Stela Nau selalu bersemangat ketika membahas tentang pengembangan diri anak muda Indonesia. Komunikasi strategik membantunya untuk menjangkau target audiens yang lebih luas lagi.
NTT Muda, gerakan yang Stela mulai sejak Agustus 2018, bertujuan untuk peningkatan kapasitas digital generasi muda di Nusa Tenggara Timur.
Berpusat di Kupang, organisasi ini di antaranya berfokus untuk menginspirasi generasi milenial agar mereka semakin fasih dalam penggunaan platform digital.
Salah satu program NTT Muda yang sempat terlaksana adalah kelas bahasa Inggris secara daring dan tanpa biaya, bagian dari kolaborasinya dengan sebuah startup pendidikan.
“Keberadaan NTT Muda saat ini tidak lepas dari manfaat positif berkembangnya teknologi,” ujar Stela.
“Dengan semakin mudahnya kita membangun jejaring, banyak inisiatif yang dulunya mungkin susah untuk dikerjakan namun sekarang menjadi lebih feasible karena kolaborasi antarkelompok masyarakat, khususnya anak muda, menjadi lebih inklusif,” tambahnya.
Menurut Stela, komunikasi strategik maupun humas memiliki pengaruh signifikan terhadap pengembangan gerakannya. Seperti slogan organisasinya, “empower for impact” alias “memperkuat demi dampak”. Jika jangkauannya semakin luas, maka semakin besar dampak yang tercipta.
Lalu, apa sajakah yang telah Stela dapatkan selama menggerakkan NTT Muda melalui kemampuan komunikasi strategik dan humasnya?
Pentingnya Komunikasi Strategik bagi Stela Nau
Kepada RadVoice Indonesia, Stela membagikan tips-tips terbaik mengeksekusi komunikasi strategik maupun humas untuk para pegiat organisasi nonprofit atau LSM. Berikut selengkapnya.
Apa best case practice terbaik Anda untuk para pelaku komunikasi strategik?
“Kenali audiens Anda. Tanpa mengetahui siapa yang akan menjadi target dari strategi yang telah dibuat, maka sebaik apa pun niat yang sudah diucapkan tidak akan memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
“Misalnya, kita memiliki sebuah kampanye sosial yang fokusnya adalah mendorong kesadaran tentang pentingnya daur ulang di kalangan anak muda.
“Sebelum meluncurkan kampanye, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami demografi dan psikografi anak muda.
“Jika kita memahami bahwa audiens target adalah generasi Z yang lebih terhubung secara digital dan lebih peduli dengan isu lingkungan, kita bisa merancang kampanye yang menggunakan platform media sosial seperti Instagram atau TikTok, dengan konten yang interaktif, visual yang menarik, dan menggunakan influencer yang berpengaruh di kalangan mereka.
“Pesan yang disampaikan juga harus menggunakan bahasa yang mereka pahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Sampaikan pesan Anda ke berbagai media online Indonesia! Hubungi RadVoice sekarang.
“Sebaliknya, jika kita salah memahami audiens, misalnya dengan menganggap bahwa mereka akan merespons baik kampanye yang disampaikan melalui media tradisional seperti televisi atau surat kabar, atau menggunakan bahasa formal yang kaku, kemungkinan besar kampanye tersebut akan gagal menarik perhatian mereka.
“Audiens bisa saja merasa bahwa kampanye tersebut tidak ‘nyambung’ dengan kehidupan mereka, dan akibatnya, pesan penting tentang daur ulang tidak akan tersampaikan dengan efektif.”
Apa tips public relations yang Anda miliki untuk berbagai LSM di luar sana? Mengapa demikian?
“Empati. Ketika kita punya empati, maka akan semakin mudah bagi kita untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar kita.
“Tanpa rasa empati, kita hanya akan terjebak dengan zona nyaman. Padahal, setiap hari selalu terjadi banyak perubahan, bukan hanya di dunia secara umum tapi di dalam kehidupan manusia sehari-hari.
“Dengan empati, kita akan belajar menempatkan diri pada waktunya dan tujuan sesuai dengan masalahnya. Kita akan belajar memperlakukan setiap orang sesuai dengan latar belakang dan kondisi yang dialami oleh masing-masing.
“Kita juga akan belajar kreatif untuk tidak hanya mencari solusi untuk permasalahan-permasalahan publik saat ini, tapi juga permasalahan di masalah yang akan datang.”
Apa yang perlu dilakukan para praktisi komunikasi agar menjadi profesional yang lebih baik lagi?
“Perbanyak berjejaring dan percakapan yang bermakna. Hal ini bisa dilakukan dengan:
“Menghadiri seminar dan konferensi: Praktisi komunikasi dapat aktif menghadiri seminar, konferensi, atau workshop di bidang mereka. Ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga kesempatan untuk bertemu dengan profesional lain.
“Berpartisipasi dalam komunitas profesional: Bergabung dengan asosiasi atau komunitas profesional memungkinkan praktisi untuk terlibat dalam diskusi dan inisiatif yang relevan.
“Mengadakan meeting: Menjadwalkan pertemuan pribadi dengan kolega atau pemangku kepentingan untuk mendiskusikan proyek, tantangan, atau ide dapat menghasilkan wawasan yang berharga.
“Untuk menjadi praktisi komunikasi yang lebih baik, memperluas jaringan dan terlibat dalam percakapan yang bermakna adalah kuncinya.
“Melalui networking, profesional dapat membangun hubungan yang mendukung pertumbuhan karier dan efektivitas kerja.
“Sementara itu, percakapan yang mendalam memungkinkan pemahaman yang lebih baik, membangun kepercayaan, dan memicu inovasi.
“Kombinasi dari kedua pendekatan ini akan memperkuat kemampuan praktisi komunikasi dalam menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan dalam bidang mereka.”
Wawancara dengan Stela Nau dilakukan pada Minggu, 11 Agustus 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.