Tahun 2011, dunia jurnalistik mendapat pelajaran mahal mengenai pentingnya ejaan.
Seorang reporter MSNBC tanpa sengaja salah menyebut nama dalam berita. Ia menulis “Obama shot and killed” di Twitter (sekarang dikenal X) ketika melaporkan penyerbuan militer yang menewaskan Osama bin Laden.
Tweet ini kemudian sudah dihapus namun masih menjadi sejarah, seperti dikutip dari ABC News.
Di waktu yang hampir bersamaan, seorang pembawa berita lokal di Washington DC menyatakan, “President Obama is in fact dead” di siaran langsung, sebelum buru-buru dikoreksi oleh rekannya.
Kesalahannya hanya satu huruf: antara Obama dengan Osama. Tapi, cukup untuk membuat banyak orang menahan napas.

Kejadian salah menyebut nama ini menjadi pengingat lucu sekaligus serius: bahkan tokoh yang paling dikenal pun dapat keliru disebut.
Di dunia jurnalistik, kesalahan seperti ini bukan hanya membuat malu, namun juga dapat menggerus kepercayaan publik.
RadVoice Indonesia akan membahas bagaimana seharusnya jurnalis bersikap ketika salah menyebut nama dalam berita terjadi, baik di media daring, cetak, maupun siaran.
Yang tak kalah penting: bagaimana cara mencegahnya agar tidak terulang?
Media Besar Sekalipun Pernah Salah Menyebut Nama
Kesalahan kecil seperti salah menyebut nama ternyata bukan perkara sepele. Hal ini sudah diakui oleh media besar seperti The New York Times.
Dari data di tahun 2011 saja, mereka telah menerbitkan sekitar 2.800 koreksi cetak. Dari jumlah tersebut, 460 koreksi, atau hampir 16 persen, berkaitan dengan penulisan nama yang keliru.
The New York Times mengakui, setiap kali nama salah tercantum, kredibilitas media sedikit demi sedikit terkikis di mata pembaca.
Terlebih lagi, memalukan apabila kesalahan itu menimpa nama-nama publik figur yang dikenal luas.

Tidak hanya The New York Times yang merasakan dampak ini.
Menurut Poynter, lembaga nirlaba pendidikan jurnalisme dan penelitian, Los Angeles Times mencatat sekitar 14 persen dari 500 lebih koreksi tahun ini berkaitan dengan kesalahan penulisan nama.
Sementara di Kanada, Toronto Star pada 2011 melaporkan bahwa 20 persen dari semua koreksi mereka karena salah menyebut nama dalam berita.
Dampak Utama dari Salah Menyebut Nama dalam Berita
Kesalahan penulisan nama bukan sekadar salah ketik biasa. Efeknya dapat terasa jauh berulang kali, di antaranya:
- Turunnya kredibilitas: Kesalahan kecil dapat membuat pembaca meragukan keseluruhan isi artikel.
- Reputasi narasumber tercemar: Nama yang salah bisa menimbulkan kesan keliru atau menyesatkan.
- Beban koreksi: Ralat, update konten, dan permintaan maaf menyita waktu tim.
- Risiko hukum: Dalam kasus serius, kesalahan nama dapat berujung tuntutan pencemaran nama baik.
Langkah yang Harus Dilakukan Ketika Salah Menyebut Nama dalam Berita
Apabila kesalahan ini sudah terlanjur terjadi, jangan panik. Yang terpenting adalah bagaimana Anda menanganinya dengan cepat, terbuka, dan bertanggung jawab.
Verifikasi Ulang dan Segera Lakukan Koreksi
Lihat kembali catatan atau rekaman Anda. Apakah salah ejaan? Salah orang? Salah konteks?
Setelah mengidentifikasi kesalahan, segera ajukan permintaan koreksi kepada editor atau tim redaksi agar dapat diperbaiki sesegera mungkin.
Hubungi Narasumber dan Minta Maaf
Ini langkah sederhana tapi sangat penting.
Kirim pesan pribadi atau hubungi langsung narasumber yang terdampak. Sampaikan permintaan maaf dan kabari pihak terdampak bahwa kesalahan telah diperbaiki.
Langkah ini menunjukkan itikad baik dan menjaga hubungan profesional.

Tampilkan Ralat Secara Terbuka
Setiap media memiliki kebijakan koreksi masing-masing. Namun, sebaiknya ralat ditampilkan secara jelas dan profesional.
Misalnya, dengan menambahkan catatan di bawah artikel: “Catatan redaksi: Telah diperbaiki penulisan nama narasumber pada [tanggal].”
Baca juga: Apakah Koreksi, Klarifikasi, dan Takedown Berita di Media Dapat Dilakukan?
Lakukan Evaluasi Internal
Setelah masalah ditangani, bicarakan dengan tim: apa penyebabnya? Kurangnya waktu untuk verifikasi? Kurangnya catatan tertulis?
Evaluasi ini penting untuk menghindari kesalahan serupa di masa mendatang.
Tips Menghindari Kesalahan Penyebutan Nama di Media
Untuk mencegah kesalahan ini terulang, ada langkah-langkah preventif yang dapat diterapkan di ruang redaksi. Berikut di antaranya.
Konfirmasi Ejaan Nama Secara Langsung
Saat wawancara, biasakan untuk mengeja ulang nama narasumber.
Bila perlu, minta mereka menuliskannya secara langsung melalui chat, kartu nama, atau email.
Baca juga: Pahami 5 Etika Wawancara Narasumber Secara Tertulis
Catat dengan Jelas Saat Wawancara
Gunakan catatan tertulis dan rekaman audio untuk memastikan nama dan kutipan tercatat dengan akurat. Jangan hanya mengandalkan ingatan.

Proofreading Fokus pada Nama
Sebelum artikel naik tayang, tambahkan langkah khusus dalam proses editing untuk mengecek kembali penulisan semua nama.
Terutama jika artikel melibatkan banyak individu atau tokoh publik.
Kesimpulan
Salah menyebut nama dalam berita mungkin terdengar sepele tetapi dampaknya bisa serius bagi reputasi institusi, pihak yang dituju, dan kepercayaan publik.
Penting bagi jurnalis untuk segera bertindak saat kesalahan terjadi dan membangun sistem verifikasi yang lebih ketat.
Langkah koreksi yang cepat serta budaya kerja yang teliti membantu memperbaiki kesalahan sekaligus mencegahnya terulang.