Tantangan Baru Jurnalis: Ketika Narasumber Pilih Klarifikasi lewat Medsos 

klarifikasi lewat medsos

Di era digital saat ini, jamak ditemui narasumber yang memilih untuk klarifikasi lewat medsos terhadap suatu isu. 

Salah satunya termasuk isu Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sempat dikabarkan mundur dari jabatannya pada Maret 2025. 

Isu itu kemudian dibantah oleh juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hariqo Satria Wibawa melalui akun Instagram PCO (@pco.ri)

Dalam keterangan di akun Instagram, Hariqo menegaskan bahwa tidak benar Sri Mulyani mundur sebagai menteri keuangan. 

Pernyataan itu pun banyak dikutip dan dipublikasikan media online dengan mencantumkan akun Instagram PCO sebagai sumber berita. 

Meski terlihat cepat dan mudah diakses, bagaimana klarifikasi lewat medsos ini memengaruhi kerja jurnalis? 

RadVoice Indonesia akan mengulas lebih lanjut tentang tren narasumber melakukan klarifikasi lewat medsos. Berikut selengkapnya.

Mengapa Narasumber Klarifikasi Lewat Medsos? 

Penggunaan medsos kini banyak dimanfaatkan narasumber untuk sekadar menyampaikan keterangan, klarifikasi, hingga permintaan maaf. 

Selain Menteri Keuangan Sri Mulyani, mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga sempat melakukan klarifikasi lewat medsos untuk menanggapi viral isu perselingkuhan yang menimpa dirinya. 

Lewat akun Instagram pribadinya, @ridwankamil, ia memberikan keterangan panjang mengenai kasus tersebut. Media pun ramai-ramai memberitakannya berdasarkan klarifikasi tersebut. 

Baca juga: Algoritma Media Sosial: Siapa yang Mengontrol Konten yang Kita Konsumsi?

klarifikasi lewat medsos
Jurnalis kini dapat dengan mudah mengutip pernyataan narasumber yang disampaikan melalui medsos seperti Instagram hingga TikTok. (Foto oleh Freepik)

Keberadaan media sosial seperti Instagram, X, hingga TikTok memang memudahkan media untuk mengutip keterangan langsung dari sumbernya. 

Banyak public figure mulai dari selebritas, tokoh, ahli, hingga pejabat publik yang telah memiliki akun medsos resmi dan kerap menanggapi persoalan lewat akunnya tersebut. 

Media online atau cetak kerap kali langsung mengutipnya sebagai bahan berita. Sementara media televisi terkadang menjadikan pernyataan itu sebagai tambahan informasi visual saat ditayangkan.

Mengapa banyak pejabat publik yang kemudian memanfaatkan klarifikasi lewat medsos?

Cepat Menyampaikan Informasi

Melalui media sosial, seorang narasumber bisa menyampaikan klarifikasi dengan cepat, tanpa perlu melewati birokrasi panjang seperti menyusun siaran pers resmi atau menggelar konferensi pers. 

Mengutip Jurnal UMM, hal tersebut sesuai dengan karakter medsos yang dapat menyampaikan pesan secara cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan media konvensional. 

Selain itu, keterangan yang disampaikan juga akan terus ada dan mudah diakses. 

Keterangan atau klarifikasi ini biasanya diunggah dalam bentuk teks atau video yang bisa langsung diakses oleh publik. Cara ini dianggap efektif, terutama untuk menanggapi isu-isu sensitif.

Kontrol Penuh atas Narasi 

Narasumber dapat mengontrol narasi secara utuh atas keterangan yang disampaikan melalui medsos. 

Mereka bisa memilih kata, kalimat, durasi hingga angle yang ingin ditampilkan ke publik. Cara ini juga dilakukan untuk mengurangi risiko salah kutip atau ditafsirkan lain oleh media.  

Akses Langsung ke Publik

Melalui medsos, narasumber bisa menyampaikan langsung suatu persoalan kepada publik tanpa harus melalui media. 

Mereka tak perlu bergantung pada jurnalis untuk menyampaikan maksudnya. 

Baca juga: 7 Langkah Hadapi Krisis PR di Media Sosial

klarifikasi lewat medsos
Narasumber bisa menyampaikan langsung suatu persoalan kepada publik lewat medsos tanpa harus melalui media. (Foto oleh Freepik)

Apa Tantangannya untuk Jurnalis?

Terkesan cepat dan mudah diakses, tetapi tren narasumber yang klarifikasi lewat medsos ini tentu juga menimbulkan tantangan serius bagi jurnalis. Apa saja?

Minim Akses Langsung ke Narasumber

Klarifikasi lewat medsos yang disampaikan narasumber sering kali singkat dan terbatas. Jurnalis akan kesulitan meminta penjelasan tambahan. 

Tidak ada sesi tanya jawab seperti saat konferensi pers, sehingga informasi yang diterima hanya satu arah.

Di sisi lain, jurnalis memerlukan kedalaman informasi untuk menjelaskan secara utuh kepada publik.

Kesulitan Verifikasi

Meski disampaikan langsung melalui akun narasumber, jurnalis tetap harus melakukan verifikasi atas keasliannya. Sebab, belum tentu unggahan di medsos itu adalah pernyataan resmi.  

Terlebih, ada pula narasumber yang memiliki lebih dari satu akun medsos. Selain akun pribadi, ada  akun yang dikelola oleh tim komunikasi atau staf yang bersangkutan. 

Sekali pun sudah meminta izin melalui pesan langsung (direct message), jurnalis tetap harus ekstra hati-hati dalam mengutip atau menginterpretasikan klarifikasi yang diunggah. 

Terkadang, jurnalis juga menemui kendala karena narasumber tersebut tak langsung merespons saat diminta konfirmasi.

Akhirnya, banyak media yang hanya mengutip unggahan tanpa konfirmasi tambahan.

Potensi Misinformasi

Unggahan di medsos bisa disalahartikan atau bahkan multitafsir.

Pernyataan yang cenderung ringkas dan pendek, bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda bagi tiap jurnalis. 

Misalnya, ketika ada pernyataan, “Kami akan menindaklanjutinya.”

Pernyataan itu seolah menyelesaikan persoalan yang terjadi, namun tak ada kejelasan lebih lanjut terkait langkah apa yang akan dilakukan. 

Jurnalis pun tak bisa bertanya karena hal itu disampaikan lewat medsos. 

Apa yang Harus Dilakukan Jurnalis?

Tak dapat dipungkiri bahwa medsos telah menjadi bagian dari kerja jurnalistik mulai dari proses pengumpulan berita, produksi, hingga distribusinya. 

Mengutip Jurnal Studi Komunikasi dan Media, medsos kini turut berperan sebagai saluran untuk mencari ide berita, termasuk dalam menghubungi narasumber.

Untuk itu, jurnalis tetap perlu bersikap kritis dalam menyikapi narasumber yang melakukan klarifikasi lewat medsos. Terutama untuk isu-isu yang penting atau sensitif. 

Pertama, verifikasi berbagai sumber karena pernyataan di medsos tak seharusnya menjadi satu-satunya sumber berita.

Verifikasi dapat dilakukan dengan menghubungi langsung narasumber tersebut, menghubungi juru bicara atau pihak lain yang relevan untuk penjelasan tambahan, maupun memeriksa liputan media lain yang terpercaya.

Baca juga: 3+ Cara Menulis Artikel dari Media Sosial, Harus Izin Pemilik!

klarifikasi lewat medsos
Pernyataan di medsos tak seharusnya menjadi satu-satunya sumber berita. (Foto oleh Freepik)

Kedua, jurnalis dapat mendorong narasumber atau institusinya untuk menggelar konferensi pers demi memberikan keterangan lebih lanjut.

Dengan demikian, jurnalis dapat mengajukan pertanyaan tambahan untuk menggali informasi secara langsung. 

Ketiga, memahami bahasa yang digunakan. Jika pernyataan narasumber dalam akun medsos itu memang sah untuk dikutip, jurnalis dapat mulai mempelajari makna dari pernyataan yang disampaikan. 

Misalnya: apakah kalimat yang digunakan netral atau bernada negatif? Apakah pernyataan bersifat informatif atau defensif?

Kemampuan tersebut penting agar informasi yang diberitakan tidak hanya mengutip, tetapi juga mengkritisi isinya. 

Kesimpulan

Klarifikasi lewat medsos oleh narasumber memang cepat dan mudah diakses, tetapi juga menimbulkan tantangan tersendiri bagi jurnalis. 

Mulai dari minimnya akses langsung ke narasumber, sulit verifikasi, hingga potensi kesalahan informasi yang disampaikan. 

Untuk itu, jurnalis tetap perlu melakukan verifikasi dari berbagai sumber, mendorong ruang tanya jawab, hingga tak mengutip mentah-mentah pernyataan yang disampaikan. 

Dengan begitu, berita yang dipublikasikan tetap akurat dan kredibel.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?