Kehadiran ChatGPT pada akhir 2022 terus menjadi topik perbincangan.
Kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI ini disebut dapat menjadi ancaman untuk para penulis konten di dunia digital.
Mengutip ZDnet.com, ChatGPT adalah sebuah alat yang dapat memproses bahasa secara alami menjadi sebuah tulisan.
Alat ini dapat melakukan banyak hal, termasuk menulis esai, memunculkan ide kreatif, hingga membuat artikel dan puisi.
Nah, kemampuan inilah yang akhirnya membuat banyak orang menganggap penulis konten tidak dibutuhkan dan akan digantikan oleh kecerdasan buatan.
Lalu, apakah anggapan tersebut benar?
Insaf Albert Tarigan, pemimpin redaksi Tek.id dalam artikel Republika bertajuk ‘Masih Perlukah Jurnalisme di Era ChatGPT?’ menyanggah anggapan yang sudah terlanjur beredar itu.
Dalam artikel tersebut, ia menjelaskan salah satu aplikasi kecerdasan buatan ini hanya akan membantu pekerjaan jurnalis maupun penulis dalam memproses data atau meringkas sebuah artikel.
Sebab, ChatGPT memiliki database yang terbatas, sehingga diperlukan keahlian seorang penulis konten atau jurnalis untuk menghasilkan artikel yang baik.
Tak hanya itu, masih ada beberapa alasan lain mengapa penulis konten masih dibutuhkan di era digital.
Peran Penulis Konten di Era ChatGPT
RadVoice Indonesia telah merangkum peran penulis konten di era ChatGPT dalam artikel berikut ini.
1. Sentuhan Manusia yang Lebih Personal
Salah satu cara kerja aplikasi kecerdasan buatan adalah menulis artikel sesuai dengan keyword yang ditentukan.
Nantinya, alat ini akan mengolah keyword tersebut hingga menjadi sebuah artikel yang utuh.
Sayangnya, artikel yang dibuat oleh aplikasi kecerdasan buatan mungkin tidak akan sebagus buatan manusia.
Sebab, alat ini hanya akan membuat tulisan berdasarkan data tanpa melihat faktor lainnya.
Seorang penulis konten akan memposisikan diri sebagai pembaca, sehingga ia mengetahui bagaimana membuat artikel lebih menarik.
Pemilihan bahasa yang digunakan pun biasanya akan lebih santai dibandingkan dengan aplikasi kecerdasan buatan.
Hal inilah yang akhirnya membuat artikel dari kecerdasan buatan harus ditinjau kembali oleh seorang penulis.
Perlu diketahui audiens akan lebih suka artikel yang ditulis dengan sentuhan manusia dibandingkan robot.
Tulisan yang dihasilkan oleh robot atau kecerdasan buatan mungkin akan sulit dipahami oleh audiens.
2. Ide Tulisan Lebih Kreatif
Alasan lain penulis konten masih diperlukan pada era kecerdasan buatan adalah tentang ide tulisan.
Ide tulisan dari ChatGPT mungkin tidak lebih kreatif dibandingkan dengan manusia.
Sebab, ide tulisan yang ada di ChatGPT hanya mengacu pada data yang ada di Google.
Kecerdasan buatan mungkin tidak mampu memproses bahasa alami dalam sebuah percakapan.
Hal inilah yang membuat artikel hasil aplikasi kecerdasan buatan tidak lebih menarik dari buatan manusia.
AI cenderung memiliki pemahaman yang terbatas dalam memahami konteks yang kompleks.
Artikel yang dihasilkan oleh AI, atau dalam hal ini ChatGPT, barangkali tidak memiliki pemahaman dan konteks yang sesuai, sehingga isi artikel tidak akurat atau tidak sepenuhnya tepat.
3. Konten Tidak Mengulang
Peran penulis konten lainnya di era ChatGPT adalah konten yang dihasilkan manusia tidak repetitif.
Artikel yang dibuat oleh AI sangat bergantung pada data, sehingga mereka akan mengulangnya di kemudian hari.
Nah, kelemahan inilah yang membuat seseorang berpikir ulang untuk menggunakan aplikasi kecerdasan buatan dalam menulis sebuah artikel.
Manusia cenderung lebih kreatif dibandingkan dengan AI dan dapat menghasilkan ide yang brilian.
Kemampuan manusia ini dapat menghasilkan artikel yang lebih beragam, sehingga tidak berulang.
Artikel yang dihasilkan oleh ChatGPT mungkin sangat mirip dengan website lain. Seorang penulis konten perlu menghindari hal tersebut.
Kesimpulan
ChatGPT mungkin dapat membantu pekerjaan seorang penulis konten, tetapi belum dapat menggantikannya.
Sebab, artikel dari sebuah ChatGPT memiliki hal-hal yang terlewatkan seperti:
- Sentuhan manusia yang lebih personal
- Ide tulisan lebih kreatif daripada hanya mengacu ke Google
- Konten yang dihasilkan manusia tidak berulang
Pada dasarnya, ChatGPT memang bisa dijadikan solusi jika Anda mengalami masalah dalam penulisan.
Namun, Anda tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan kecerdasan buatan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Jadi, sudah siap bersaing dengan ChatGPT dan membuat artikel yang lebih humanis?