.
“Dari situ mulai explore, dan akhirnya produk pertama kami keluar di Juli 2021,” kenang Edwin.
Baca juga: Dari Keresahan Menjadi ‘Kanvas Ekspresi’: Cerita Co-founder Brand Phouls Dinda Desca Pradhina
ALT Perfumery: Alter Ego dalam Wujud Aroma
Ketika ditanya alasan memilih usaha parfum lokal yang sudah ‘padat’ dan kompetitif, Edwin menjawab bahwa itu adalah bentuk ego dia.
“Mungkin agak ego, tapi menurut saya parfum itu subjektif. Tidak ada parfum yang benar-benar ‘tidak enak’. Semua tergantung selera,” pendapat Edwin.
Menurutnya, aroma itu cerminan personal seseorang. Ada orang yang suka wangi bold dan dark, atau yang light dan playful, di mana itu semua berhubungan dengan alter ego tiap individu.
Nama ALT Perfumery pun bukan sembarang singkatan. ALT diambil dari kata “alter ego.” Sebuah filosofi bahwa parfum bukan hanya soal aroma, tapi tentang bagaimana kita ingin dikenali dan diingat.
“Parfum itu bagian dari identitas,” jelasnya.

Identitas yang Kuat untuk Bersaing di Pasar Parfum yang Padat
Tak bisa dimungkiri, industri parfum lokal sangat kompetitif. Tapi, Edwin punya pandangan yang cukup segar. Menurutnya tidak ada parfum yang baunya jelek, melainkan bergantung pada preferensi orang.
Maka dari itu, ALT Perfumery lebih memilih bersaing lewat keunikan, orisinalitas. Dia bercerita, salah satu produk yang cukup menantang adalah Alexandria Oud.
“Wanginya cukup niche, tidak semua orang langsung suka. Tapi saya percaya, di luar sana pasti ada orang yang akan suka. Terpenting, kami memberikan pilihan sebanyak mungkin,” kata Edwin.
Dari sisi bisnis, ALT Perfumery tumbuh dengan fondasi digital. Dia jelaskan bahwa sekitar 90% penjualan berada di e-commerce. Mereka juga aktif berkolaborasi dengan toko lokal dan komunitas di berbagai kota melalui partnership terutama di event beauty.
Bahkan, dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang, Edwin ingin membawa ALT Perfumery untuk go global. Saat ini mereka telah punya reseller di Penang dan Kuala Lumpur.
“Itu small steps, tapi validasi awal kalau pasar luar negeri tertarik dengan produk kami,” ujarnya.
Baca juga: Meliput Lagi Setelah 5 Tahun, Rasanya Seperti Kembali Pulang
Menjaga Keseimbangan Hidup dengan Work from Anywhere
Dengan jadwal yang padat dan tanggung jawab besar sebagai CEO, Edwin mengaku menjaga work-life balance bukan hal mudah. Tapi sistem kerja fleksibel banyak membantunya.
Menurutnya, ini salah satu hal yang membedakan ALT dari perusahaan lain, yaitu sistem kerja yang fleksibel. Semua anggota tim bekerja secara remote, dari mana saja.
“Kami punya tim yang terdiri dari ibu-ibu muda, dan mereka susah untuk commuting. Jadi dengan work from anywhere ini mereka bisa bekerja sambil menjaga anak. Saya juga bisa mengatur waktu buat keluarga,” kata Edwin.
Pemberlakukan ritme bekerja dari mana saja bukan tanpa alasan. Edwin yakin bahwa inspirasi, bisa datang kapan dan dimana saja. Maka, pembagian kerja dan waktu jadi kunci. “Kalau sudah waktunya off (kerja), biasanya saya serahkan kerjaan ke tim. Kami saling mem-backup,” terang Edwin.
Ia percaya bahwa kebebasan harus diimbangi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. “Yang paling penting adalah accountability,” tegas Edwin.

Kesimpulan
Dari obrolan bersama Edwin, tercermin bahwa untuk membangun usaha, yang mungkin dari nol, kuncinya adalah tetap push through dan tekun, apa pun yang terjadi. Tidak ada hasil usaha yang instan.
Apabila terjadi gagal di tengah jalan, hal yang harus dilakukan yaitu mengevaluasi, cari tahu penyebab dan perbaiki.
Dengan filosofi kuat, produk yang orisinil, dan semangat eksplorasi yang konsisten, Edwin membuktikan bahwa parfum bukan hanya persoalan wangi, tapi tentang identitas, pilihan, dan keberanian menampilkan siapa diri kita.
Wawancara dengan Edwin Surya Yahya dilakukan pada Selasa, 17 Juni 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.