Cerita Jurnalis kumparan Moh Fajri Bantu Lansia Terpisah dari Rombongan Haji di Makkah

“Terima kasih sekali lagi ya pak, ini pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Semoga berlipat pahalanya,”

Ucapan haru itu disampaikan pada Moh Fajri, Assistant Editor kumparanBISNIS, dari dua wanita lansia bernama Azu dan Nurhayanah saat mereka terpisah dari rombongan haji saat melakukan tawaf atau mengelilingi Ka’bah.

Pertemuan tak terduga itu terjadi di tengah malam, saat jurnalis kumparan itu melakukan umrah sunah dan bersiap sa’i.

Sambil berjalan antara bukit Safa dan Marwah, Azu dan Nurhayanah bercerita bahwa proses haji ini awalnya hanya ada di bayangan mereka saja.

Di tengah suasana itu, Fajri pun tersentuh.

“Saya terbayang-bayang wajah ibu saya sendiri. Air mata saya pasti tumpah, andai bisa menuntun ibu saya melaksanakan ibadah haji,” kata Fajri.

Cerita ini menjadi bagian dari jurnalis kumparan saat menjadi perwakilan redaksi dalam Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bagian Media Center Haji di Kementerian Agama (Kemenag) pada bulan Mei-Juni 2025.

Kepada RadVoice Indonesia, Fajri berbagi pengalaman bagaimana ia membantu rombongan haji dan tantangan saat meliput haji.

Cerita Menyentuh Fajri saat Bantu Rombongan Haji di Makkah

Menuntun Dua Lansia Tersesat hingga Tangis Bahagia Pecah

Fajri melihat Azu dan Nurhayanah mondar-mandir dan tampak kebingungan.

“Mereka lalu datang ke arah saya. Ternyata, Azu dan Nurhayanah baru tiba di Makkah dan terpisah dari rombongan saat tawaf,” ujar Fajri.

jurnalis kumparan
Fajri membantu dua lansia asal Bengkulu dan ibu yang sudah kehabisan tenaga. (Semua foto oleh Moh Fajri)

“Akhirnya kami menawarkan ‘bagaimana kalau kita sa’i bareng saja?’ Kebetulan, saya dan kedua teman saya juga terpisah rombongan saat melakukan tawaf,” lanjutnya.

Kedua ibu itu tersenyum lega dan mengiyakan. Di sela-sela sa’i, Fajri berbincang dengan kedua ibu asal Bengkulu tersebut.

Selama perjalanan, Nurhayanah sempat kelelahan. Ia meminta istirahat sejenak sambil minum air zamzam.

Nurhayanah yang berprofesi sebagai petani itu menangis bahagia di usianya yang menginjak 69 tahun bisa melaksanakan haji.

Azu dan Nurhayanah kemudian tersenyum gembira dan berterima kasih setelah mereka selesai melaksanakan sa’i.

Baca Juga: Nicha Muslimawati Merangkai Headline Berita Ekonomi Efektif

Menolong Ibu yang Hampir Tumbang

Saat di terminal, tepat setelah salat Jumat, Fajri didatangi seorang ibu yang sudah kehabisan tenaga saat ibadah haji.

Ibu itu dibantu dengan dirangkul oleh seorang pria yang bukan keluarganya, namun sama-sama tengah berhaji.

Kondisi bibir ibu itu tampak pucat, matanya berat untuk dibuka, dan tubuhnya lemas tak berdaya.

Menghadapi kondisi tersebut, Fajri segera meminta temannya untuk mencari kursi roda di sekitar lokasi. Namun, pencarian tak membuahkan hasil.

Karena kursi roda tak ditemukan, pria yang membantu ibu tersebut bingung dan marah kepada Fajri dan temannya.

“Saya ajak dia istighfar, tahan dulu marah-marahnya,” kata Fajri.

Sebagai solusi, Fajri dan pria itu bersama-sama memindahkan sang ibu ke tempat yang lebih teduh.

Fajri membasahi kerudung ibu itu dengan air minum. Sedikit demi sedikit, ia mencoba kembali memberikannya minum. Ibu itu mulai bisa membuka mulutnya secara perlahan.

“Alhamdulillah, ibu itu perlahan terlihat segar, bisa mengeluarkan suara meski pelan,” ungkapnya.

Cuaca 50 Derajat Celcius Jadi Kendala Liputan

Cuaca panas yang mencapai 43-50 derajat celsius menjadi kendala yang dihadapi Fajri selama liputan.

“Sebelum berangkat, saya mengantisipasi dengan beli kacamata baru dan pakai topi atau payung saat siang hari,” kata Fajri.

jurnalis kumparan
Jurnalis kumparan Fajri menghadapi cuaca panas yang mencapai 43-50 derajat celcius selama liputan haji.

Meski cuaca ekstrem, Fajri bersyukur fisiknya tetap prima. Ia tidak mengalami kelelahan yang berarti.

Salah satu caranya menjaga stamina adalah dengan menjaga pola makan dan minum.

Sebelum merasa lapar, Fajri sudah mengunyah bekal makanan yang disimpan di tas. Ia juga rutin minum agar tidak dehidrasi.

“Untuk jam tidur mayoritas di atas jam 23.00 waktu Arab Saudi, kadang juga sampai dini hari,” jelas Fajri.

“Apalagi, saat mendekati puncak haji banyak isu dan ada agenda liputan yang harus diselesaikan,” ungkap jurnalis kumparan tersebut.

Melihat Tanah Suci Lebih Dekat, dari Muzdalifah hingga Raudah

Fajri mengaku seluruh pengalaman selama berada di Tanah Suci membekas di hati.

“Apalagi melihat Ka’bah langsung, membantu jemaah khususnya di Masjidil Haram, jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina,” tutur Fajri.

jurnalis kumparan
Fajri berziarah ke Ma’la Makkah hingga Gua Hira.

“Mendaki Jabal Nur dan bisa masuk ke Gua Hira (tempat pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu),” sambungnya.

Tak hanya itu, ada perasaan haru saat Fajri bisa berdoa di antara mimbar dan makam Nabi Muhammad SAW.

Fajri juga sempat berziarah ke Ma’la Makkah, salah satunya makam istri Nabi Muhammad SAW yaitu Siti Khadijah. Lokasinya kurang lebih 1,5 km dari Masjidil Haram.

“Saya juga pergi ke Madinah usai puncak haji. Di sana, saya pergi ke Raudah dan melaksanakan salat jemaah di Masjid Nabawi,” pungkas jurnalis kumparan itu.

Kesimpulan

Selama menjadi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Fajri mengalami berbagai momen humanis yang membekas di hati.

Mulai dari membantu dua lansia asal Bengkulu tersesat dari rombongan, hingga menolong seorang ibu yang sudah tidak bertenaga di tengah ibadah haji.

Bagi Fajri, perjalanan liputan di Tanah Suci menjadi pengalaman tak terlupakan karena penuh makna dan haru.

Wawancara dengan Moh Fajri dilakukan pada Rabu, 16 Juli 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?