Jika Anda sedang mengelola brand saat ini, besar kemungkinan Anda sedang mencoba memahami bahasa Gen Z, generasi yang sedang ramai dibahas di dunia marketing.
Gen Z tumbuh di era internet, pandemi, serta isu-isu global seperti krisis iklim dan ketidakpastian ekonomi.
Mereka memiliki gaya komunikasi yang khas: cepat, to the point, dan penuh referensi pop culture. Terkadang, mereka menggunakan istilah seperti healing, no debat atau gaskeun yang lekat dengan keseharian mereka di dunia digital.
Mereka bukan sekadar calon pelanggan, tapi juga pembentuk tren dan suara yang sangat berpengaruh di media sosial.
Oleh karena itu, penting bagi brand memahami Gen Z. Bukan agar terlihat ‘gaul’, tetapi supaya komunikasi Anda terasa lebih relevan dan autentik.

RadVoice Indonesia akan membahas mengapa brand memahami Gen Z adalah sebuah langkah strategis, dan bagaimana pendekatan yang tepat bisa membangun hubungan dengan mereka.
Siapa Itu Gen Z dan Mengapa Mereka Penting untuk Brand?
Gen Z adalah generasi kedua termuda saat ini, berada di antara generasi milenial dan Gen Alpha.
Mereka lahir di era internet yang sudah mulai tersebar luas, dan jadi generasi pertama yang tumbuh bersama teknologi digital sejak kecil, sehingga mereka sering disebut digital natives.
Menurut laporan McKinsey, perilaku Gen Z dibentuk oleh pengalaman hidup yang tidak ringan: dari krisis iklim, pandemi, sampai kekhawatiran ekonomi.
Baca Juga: Tips Membuat Wordplay Kekinian yang Disukai Gen Z dan Long-Lasting
Secara global, jumlah Gen Z terus bertambah pesat. Di kawasan Asia-Pasifik, mereka diprediksi akan mencakup seperempat populasi pada tahun 2025.

Berkaca dari data tersebut, mereka bukan cuma penting sebagai target audiens hari ini, tapi juga akan jadi pengambil keputusan utama dalam waktu dekat.
Untuk brand, ini artinya pendekatan komunikasi ke Gen Z tidak dapat sembarangan. Mereka memiliki cara berpikir dan berinteraksi yang berbeda dibanding generasi sebelumnya.
Pentingnya Brand Memahami Bahasa Gen Z
Memahami bahasa Gen Z bukan berarti menggunakan ‘slang’ di setiap konten. Ini soal bagaimana brand bisa menyampaikan pesan dengan cara yang relevan, nyambung, dan terasa dekat di mata Gen Z.
Berikut beberapa alasan brand Anda perlu memahami bahasa Gen Z:
Agar brand terasa relevan dan tidak cringe
Gen Z cepat menangkap kalau sebuah brand “maksa” biar kelihatan keren. Merujuk pada publikasi IDN Times, Indonesia Millenial and Gen Z Report 2025, Gen Z menyukai segala hal yang bersifat otentik.
Apabila tone atau gaya komunikasi brand tidak natural, mereka akan merasa ‘ilfeel‘. Dengan memahami cara mereka berbicara, brand bisa tampil relevan tanpa terkesan ‘sok asik’.

Agar engagement lebih tinggi, bukan sekadar reach
Jangkauan (reach) memang penting, tapi interaksi jauh lebih bernilai.
Ketika brand menggunakan bahasa dan konteks yang relate dengan Gen Z, peluang untuk dapat komentar, share, atau bahkan user-generated content akan jauh lebih besar.
Baca Juga: 3+ Jenis Artikel yang Disukai oleh Gen Z, Kesehatan Jadi Idola!
Menghindari miskomunikasi dan backlash
Salah memilih kata atau tone dapat menimbulkan salah paham, bahkan kontroversi.
Gen Z sangat vokal soal isu sosial dan nilai-nilai yang mereka pegang. Jadi, brand perlu benar-benar memahami bahasa Gen Z, serta peka agar tidak menyinggung atau terkesan tone-deaf.
Membangun hubungan yang lebih autentik
Gen Z menghargai keaslian. Mereka lebih tertarik pada brand yang transparan, jujur, dan gak terlalu banyak gimmick.
Ketika brand memahami bahasa Gen Z, hubungan yang tercipta pun terasa lebih personal dan dekat.

Menyesuaikan strategi komunikasi jangka panjang
Gen Z bukan hanya konsumen masa kini, tapi calon pengambil keputusan (decision maker) di masa depan.
Gaya komunikasi yang tepat akan membantu brand menanamkan kesan positif lebih awal. Harapannya, ketika mereka punya daya beli dan pengaruh lebih besar, brand Anda sudah ada di top of mind.
Baca Juga: 4 Tren PR di Masa Depan dan Tips Karier Relevan bagi Gen Z
Kesimpulan
Gen Z adalah generasi “digital natives” yang tumbuh di era internet, krisis iklim, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi. Memahami bahasa mereka penting bagi brand untuk tampil relevan dan menghindari kesan cringe.
Selain meningkatkan engagement, pemahaman ini menurunkan risiko miskomunikasi atau backlash, serta membangun koneksi yang autentik.
Lebih jauh, Gen Z akan jadi decision maker di masa depan, sehingga strategi komunikasi yang tepat hari ini akan menempatkan brand Anda sebagai pilihan utama ketika mereka memiliki daya beli dan pengaruh lebih besar.