Beberapa minggu terakhir, gerakan aura farming tari pacu jalur, tradisi dari Riau, mendadak jadi perbincangan global.
Gerakan tangan anak berkacamata hitam, bernama Rayyan Arkha Dhika, di ujung perahu yang sederhana, otentik, dan penuh percaya diri menarik perhatian.
Sekali tepukan, jutaan mata tertuju padanya. Mulai TikTok hingga Instagram, video itu merebak.
DJ Steve Aoki bahkan menyelipkan gerakan itu dalam penampilannya di Portugal, sementara pebalap Marc Marquez merayakan kemenangannya dengan pose serupa.
Musisi Amerika Mike Melly, yang lagunya kini melekat di tiap video pacu jalur, ikut membagikan ulang tayangan viral itu. Ini membuktikan, aura farming tari pacu jalur benar-benar menembus batas benua.

Lalu, apa yang membuat gerakan sederhana seorang anak di tepian sungai Riau bisa meledak hingga ke panggung dunia?
Mengapa tiba-tiba semua ingin menangkap “aura” di balik tarian perahu tersebut?
RadVoice Indonesia akan menyelami fenomena aura farming tari pacu jalur. Termasuk, dari mana asal muasalnya, mengurai rahasia viralitas, hingga strategi untuk memanfaatkan momentum ini untuk brand Anda.
Mengapa Aura Farming Tari Pacu Jalur ‘Meledak’ di Media Sosial
Istilah aura farming mengacu pada gerakan berulang yang dilakukan seseorang untuk membangun kesan karismatik. Dengan kata lain, sesuai artian harfiahnya: menanam “aura”.
Menurut Know Your Meme yang dikutip New York Times, istilah ini populer di kalangan Gen Alpha dan awalnya sering digunakan dalam konteks anime dan selebritas.
Lalu, mengapa tiba-tiba meledak di media sosial dan bagaimana relevansinya dengan gerakan anak yang menari saat lomba pacu jalur?
Jawabannya sederhana: karena visualnya kuat dan tidak biasa.

Seorang anak laki-laki berdiri tenang di ujung perahu yang melaju kencang, dan mengayunkan angan dengan ritme penuh keyakinan, tanpa upaya membangun image yang berarti.
Gerakan yang sebenarnya fungsional, untuk memberi aba-aba atau menjaga keseimbangan perahu, berubah menjadi statement pose yang penuh daya tarik visual.
Perpaduan ekspresi tenang, postur tubuh stabil, dan timing lagu yang pas membuatnya terlihat seperti karakter utama dalam film. Ini adalah sesuatu yang sangat disukai penonton Gen Z dan Gen Alpha.
Dan ketika satu video berhasil menciptakan kesan “main character energy“, internet pun mengambil alih.
Baca juga: 5 Alasan Pentingnya Brand Memahami Bahasa Gen Z
Faktor-faktor yang Membuat Aura Farming Tari Pacu Jalur Semakin Viral
Lagu “Young, Black & Rich” dari Melly Mike, dengan beat yang catchy, menjadi latar sempurna untuk memperkuat kesan keren dari gerakan sang anak perahu.
Di saat bersamaan, komunitas kreator TikTok dan Instagram bergerak cepat.
Mereka meniru gaya tersebut, lalu menambahkan twist versi mereka: dari atas mobil, panggung konser hingga dermaga.
Replikasi inilah yang memicu viral loop, satu video ramai, lalu ditiru, ditonton dan ditiru lagi.

TikTok memperkuat proses ini melalui algoritma berbasis interest (minat), bukan jaringan sosial.
Halaman muka (For You Page) menyuguhkan konten viral kepada siapa saja, terlepas dari jumlah follower.
Ini membuat siapa saja, bahkan akun tanpa pengikut, punya kesempatan yang sama untuk meledak, asalkan kontennya menarik dalam beberapa detik pertama.
Umumnya yang disukai algoritma TikTok adalah: gerakan unik dan mudah ditiru, suara virual, dan potensi untuk berkolaborasi lewat fitur duet dan stitch.
Sementara Instagram, dengan algoritma yang lebih berbasis relasi sosial, memang lebih lambat menyebarkan tren.
Namun, ketika tren dari TikTok sudah cukup besar, ia ikut mengalir ke Instagram Reels, lalu diperkuat komunitas kreator yang ingin ikut hype.
Baca juga: 5+ Tools untuk Mencari Trending Topic, Wajib Tahu!
Apa yang Dapat Dipelajari Brand?
Tren ini membuktikan bahwa konten yang viral tidak harus selalu rumit.
Terpenting, memiliki daya tarik visual, emosi otentik, dan kesempatan untuk berkolaborasi.
Brand dapat meniru pendekatan ini dengan membuat konten yang:
- Mengangkat elemen sederhana tapi kuat secara visual;
- Memunculkan karakter atau simbol yang mudah dikenali;
- Mendorong partisipasi pengguna media sosial lain dengan fitur challenge;
- Memanfaatkan musik yang sedang tren.
Selain itu, brand juga dapat menciptakan “main character moment” versi mereka sendiri. Misalnya, menampilkan seseorang atau figur yang menonjol, tanpa terlalu terlihat dibuat-buat.
Kunci lainnya adalah responsif terhadap momentum. Ketika ada tren yang sedang naik, jangan tunggu terlalu lama.
Brand yang sigap membaca tren dan menyesuaikan narasinya punya potensi lebih besar untuk menarik perhatian audiens.
Baca juga: 7 Manfaat dan Kekurangan Konten Trending untuk Perusahaan Anda
Kesimpulan
Fenomena aura farming tari pacu jalur menunjukkan bagaimana gerakan sederhana dapat menjadi konten global.
Asalkan, dikemas dengan otentik, memiliki visual kuat, dan selaras dengan culture di media sosial.
Tren ini ditambah dengan musik yang pas dan dukungan kreator di TikTok serta Instagram, yang membuatnya semakin viral.
Dari fenomena ini, kita dapat belajar bahwa konten yang asli, mudah diingat, dan bisa ditiru memiliki peluang besar untuk menjadi perhatian dunia.