Secara umum, pekerjaan PR atau public relations adalah sebagai penyambung lidah antara stakeholders perusahaan dan brand kepada publik. Untuk itu, praktisi PR umumnya menggunakan alat dan media komunikasi agar pesan tersebar ke target audiens.
Namun, semenjak hadirnya media sosial, pekerjaan PR berubah dan menuntut praktisinya bekerja lebih gesit. Media sosial menjadi salah satu kanal yang menyebarkan informasi lebih cepat terkait produk, layanan, dan sejenisnya. Bahkan tanpa perlunya pekerjaan PR, media sosial mampu menjangkau secara business to customer (B2C) atau business to business (B2B). Benarkah demikian?
RadVoice Indonesia merangkum hal-hal yang berubah pada pekerjaan PR dengan hadirnya media sosial. Apakah media sosial menjadi kompetitor atau kolaborator pekerjaan PR? Mari bahas bersama!
Pekerjaan PR yang Berubah Karena Media Sosial
Dikutip dari laman Hubspot, pekerjaan public relations dan media sosial sebenarnya tetaplah beriringan dan selaras, agar brand dan perusahaan dapat meningkatkan keterlibatan audiens dan membuat mereka tahu perkembangan terkini.
Namun, ada beberapa hal yang berubah dari pekerjaan PR seperti tiga hal berikut ini.
1. Kanal Komunikasi melalui Media Sosial
Pertama, yang berubah dari pekerjaan public relations adalah kanal komunikasi. Dikutip dari Hubspot, kini perusahaan, brand, bahkan praktisi PR menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan audiens, memonitor kompetitor dan tren, hingga menciptakan tren dan interaksi.
Ada beberapa kondisi yang membuat pekerjaan public relations sedikit berubah, salah satunya tentang penyebaran siaran pers atau pers rilis. Di beberapa kasus, siaran pers disebarkan langsung di media sosial. Di sisi lain ada pula disebarkan melalui email pada jurnalis dan editor.
Meski keduanya bekerja menyampaikan informasi, namun realistanya, media sosial jauh lebih cepat daripada di portal berita. Namun, bukankah lebih bijak informasi dari siaran pers diolah terlebih dahulu, yang merupakan pekerjaan PR, sebelum disiarkan ke publik?
2. Brand Kolaborasi dengan Influencer, Experts, dan PR
Kedua, yang berubah dari pekerjaan PR adalah brand atau perusahaan berkolaborasi langsung dengan influencer, experts, dan orang-orang biasa yang membahas topik spesifik sesuai keahlian.
Laman Hubspot menyatakan, media sosial membuat mereka menonjol dan dianggap mampu membantu perusahaan atau brand untuk mempromosikan produk dan jasa ke audiens spesifik.
Bagaimana dengan sisi PR? Praktisi PR dapat menemukan orang yang tepat pula agar terhubung pada brand atau perusahaan. Walaupun begitu, media sosial bukan hanya soal kolaborasi antara brand dengan influencer saja, tetapi juga membantu pekerjaan public relations dalam menemukan jurnalis, editor, media, bahkan klien yang tepat.
Laman Scott Public Relations menyatakan, terdapat hubungan erat antara media sosial dan relasi media (media relations) dengan pekerjaan public relations. Alasannya, media sosial berpengaruh terhadap relasi media. Melalui hubungan yang kesalingan, terlibat, dan terkoneksi, praktisi PR dapat menemukan wartawan yang tepat, selain mengandalkan email pada mereka.
Dapat dikatakan, hal-hal yang berubah pada pekerjaan public relations semenjak hadirnya media sosial adalah keniscayaan, namun tetap beriringan, bukan?
3. Siklus Kerja 24/7
Terakhir, yang berubah pada pekerjaan PR adalah siklus kerja makin panjang, bahkan sampai 24 jam dalam 7 hari. Di tengah arus informasi cepat, praktisi PR harus selalu menjadi relevan, karena profesi ini makin kompleks, menuntut, dan strategis menurut Institute for PR.
Walaupun media sosial membuat perubahan-perubahan pada pekerjaan public relations, pada praktiknya, mereka tetap menjadi garda terdepan dan memiliki peran PR di dunia media digital. Salah satunya adalah memfilter informasi hoaks dan misinformasi.
Kehadiran media sosial membuat pekerjaan public relations makin kuat dan berdampak. Bermula dari siaran pers yang dikirim melalui email ke jurnalis atau editor, kini media sosial membuat konten tersebut
“diperpanjang” saluran publikasinya.
“PR and social media are based on communication but social media, with its real-time messaging, amplifies your message, allowing PR to be stronger and more impactful.”
– Center for Social Impact Communication, Universitas Georgetown.
Kesimpulan
Pekerjaan PR memang berubah dari segi kegesitan. Mereka dituntut makin cepat, relevan, kritis, dan strategis melalui media sosial.
Dapat disimpulkan, tiga pekerjaan public relations mengalami perubahan, yakni:
- Kanal komunikasi melalui media sosial dan mempercepat penyebaran informasinya
- Brand berkolaborasi langsung dengan orang-orang yang memiliki keahlian dan audiens spesifik tertarget, misalnya influencer dan tentunya dengan bantuan praktisi PR
- Siklus pekerjaan makin panjang
Itulah pembahasan mengenai tiga pekerjaan PR yang berubah karena media sosial. Semoga dengan insight di atas, membantu Anda mempertimbangkan strategi kampanye PR dengan praktisi humas. Semangat!