Tips Membuat Wordplay Kekinian yang Disukai Gen Z dan Long-Lasting

wordplay kekinian

Bahasa kini bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga senjata kreativitas. Di tangan Gen Z, kata-kata tidak hanya digunakan untuk menyampaikan pesan, namun juga untuk bermain, bereksperimen dan membentuk identitas.

Wordplay kekinian muncul sebagai medium ekspresi yang unik. Mulai dari menyampaikan kritik sosial secara halus, memancing tawa, atau sekadar membentuk bahasa yang terasa “kita banget.”

Dari plesetan seperti “mager produktif” sampai singkatan absurd “SCBD: Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok”, semua memiliki cerita sendiri.

Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi bagian dari evolusi budaya digital yang semakin dinamis.

Tapi, bagaimana caranya menciptakan wordplay yang terasa kekinian, akrab dengan selera Gen Z, dan sekaligus punya daya tahan agar tak cepat basi? RadVoice Indonesia akan membahas caranya.

Apa Itu Wordplay Kekinian?

Sebelum masuk ke teknik, mari kita samakan persepsi.

Wordplay merupakan permainan kata, baik dalam bentuk plesetan, akronim, kontraksi kreatif, maupun penggabungan bunyi yang memancing asosiasi lucu atau tajam.

Dari perspektif RadVoice, wordplay kekinian cenderung memperluas istilah, dan juga menggunakan kombinasi dua bahasa.

wordplay kekinian
Wordplay kekinian memerlukan kepekaan terhadap cepatnya perubahan kosakata pada generasi z. (Foto oleh Freepik.com)

Sebagai contoh kata “anak Jaksel” kini artinya tidak sekadar wilayah pergaulan. Kata tersebut telah menjadi identitas sosial orang dan kelompok yang mengadopsi kehidupan kekinian.

Pada kombinasi dua sampai tiga bahasa, menjadi dianggap umum pemakaiannya di dunia korporat, terutama startup. Contohnya “punten, izin jump in” yang terdiri dari Bahasa Sunda, Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Beberapa contoh wordplay kekinian lainnya:

  • Gabutologi” = gabut + -logi (seakan-akan ilmu tentang gabut)
  • Beige flag” = merujuk kepada seseorang yang cenderung membosankan atau kurang menarik
  • Fomo” = fear of missing out

Semua contoh tersebut bermain di batas antara bahasa formal dan informal, dan berhasil karena terasa relevan dengan realitas sosial yang dihadapi.

Baca juga: Pentingnya Permainan Kata Sebagai Identitas Brand

Karakteristik Wordplay Ala Gen Z

Untuk bisa menciptakan wordplay yang relevan dengan Gen Z, Anda perlu paham terlebih dulu karateristik bahasa mereka:

Cepat dan adaptif

Bahasa Gen Z berubah secepat tren TikTok. Yang relevan minggu ini bisa menjadi ‘garing’ di minggu depan. Hal sebaliknya juga berlaku sama.

Contohnya pengulangan kata “iya lagi, iya lagi, iya lagi” yang diramaikan oleh influencer Instagram @sastra.silalahii kini banyak dipakai oleh pergaulan Gen Z. Padahal, sebelumnya, kalima tersebut mengulang kata yang dianggap mengganggu dan tidak efisien.

Sebelum membuat wordplay kekinian yang relevan dengan Gen Z, Anda harus memahami bagaimana mereka ‘berbahasa’ terlebih dahulu. (Foto oleh Freepik)

Meme-able

Apabila bisa dijadikan caption, dijadikan tweet, atau bahkan stiker WA, maka wordplay dianggap berhasil. Wordplay yang sempat dan masih hits di kalangan Gen Z seperti ‘Delulu’, dan ‘Solulu’.

Kata tersebut awalnya merujuk kepada perlakuan penggemar K-Pop terhadap idolanya. Namun penggunaannya kini meluas.

‘Delulu’ berasal dari kata ‘delusional’, seseorang yang berhalusinasi dan pemikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Sedangkan ‘solulu’ berasal dari kata ‘solution’, yang berarti solusi. Istilah ini menggambarkan seseorang yang rasional dan mencari solusi dalam berbagai situasi.

Kosakata beserta video parodi yang menyindir dengan konsep delulu yang sempat ramai antara lain milik influencer Instagram @lutfiafansyah, dengan meme kata-kata dwi-funk sea dan “saya laporin bapak”.

Auto-relatable

Susunan kosakata harus menyambung dengan keresahan sehari-hari.

Contohnya quarter-life crisis, overthinking, kerja rodi di korporat, sampai hal-hal absurd seperti “nangis gara-gara kucing tidak balas chat.”

Wordplay kekinian terjadi umumnya diawali dari obrolan pergaulan. (Foto oleh BillionPhotos/freepik)

Baca juga: Strategi Moyang Kasih Mengkurasi Konten Tulisan untuk Startup India Glance

Teknik Membuat Wordplay Kekinian yang Mengena

Berikut ini beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menciptakan wordplay kekinian dan everlasting:

Plesetan Fonetik

Mainkan bunyi. Ubah satu suku kata tapi tetap bisa dikenali maknanya. Fonetik ini ampuh karena mudah diucapkan dan nyangkut di kepala. Contohnya:

  • “Sambatology” (sambat + -ology, gaya akademis untuk curhat)
  • “Jebe-jebe” (join bareng)

Emosi yang Dijadikan Entitas

Emosi dijadikan tokoh atau entitas agar menjadi relevan dan ekspresif. Contohnya:

  • Overthinking ajak debat jam 2 pagi”
  • “Motivasi hilang entah ke mana, terakhir kelihatan tahun 2022”

Parodi Bahasa Formal

Gunakan gaya akademis, korporat, atau hukum, lalu isi dengan kekonyolan. Teknik ini memberikan kontras yang menghasilkan efek humor. Contohnya:

  • “Dengan ini saya nyatakan: saya menyerah.”
  • “Rapat koordinasi antara logika dan perasaan gagal total.”
Kosakata kekinian sering kali bentuk susunan makna yang berlawanan (Foto oleh Wanaktek/freepik)

Tips Supaya Wordplay Kekinian Bertahan Lama

Kekinian memang penting, tapi ada perbedaan antara sekadar tren dan sesuatu yang benar-benar lekat di budaya bahasa. Berikut tips biar wordplay bisa bertahan lama:

Tumbuh dari pengalaman kolektif

Wordplay yang berakar dari pengalaman bersama akan lebih mudah diterima dan bertahan lebih lama.

Istilah seperti ‘gabut’ atau ‘quarter-life crisis‘ merepresentasikan situasi yang dirasakan banyak orang, sehingga resonansinya tinggi dan tidak mudah hilang ditelan waktu.

Gunakan humor yang cerdas

Humor yang terlalu receh bisa cepat basi. Sebaliknya, wordplay yang mengandung lapisan makna secara emosional maupun sebagai bentuk kritik sosial cenderung lebih membekas dan dihargai audiens.

Perkuat dengan media yang tepat

Di era digital, kata-kata tidak berdiri sendiri. Menggabungkan wordplay dengan visual seperti desain grafis, ilustrasi, video pendek, atau bahkan meme dapat memperkuat pesan serta memperpanjang masa hidupnya di berbagai platform.

Kesimpulan

Di balik semua kelucuan dan kekonyolan, wordplay kekinian adalah cerminan zaman. Ia menunjukkan bagaimana generasi memaknai realitas, menyuarakan keresahan, dan menciptakan ruang baru dalam bahasa.

Maka, ketika membuat wordplay, Anda bukan sekadar sedang bermain kata, tapi juga ikut merancang identitas budaya.

Tapi ingat untuk bermain dengan cerdas, jujur, dan sedikit absurd. Karena itulah bahasa Gen Z, yang tidak takut menjadi berbeda, tetapi selalu punya makna.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?