Ancaman Bagi PR di Era Deepfake AI

deepfake AI

Masih ingatkan Anda dengan beredarnya video deepfake AI yang menampilkan mantan Presiden Joko Widodo lancar berpidato dalam bahasa Mandarin?

Video yang sempat menghebohkan pada 2023 itu dengan cepat menyebar hingga memicu kebingungan di tengah masyarakat. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika saat itu langsung mengonfirmasi bahwa video tersebut merupakan hasil manipulasi deepfake AI. Namun video yang sudah beredar saat itu sudah telanjur memicu spekulasi di masyarakat. 

Di dunia public relations (PR), deepfake AI bukan hanya tantangan teknologi, tapi juga ujian kecepatan untuk merespons, menjaga kepercayaan publik, hingga mempertahankan reputasi. 

Ancaman deepfake AI di masa kini semakin nyata dan potensi mengancam reputasi jika masyarakat telanjur percaya.

Bagaimana seharusnya PR menyikapi ancaman ini? RadVoice Indonesia menjelaskan lebih lanjut tentang ancaman deepfake AI bagi PR sebagai berikut.

Ancaman Deepfake AI Bagi PR

Deepfake merujuk pada video yang telah dimanipulasi dengan menggabungkan gambar dan suara dari orang tertentu (swap wajah) dengan bantuan AI atau kecerdasan buatan. 

Mengutip Indonesia PR, teknologi deepfake AI juga bisa digunakan untuk memalsukan audio, memetakan target wajah, hingga fake lip sync.

Awalnya teknologi ini ditujukan untuk hiburan TV maupun media sosial. Namun saat ini justru disalahgunakan untuk menyesatkan dan menyebarkan informasi palsu. 

deepfake ai
Teknologi deepfake AI juga bisa digunakan untuk memalsukan audio, memetakan target wajah, hingga fake lip sync. (Foto oleh Freepik)

Data Entrust Cybersecurity Institute yang dipublikasikan CNN Indonesia mengungkap, serangan deepfake terjadi setiap lima menit pada 2024, dengan peningkatan pemalsuan dokumen digital sebesar 244 persen dibanding tahun sebelumnya. 

Dalam PR, hal ini dapat merusak reputasi seseorang atau perusahaan. Misalnya beredar sebuah video palsu yang menampilkan CEO sebuah perusahaan sedang menyampaikan komentar negatif tentang suatu isu sensitif yang sedang ramai di masyarakat. 

Jika masyarakat mempercayainya sebelum ada klarifikasi, reputasi yang selama ini telah susah payah dibangun terancam runtuh dalam sekejap. 

Hal ini menjadi tantangan bagi PR dalam mengejar kecepatan untuk menyampaikan kebenaran. 

Apa yang Perlu Dilakukan PR?

Berikut sejumlah langkah yang dapat dilakukan PR jika mendapat serangan konten deepfake AI menurut Ellen Huber dalam PR News

Verifikasi Konten yang Beredar

Lakukan proses verifikasi dengan cepat dan jelas untuk mengidentifikasi apakah sebuah konten asli atau hasil manipulasi. 

Terdapat tanda-tanda yang mudah untuk mendeteksi sebuah konten hasil manipulasi. Misalnya seperti kedipan mata yang tidak wajar, posisi kepala yang aneh, hingga nada bicara. 

Jika beredar video yang menunjukkan CEO atau pimpinan mengucapkan pernyataan negatif atau kontroversial, tim PR harus segera bekerja sama dengan tim IT atau pakar digital untuk menganalisis video tersebut. 

Hasil analisis ini dapat menjadi dasar untuk menyampaikan pernyataan resmi dan mengklarifikasi bahwa video tersebut palsu.

Laporkan Konten Palsu ke Platform Media Sosial Terkait

Anda dapat melaporkan atau menyampaikan secara resmi ke pihak manajemen media sosial terkait keberadaan konten deepfake tersebut. Dengan demikian, konten palsu tersebut pun dapat segera dihapus.

deepfake ai
Anda dapat melaporkan secara resmi ke pihak manajemen media sosial terkait konten deepfake. (Foto oleh amenic181/Freepik)

Misalnya, konten deepfake yang Anda temui beredar di platform Instagram dan TikTok. Anda dapat melaporkannya langsung melalui kanal resmi Instagram dan TikTok meminta agar konten dihapus dan tak beredar semakin luas. 

Komunikasi dengan Karyawan hingga Stakeholders

Segera beri penjelasan kepada pihak-pihak yang terdampak seperti karyawan, pelanggan, hingga investor. 

Anda dapat melakukannya dengan mengirim surel resmi yang menjelaskan bahwa konten yang beredar adalah deepfake dan pihak manajemen sedang berupaya untuk menanganinya. 

deepfake ai
Segera beri penjelasan kepada pihak-pihak yang terdampak seperti karyawan, pelanggan, hingga investor. (Foto oleh Freepik)

Untuk pelanggan, Anda dapat memberikan pernyataan resmi di website maupun media sosial perusahaan demi mengklarifikasi konten yang beredar. 

Langkah-langkah ini perlu dilakukan untuk meminimalkan kerusakan reputasi dan tetap menjaga kepercayaan pihak-pihak berkepentingan. 

Edukasi soal Deepfake di Lingkungan Internal

Sebarkan awareness dan edukasi tentang deepfake di antara kolega perusahaan. Anda juga  dapat menerapkan pelatihan dan protokol keamanan.

Edukasi ini perlu dilakukan agar tim internal tidak mudah termakan hoaks dan tetap menjaga reputasi perusahaan. 

Manfaatkan Monitoring Tools untuk Deteksi Konten Deepfake

Anda dapat menggunakan monitoring tools untuk memantau brand secara online, sehingga dengan mudah mendeteksi jika ada konten mencurigakan yang berpotensi deepfake.  

Dengan memanfaatkan alat pemantau ini, Anda dapat lebih cepat mendeteksi jika ada konten palsu hingga menyusun klarifikasi untuk mencegah konten menyebar lebih luas. 

Kesimpulan

Keberadaan deepfake AI menjadi tantangan nyata bagi PR. Teknologi yang semula untuk hiburan kini justru disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu yang berpotensi menghancurkan reputasi. 

PR dituntut untuk merespons dengan cepat dan efektif. Mulai dari verifikasi konten, melaporkan ke platform media sosial, menjalin komunikasi dengan pihak internal maupun eksternal, hingga memberikan edukasi dan monitoring yang kuat. 

Upaya tersebut perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan reputasi dan tetap  menjaga kepercayaan masyarakat.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?