Brand storytelling di momen Lebaran menjadi salah satu cara terbaik untuk membagikan kisah yang mengena dan berkesan di hati audiens.
Penceritaan yang autentik dan relevan tentu dapat membangun kedekatan emosional dengan audiens.
Dari cerita haru tentang mudik hingga momen berbagi kebahagiaan di meja makan, narasi yang disampaikan dapat menguatkan identitas brand dan meninggalkan kesan yang mendalam.
Bagaimana cara mengemas brand storytelling yang efektif di momen Lebaran?
RadVoice Indonesia telah merangkum penjelasannya untuk Anda sebagai berikut.
Brand Storytelling di Momen Lebaran
Mengutip dari Oxford College Marketing, brand storytelling adalah strategi yang dapat membantu Anda meningkatkan audiens dengan membangun hubungan emosional.
Strategi ini dapat dilakukan saat momen Lebaran dengan berbagai cara, misalnya unggahan di media sosial, foto, gambar, atau pun video.
Melalui penceritaan yang menarik, brand Anda dapat lebih diingat dan menjadi pembeda dengan brand pesaing.
Faktor ini pula yang akan membantu mempromosikan loyalitas brand Anda saat orang terhubung secara personal maupun emosional.

Lima Elemen Penting dalam Brand Storytelling
Mengutip Forbes, terdapat lima elemen penting yang dapat menjadi panduan bagi Anda dalam mengemas storytelling yang relevan dan menarik bagi audiens.
Orisinalitas
Penceritaan yang asli atau orisinal sangat penting untuk mempromosikan brand Anda. Audiens pun dapat dengan mudah mendeteksi apabila narasi yang Anda sampaikan tidak autentik.
Salah satu ide orisinal bertema hari raya Lebaran adalah brand Ramayana pada 2018.
Iklan yang pernah viral karena unik dan menghibur itu, menunjukkan ibu-ibu yang tengah menyanyikan kasidah di sepanjang iklan. Lirik yang dinyanyikan pun relevan dengan kondisi anak rantau yang sibuk bekerja dan hampir lupa dengan orang tua di kampung halaman.
Baca juga: Dari Ngabuburit hingga Mudik, Mengapa Berita Ramadan Selalu Berulang?
Alih-alih mengangkat kisah sedih, iklan Ramayana tersebut justru lebih banyak menampilkan unsur komedi. Salah satu adegan ikonik dari iklan itu adalah munculnya kepala ibu-ibu kasidah dari dalam rice cooker.
Ide ini menunjukkan bagaimana orisinalitas dalam storytelling dapat memperkuat identitas sebuah brand. Dengan menghadirkan sesuatu yang unik, Ramayana tidak hanya menarik perhatian tapi juga menciptakan pengalaman yang membekas bagi audiens.
Kenali Target Audiens
Memahami target audiens Anda penting untuk menentukan storytelling yang tepat. Misalnya dari kebutuhan, nilai yang dianut, maupun kendala yang dihadapi.
Anda dapat menyesuaikan cerita dengan kebutuhan target audiens Anda.
Pesan yang Jelas
Cerita yang menarik harus memiliki pesan yang jelas dan ringkas. Hindari membuat narasi terlalu rumit, dan fokus pada pesan inti yang ingin disampaikan.
Salah satu contohnya adalah brand bank swasta BCA yang ingin mempromosikan kemudahan transfer dalam layanan digitalnya.

Pada iklan yang diproduksi pada 2022, diceritakan tentang sejumlah keponakan yang meminta uang Tunjangan Hari Raya (THR) di momen Lebaran.
Melalui penceritaan yang jelas dalam iklan, ditunjukkan kemudahan transfer THR melalui aplikasi yang ada di ponsel.
Daya Tarik Emosional
Gabungkan elemen yang membangkitkan emosi, mulai dari kegembiraan, kesedihan, inspirasi, atau nostalgia. Hubungan emosional semacam ini dapat berdampak pada cerita yang Anda bagikan secara signifikan.
Brand yang konsisten mengangkat penceritaan dengan daya tarik emosional di momen Lebaran salah satunya adalah Indomie.

Dikenal dengan tagline ‘Indomie Seleraku’, brand mie instan itu pernah membuat video di momen Lebaran dengan cerita keluarga yang menikmati Indomie di meja makan sederhana.
Melalui cerita ini, Indomie menyoroti kehangatan keluarga di momen Lebaran, di mana makanan sederhana tetap bisa menjadi simbol kebahagiaan.
Elemen Visual dan Verbal
Anda dapat menggabungkan elemen visual dan verbal untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan personal.
Gunakan foto, video, maupun konten tertulis untuk lebih menghidupkan cerita yang Anda angkat.
Kesimpulan
Momen Lebaran bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga peluang bagi brand untuk membangun hubungan emosional dengan audiens melalui brand storytelling.
Dengan menerapkan lima elemen penting yakni orisinalitas, mengenali target audiens, pesan yang jelas, daya tarik emosional, serta elemen visual dan verbal, brand dapat menciptakan narasi yang autentik dan berkesan.
Dengan strategi yang tepat, storytelling tidak hanya membuat brand lebih dikenal dan diingat, tetapi juga memperkuat loyalitas audiens.