Algoritma Media Sosial: Siapa yang Mengontrol Konten yang Kita Konsumsi?

algoritma media sosial

Di era digital saat ini, algoritma media sosial terkadang menjadi hal yang menakutkan bagi pengguna platform pertemanan.

Kita menghabiskan berjam-jam scrolling Instagram, X (sebelumnya Twitter), TikTok, atau YouTube.

Sering kali kita melihat video berulang-ulang atau memberikan like pada gambar atau video yang serupa.

Hal tersebut dapat memicu algoritma media sosial untuk menampilkan konten, baik berupa video atau gambar yang serupa untuk dibagikan oleh para pengguna media sosial.

Algoritma media sosial mampu membuat konten tertentu muncul secara rutin di beranda Anda, sementara yang lain tidak.

Apa kita pernah bertanya bagaimana algoritma media sosial bekerja? Siapa yang mengontrolnya? Apa dampaknya terhadap cara kita mengonsumsi atau terbanjiri informasi dan membentuk opini?

Berikut ulasan RadVoice Indonesia selengkapnya.

algoritma media sosial


Algoritma membaca kecenderungan pencarian oleh pengguna di media sosial. (Semua tangkapan layar dari Instagram Fetry Wuryasti)

Apa Itu Algoritma Media Sosial?

Dilansir dari artikel Universitas Negeri Surabaya, algoritma media sosial adalah sistem otomatis berbasis pembelajaran mesin dan analitik data yang digunakan untuk menentukan konten apa yang muncul di beranda pengguna.

Sistem ini berupa serangkaian instruksi, sinyal, dan data yang mengatur cara konten difilter, diberi peringkat, dipilih, dan direkomendasikan kepada pengguna di platform.

Mereka bertindak sebagai panduan cerdas yang mencocokkan pengguna dengan konten yang sesuai dengan minat, berdasarkan analisis perilaku, interaksi, dan preferensi pengguna.

Setiap platform memiliki algoritma sendiri guna meningkatkan engagement, retensi pengguna, dan tentunya pendapatan iklan.

Contoh sederhananya, jika kita sering menyukai atau mengomentari konten tentang musik K-Pop di TikTok, maka algoritma akan menyimpulkan bahwa kita menyukai topik tersebut.

Hasilnya, konten serupa akan lebih sering muncul di For You Page (FYP).

Siapa yang Mengontrol Algoritma?

Pernahkan kita menanyakan siapa yang selama ini mengatur konten yang kita lihat dari smartphone dalam genggaman?

Jawaban singkatnya: perusahaan teknologi pemilik platform media sosial.

Beberapa pemain besar di dunia maya di antaranya:

  • Meta Platforms (Facebook, Instagram, Threads);
  • Google (Mesin pencari Google dan YouTube);
  • ByteDance (TikTok);
  • X Corp. (Twitter/X).

Mereka merancang algoritma berdasarkan sejumlah besar data pengguna.

Algoritma bukan sesuatu yang statis. Ia diperbarui dan disempurnakan secara berkala agar lebih presisi dalam “menebak” apa yang menarik bagi masing-masing pengguna.

Dengan kata lain, yang mengontrol apa yang kita lihat adalah mesin yang didesain oleh manusia dengan tujuan tertentu. Tindakan ini sering kali untuk menjaga kita tetap online lebih lama.

Masing-masing platform memiliki pendekatan berbeda. Tanpa kita sadari, para perusahaan ini akan terus menyimpan apa pun ketikan kita di kolom pencarian pada platform tersebut.

Mereka merekam jejak dan jenis konten yang kita konsumsi melalui tombol like, simpan, dan share ke pengguna lain.

Terlebih pada tayangan reels atau video, bila kita menyaksikan hingga selesai atau lebih dari setengah total durasinya, itu akan menjadi referensi untuk tayangan serupa lanjutan.

Algoritma media sosial juga bisa memprioritaskan konten yang sedang tren di daerah kita berada pada waktu aktif berselancar atau scrolling.

Baca juga: Cara Efektif Mengoptimalkan Konten Lama dengan Content Repurposing

Variasi konten yang ditampilkan oleh algoritma akan tergantung dari kebiasaan interaksi pengguna.

Tips Mengontrol Algoritma Media Sosial

Meski algoritma media sosial bersifat otomatis, kita sebagai pengguna masih memiliki sedikit kendali.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol algoritma.

Interaksi dengan Sadar

Usahakan hanya berinteraksi dengan konten yang benar-benar bermanfaat.

Bila tidak, kita akan mudah terdistraksi dengan berbagai tayangan lain, yang tidak serupa namun banyak dikonsumsi pengguna lain.

Gunakan Fitur Not Interested atau Hide

Ketika muncul tayangan yang dirasa tidak relevan untuk kita sebagai pengguna, pilih opsi Not Interested atau Tidak Tertarik.

Tujuannya untuk mengeliminasi tayangan serupa dan melatih algoritma agar lebih sesuai dengan preferensi.

Follow Akun yang Berkualitas dan Bervariasi

Kita terkadang scrolling di Instagram atau X untuk mencari informasi. Di lain waktu, kita hanya ingin mencari hiburan dari konten lucu.

Selektif dalam memilih akun yang akan kita ikuti agar perspektif tetap seimbang.

Interaksi sadar dalam menggunakan sosial media mampu menyaring konten yang tidak relevan.

Kesimpulan

Algoritma media sosial memegang peranan besar dalam menentukan apa yang kita lihat, baca, dan pikirkan setiap hari.

Mereka dirancang untuk membuat kita betah menggunakan media sosial, namun di saat yang sama bisa membentuk cara kita memandang dunia, sering kali tanpa kita sadari.

Sebagai pengguna, penting untuk menjadi kritis dan sadar, serta mengambil langkah-langkah kecil untuk mengontrol pengalaman digital kita.

Yang paling berhak mengontrol apa yang kita lihat justru diri sendiri, bukan algoritma media sosial.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?