Tujuan utama dari public relations (PR) adalah menciptakan dan memelihara citra publik yang positif bagi perusahaan atau kliennya. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang PR harus memiliki skill public relations yang mumpuni.
Perannya kini tidak lagi sebatas menulis siaran pers atau sekadar menjawab pertanyaan media. Di era digital, PR adalah garda depan reputasi organisasi. Mereka mengelola komunikasi lintas kanal, membangun kepercayaan publik, dan merespons isu secara real-time.
Mengutip dari LiveAbout, PR bertanggung jawab menciptakan, memelihara, dan mempromosikan citra publik yang positif di mata pers dan publik bagi individu, kelompok, atau organisasi yang mereka wakili.
RadVoice Indonesia akan mengungkapkan sejumlah skill public relations yang wajib dimiliki oleh orang-orang yang bergerak di bidang PR. Apa saja itu? Simak penjelasannya di bawah ini.
Mengapa Skill Public Relations Penting di Era Digital?
Menurut Glints, perusahaan modern kini mencari tenaga humas yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga melek digital, peka terhadap isu sosial, dan mampu mengelola komunikasi lintas platform.
Artinya, skill public relations bukan lagi pelengkap, tapi syarat utama bagi profesional komunikasi. Tanpa keterampilan yang relevan dengan zaman, seorang humas bisa tertinggal dari perubahan industri media dan ekspektasi publik.
PR biasanya berada di bawah divisi kehumasan suatu organisasi. Bisa juga organisasi tersebut menyewa jasa dari sebuah agensi PR untuk menjalankan fungsi public relations.
Biasanya, sebuah organisasi mempekerjakan PR untuk menjembatani kesenjangan dalam pemahaman antara organisasi dan orang luar. Meski jarang terjadi, skill public relations diperlukan untuk menghadapi krisis atau publisitas yang buruk.
Baca juga: 3 Fungsi Public Relations dalam Perusahaan

13 Skill Public Relations yang Wajib Dimiliki
Jika Anda seorang praktisi di bidang tersebut atau perusahaan Anda sedang mencari PR terbaik, kami merangkumkan 13 skill public relations yang wajib dimiliki seorang humas:
1. Kemampuan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi adalah fondasi utama seorang profesional PR. Dalam setiap situasi, baik krisis, peluncuran produk, maupun kegiatan sosial, praktisi humas dituntut untuk menyampaikan pesan dengan cara yang jelas, persuasif, dan sesuai dengan audiensnya.
Mereka tidak hanya berperan sebagai juru bicara perusahaan, tetapi juga penerjemah pesan antara organisasi dan publik. Artinya, ia harus mampu memahami sudut pandang publik sebelum menyusun narasi komunikasi yang efektif.
Dalam dunia digital, komunikasi juga mencakup kemampuan menulis caption, menanggapi komentar di media sosial, hingga berbicara di forum daring.
2. Menjalin Relasi dengan Pihak Eksternal
Relasi atau networking adalah segalanya di bidang PR. Mengutip dari Muck Rack, salah satu pilar utama dari profesi ini adalah membangun hubungan yang langgeng dengan media dan komunitas lokal.
Menjalin hubungan yang baik dengan jurnalis dan media adalah bagian penting dari peran PR. Humas harus memahami ritme kerja redaksi, cara menulis rilis berita yang menarik, dan waktu terbaik untuk pitching agar liputan diterima.
Hubungan yang terjaga baik dengan media tidak hanya memudahkan penyebaran informasi positif, tetapi juga membantu ketika terjadi krisis. Media yang percaya dengan kredibilitas PR akan lebih terbuka menerima klarifikasi dan menghindari pemberitaan yang merugikan.
Kemudian, PR memupuk relasi dengan mengembangkan hubungan, berbagi informasi baru, memulai percakapan yang menarik, hingga bersikap responsif dan ramah.
3. Manajemen Krisis (Crisis Management)
Krisis PR bisa datang kapan saja, terutama di era media sosial yang serba cepat. Satu kesalahan kecil dapat menyebar luas dan mengancam citra perusahaan.
Oleh karena itu, PR harus memiliki keterampilan manajemen krisis yang kuat, mulai dari mendeteksi potensi isu, merancang strategi respons, hingga mengendalikan narasi publik.
Seorang PR profesional juga perlu memiliki rencana krisis yang terstruktur. Ini terkait dengan siapa yang berbicara, bagaimana pernyataan disusun, dan kapan waktu yang tepat untuk merespons. Tindakan cepat namun terukur sering kali menjadi pembeda antara reputasi yang selamat dan rusak.
Seorang humas harus bisa bisa membuat standar operasional prosedur sebagai persiapan menghadapi masa-masa krisis. Sehingga, ketika krisis benar-benar terjadi, Anda bisa mengatasinya secara cepat sebelum citra negatif berdampak terhadap kinerja organisasi.
4. Manajemen Waktu
Pekerjaan PR melibatkan berbagai kegiatan sekaligus: menulis, menghadiri rapat, menjawab media, dan menyiapkan acara. Tanpa kemampuan manajemen waktu, semuanya bisa berantakan.
PR yang sukses tahu bagaimana menentukan prioritas dan membagi waktu secara efisien. Menggunakan alat bantu seperti kalender editorial atau manajemen proyek digital dapat membantu menjaga produktivitas dan menghindari kelelahan kerja.
5. Kemampuan Menulis dan Storytelling
Kemampuan menulis adalah inti dari pekerjaan humas. Baik dalam bentuk press release, artikel opini, laporan kegiatan, maupun konten media sosial, mereka harus mampu menyampaikan pesan secara singkat, padat, namun tetap menarik.
Lebih dari sekadar menulis, storytelling memungkinkan PR membangun hubungan emosional dengan publik. Cerita yang baik mampu membuat audiens memahami nilai dan misi organisasi secara lebih dalam. Menurut The Guardian, seorang public relations diharapkan dapat menulis konten menarik, baik itu artikel di majalah, iklan advertorial, media sosial, atau siaran pers.
Misalnya, menceritakan kisah di balik sebuah inisiatif CSR dapat menciptakan kepercayaan publik sekaligus memperkuat reputasi merek.
Jika memiliki pemahaman tata bahasa yang baik dan pengalaman menulis berbagai jenis konten, ini bisa menjadi keunggulan Anda. Seorang humas juga harus teliti dan memperhatikan detail. Ini tidak hanya berguna saat menulis, tetapi juga ketika Anda memeriksa naskah orang lain.
Baca juga: Mengenal Public Relations: Pengertian, Tugas, Jenjang Karier, Skill hingga Gaji
6. Riset

Strategi komunikasi yang efektif tidak bisa dibuat tanpa riset. Humas perlu mengumpulkan dan menganalisis data audiens, tren media, serta sentimen publik sebelum membuat keputusan strategis.
Sebab, pihak humas dituntut untuk menjadi pilar terdepan dari sebuah perusahaan atau lembaga, sehingga mereka harus mengetahui dunia luar. Jadi, penting untuk seorang humas mengetahui kondisi pasar sebelum perusahaan mengembangkan sebuah produk atau jasa.
Selain itu, seorang PR juga harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap semua isu yang berkembang di publik.
Melalui riset yang baik, PR dapat menentukan kanal komunikasi paling tepat, waktu publikasi terbaik, serta pesan yang paling relevan. Dengan data, humas dapat berpindah dari pendekatan intuitif ke pendekatan berbasis bukti (data-driven PR).
7. Kemampuan Public Speaking dan Bahasa Asing
Seorang PR sering tampil sebagai representasi organisasi di depan publik, baik dalam konferensi pers, seminar, maupun wawancara media. Karena itu, public speaking bukan sekadar kemampuan berbicara, tetapi juga seni mengomunikasikan pesan dengan percaya diri dan berwibawa.
Latihan rutin, penguasaan materi, dan kemampuan membaca situasi audiens menjadi kunci sukses dalam public speaking. PR yang mampu berbicara dengan tenang di bawah tekanan akan menjadi aset penting bagi perusahaan.
Selain itu, kemampuan berbahasa asing menjadi salah satu skill public relations yang wajib dimiliki, minimal bahasa Inggris. Ketika Anda memutuskan untuk menjadi seorang PR, mindset pun harus berubah menjadi internasional.
Di era globalisasi seperti saat ini, bisnis akan terus berkembang bahkan hingga ke tingkat internasional.
Kemampuan bahasa asing tidak hanya digunakan untuk komunikasi secara langsung, tetapi juga menulis konten terkait perusahaan dan lembaga. Jadi, semakin banyak bahasa yang dikuasai oleh seorang profesional PR, semakin besar peluang perusahaan untuk mengembangkan bisnis secara global.
8. Kreatif dan Adaptif
Industri komunikasi terus berubah. Platform baru muncul setiap tahun, tren berganti cepat, dan audiens semakin selektif. Karena itu, PR perlu berpikir kreatif untuk menyesuaikan pesan dengan cara yang segar dan relevan.
Kreativitas juga penting dalam menyusun kampanye yang berdampak, misalnya menggabungkan konten visual, video pendek, dan kolaborasi dengan influencer. Namun, kreativitas harus diimbangi dengan kemampuan adaptasi agar ide yang dihasilkan tetap kontekstual dan sesuai nilai perusahaan.
Menjadi PR juga menuntut Anda untuk memberikan ide-ide segar untuk mendekati klien atau promosi bisnis. Semakin kreatif ide Anda, karir sebagai humas di perusahaan atau lembaga pun akan semakin cemerlang.
9. Negosiasi dan Diplomasi
Seorang humas sering berhadapan dengan perbedaan kepentingan, baik antara publik dan perusahaan maupun antar-departemen internal. Keterampilan diplomasi membantu PR mencari solusi tengah yang adil dan tidak menimbulkan konflik baru.
Negosiasi juga dibutuhkan saat bekerja dengan mitra eksternal, sponsor, atau media. PR yang mampu bernegosiasi dengan elegan akan menjaga hubungan profesional tetap sehat dan saling menguntungkan.
Baca juga: 7 Profesi yang Dekat dengan Pekerjaan Public Relations

10. Media Sosial
Humas masa kini harus menguasai strategi komunikasi digital, mulai dari memahami algoritma media sosial, teknik SEO untuk artikel PR, hingga membaca metrik engagement untuk mengevaluasi performa kampanye.
Pemahaman media digital membuat PR lebih efektif dalam menjangkau audiens modern. Dengan alat seperti Google Analytics atau media monitoring tools, humas dapat mengetahui opini publik secara real-time dan merespons dengan strategi komunikasi yang relevan.
Di era digital seperti saat ini, media sosial menjadi salah satu penunjang bisnis yang sangat penting. Perlu diingat, media sosial menjadi salah satu pilihan utama seseorang dalam mencari informasi. Skill public relations satu ini dianggap penting ketika Anda ingin melakukan klarifikasi secara cepat.
Tak hanya untuk klarifikasi, media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan teaser produk terbaru dari perusahaan Anda.
11. Empati dan Emotional Intelligence
Hubungan antara organisasi dan publik tidak selalu berjalan mulus. Di sinilah empati berperan penting. PR yang memiliki emotional intelligence tinggi mampu memahami perasaan audiens, menanggapi keluhan dengan tenang, dan membangun kepercayaan bahkan dalam situasi sulit.
Kemampuan empatik juga membantu humas dalam menulis pesan yang menyentuh hati publik. Dalam konteks komunikasi krisis, empati menunjukkan sisi manusiawi perusahaan, bukan sekadar formalitas.
12. Pemahaman Branding dan Reputasi
Branding bukan hanya urusan tim marketing. PR juga berperan penting dalam menjaga konsistensi pesan dan citra perusahaan.
Humas perlu memahami nilai inti (core value) organisasi agar setiap komunikasi mencerminkan identitas merek secara utuh.
Selain itu, reputasi tidak dibangun dalam semalam. Dibutuhkan komunikasi yang konsisten, transparan, dan empatik kepada publik agar merek dipandang positif dalam jangka panjang. PR adalah penjaga narasi besar tentang siapa perusahaan dan apa nilai yang dibawa.
13. Kolaborasi dan Leadership
Dalam dunia kerja modern, PR jarang bekerja sendirian. Ia harus mampu berkoordinasi dengan tim marketing, kreatif, hingga manajemen puncak. Oleh karena itu, kemampuan berkolaborasi dan memimpin proyek menjadi keterampilan esensial.
Leadership dalam PR bukan hanya soal jabatan, tetapi juga kemampuan menginspirasi. Pemimpin PR yang baik tahu kapan harus memimpin dan kapan harus mendengarkan timnya untuk mencapai tujuan komunikasi bersama.
Jika sudah memiliki sekian banyak skill public relations ini, dapat dikatakan Anda sudah cukup menguasai bidang profesi Anda. Apakah ada bagian yang sekiranya masih belum Anda kuasai?
Apabila Anda membutuhkan konsultasi dengan keahlian strategi konten dan rilis berita untuk meningkatkan citra brand perusahaan, tim RadVoice siap membantu Anda!
