Banyak press release yang hanya berakhir di kotak masuk redaksi tanpa pernah terbit. Sayangnya, tim PR sudah berupaya menggarapnya sebaik dan selengkap mungkin.
Tentu bukan hal yang mudah juga bagi jurnalis untuk menyeleksi puluhan press release yang setiap hari diterima.
Mereka mesti memilih mana yang penting dan relevan, serta mana yang sekadar promosi perusahaan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami: apakah press release dikirim ke jurnalis yang tepat? Atau informasi yang dibagikan sudah sesuai dengan kebutuhan media?
RadVoice Indonesia menjelaskan tentang persoalan siaran pers yang tak pernah dimuat di media. Berikut selengkapnya.
Mengapa Press Release Tak Pernah Dimuat di Media?
Dari sisi PR, muncul dugaan ketika press release yang dikirimkan tak juga terbit. Apakah kontennya kurang menarik?
Sementara dari sisi jurnalis, siaran pers itu bisa jadi terselip di antara puluhan surel lainnya.
Sebelum saling menyalahkan, Anda perlu memahami alasan di balik gagalnya press release dimuat di media.
Tidak Riset Media
PR kerap mengirimkan siaran pers ke banyak jurnalis sekaligus (email blast) tanpa menyesuaikan topik maupun karakter media.
Misalnya, topik siaran pers tentang isu teknologi namun dikirimkan ke jurnalis yang lebih sering meliput isu politik.
Akibatnya, siaran pers yang dikirim terabaikan dan gagal dimuat di media.
Tidak Follow Up dengan Tepat
Usai mengirim press release, praktisi PR semestinya follow up kepada jurnalis.
Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan apakah jurnalis sudah menerima siaran pers dan butuh tambahan foto atau informasi tambahan lainnya.
Namun yang kerap terjadi, PR melewatkan begitu saja setelah mengirimkannya.
Baca juga: Press Release Produk: Apa, Mengapa Penting, dan Contohnya

Tak jarang pula, PR tak update dengan informasi tentang jurnalis dan tempat medianya bekerja. Bisa jadi jurnalis yang bersangkutan sudah pindah media atau tak lagi bekerja di media.
Terlalu Promosi
Mengutip LinkedIn, banyak siaran pers yang kadang terlalu bersifat promosi hingga menyerupai advertorial.
Sementara yang dicari jurnalis adalah informasi yang memiliki nilai berita dan berdampak bagi pembaca.
Jika press release terlalu menekankan pada promosi hingga banyak kata-kata indah atau berbunga-bunga, jurnalis kerap enggan untuk mempublikasikannya.
Perusahaan Anda ingin mempublikasikan press release dan dimuat di media? Hubungi RadVoice sekarang.
Judul dan Angle Tak Menarik
Jurnalis menerima puluhan press release setiap hari. Tentu tidak mudah jika mereka harus mengeceknya satu per satu.
Media biasanya mengecek secara cepat dari judul sebelum membaca isi keseluruhan.
Judul dan angle yang terkesan datar tentu akan terlewat begitu saja. Misalnya, judul yang hanya menuliskan, ‘Peluncuran Produk Baru XYZ’. PR perlu mengemas angle yang menarik sejak awal.
Terkadang, siaran pers yang dikirimkan juga tak dilengkapi dengan foto atau data visual lain yang dibutuhkan. Jurnalis pun kesulitan untuk mengolahnya.
Baca juga: 3 Elemen Visual yang Wajib Disertakan agar Press Release Menarik

Sementara dari sisi jurnalis dan media, terdapat sejumlah alasan yang menyebabkan siaran pers tak dimuat. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
Banjir Rilis
Redaksi media bisa menerima puluhan, bahkan ratusan siaran pers setiap hari.
Tanpa informasi yang penting, relevan, dan eksklusif tentu siaran pers itu akan terabaikan dan tersingkirkan oleh isu lain.
Prioritas Liputan
Siaran pers akan mudah terabaikan ketika agenda redaksi penuh. Misalnya, ada isu penting yang sedang diliput atau breaking news.
Siaran pers dengan isu tak mendesak akan cenderung diabaikan hingga berpotensi gagal untuk dimuat.
Waktu pengiriman seperti pada hari Jumat atau jelang libur biasanya juga akan membuat siaran pers terlupakan.
Apa yang Harus Dilakukan agar Press Release Dimuat di Media?
Untuk menghindari siaran pers terlewat begitu saja, praktisi PR perlu memperhatikan sejumlah langkah berikut.
Kirimkan Secara Pribadi
Kirimkan press release secara pribadi kepada jurnalis melalui surel. Gunakan sapaan dengan menyebut nama jurnalis yang dituju.
Pastikan juga bahwa topik dalam siaran pers sesuai dengan bidang dan media tempat jurnalis bekerja.
PR juga harus mempertimbangkan hari pengiriman agar siaran pers mendapat perhatian dari jurnalis.
Baca juga: 3+ Press Release yang Wajib Dihindari, Terkesan Jualan dan Banyak Klaim
Mengutip Prowly, hari terbaik mengirimkan siaran pers adalah pada hari Kamis.
Pertimbangannya adalah pada hari Kamis, jurnalis dan tim di redaksi telah mengerjakan semua tenggat waktu penting pekerjaan di rentang hari-hari pertama dalam sepekan.
Sementara hari yang paling tidak direkomendasikan adalah hari Jumat karena sudah menjelang akhir pekan. Para jurnalis cenderung mengesampingkan tugas yang bukan prioritas untuk hari Senin.
Buat Judul dan Angle yang Menarik
Langkah penting yang dapat PR lakukan adalah dengan membuat judul email menggunakan judul siaran pers yang menarik.
Anda dapat mempertimbangkan untuk membuat judul yang memuat informasi terbaru.
Jangan lupa untuk melengkapi foto, data, dan kontak yang dapat dihubungi untuk memudahkan jurnalis mengolah press release tersebut.

Kesimpulan
Press release yang tak pernah dimuat di media, bukan semata-mata kesalahan PR atau jurnalis.
Persoalannya ada pada relevansi konten dan proses komunikasi di antara keduanya.
Dari sisi PR, siaran pers kerap terhambat karena kurang riset media, tidak follow up, hingga judul serta angle yang kurang menarik.
Sementara dari sisi jurnalis, jumlah siaran pers yang terlalu banyak maupun prioritas liputan lainnya membuat rilis yang dikirimkan mudah terlewat.
Solusinya adalah PR dapat mengirim siaran pers secara personal ke jurnalis yang tepat, pilih waktu pengiriman, dan buat judul dan angle informatif untuk menambah nilai berita.