Bagi Fergi Nadira, seorang jurnalis Republika, meliput K-pop bukan sekadar mengikuti tren atau sekadar menikmati musik dan penampilan panggung.
Kecintaannya pada musik dan budaya Korea telah membawanya ke berbagai pengalaman unik, termasuk perjalanan ke Korea Selatan yang ia lakukan sendiri dengan biaya pribadi.
Dalam artikel ini, Fergi berbagi pengalaman pribadinya kepada RadVoice Indonesia tentang perjalanan dan tantangan yang ia hadapi dalam meliput K-pop, mulai dari membangun jaringan hingga menjaga objektivitas dalam pemberitaan.
Dari Kecintaan Pribadi hingga Meliput K-Pop Secara Langsung
Apa yang membuatmu tertarik untuk meliput K-pop hingga rela bepergian ke Korea dengan biaya sendiri?
“Katanya, kalau sesuatu dilakukan dengan cinta, maka itu tidak akan terasa seperti beban. Itu pula yang saya rasakan saat menekuni profesi ini.
“Saya selalu menyukai musik, drama, dan seni tari, serta memiliki ketertarikan mendalam pada dunia jurnalistik.
“Ketika K-pop mulai menarik perhatian global, saya melihat ada banyak cerita menarik di dalamnya yang bisa disampaikan kepada pembaca.

“Sebagai jurnalis, saya memiliki impian untuk mewawancarai artis K-pop secara langsung. Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa K-pop bukan hanya soal tampilan menarik dan lagu-lagu populer, tetapi juga semangat, disiplin, dan karya yang bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang.
“Karena itu, saya berinisiatif meliput langsung acara-acara K-pop di Korea Selatan, termasuk saat BTS (re: boyband asal Korea Selatan) mengadakan perayaan Festa (re: perayaan tahunan yang dilakukan BTS bersama penggemarnya).
“Dengan membangun jaringan dan sedikit keberuntungan, saya akhirnya mendapat akses ke acara eksklusif yang dihadiri oleh jurnalis global.”
Bagaimana pengalaman pertama kali mendapatkan akses meliput K-pop di Korea?
“Tentu dengan jaringan dan gambling. Hingga sampai di lokasi Festa BTS, saya belum mendapatkan kepastian apakah saya diizinkan untuk meliput atau tidak.
“Saya harus berinisiatif sendiri dan mencari peluang dengan membangun jaringan di lapangan.
“Saya mencoba mencari pihak terkait, kemudian saya melihat tenda pers berdiri. Saya berkenalan dengan public relations dari BigHit Music (re: agensi yang menaungi BTS) serta beberapa jurnalis Korea.
“Saat itu, saya merupakan jurnalis luar Korea Selatan satu-satunya yang mendapatkan akses masuk ke acara.
“Pengalaman ini membuka banyak pintu bagi saya untuk meliput berbagai acara K-pop lainnya, baik di Korea maupun di Indonesia.”
Tantangan dan Nilai Jurnalistik dalam Meliput K-pop
Apa makna meliput K-pop bagi Anda?
“Banyak yang menganggap liputan K-pop sekadar hiburan ringan, tapi saya tidak setuju.
“Meliput K-pop memiliki nilai jurnalistik yang mendalam, tergantung dari bagaimana sudut pandangnya dikemas.

“Konser K-pop, misalnya, berdampak besar pada ekonomi lokal, industri hiburan, hingga sektor pariwisata. Acara besar seperti konser BTS atau BLACKPINK dapat meningkatkan okupansi hotel, restoran, dan bisnis di sekitar venue.
“Selain itu, liputan K-pop bisa membahas isu sosial dan budaya, seperti bagaimana tren K-pop memengaruhi gaya hidup anak muda di Indonesia.
“Tidak hanya sekadar menulis tentang setlist konser, seorang jurnalis bisa menggali lebih dalam tentang dampak yang ditimbulkan, kisah para penggemar, atau tantangan teknis dalam penyelenggaraan acara.”
Sebagai jurnalis yang juga penggemar, bagaimana Anda menjaga objektivitas saat meliput K-pop?
“Pada awalnya, memang sulit untuk memisahkan perasaan sebagai penggemar dengan profesionalitas sebagai jurnalis. Namun, saya selalu berusaha untuk tetap fokus pada sudut pandang jurnalistik.
“Saya tidak hanya menulis tentang sisi glamor konser atau interaksi artis dengan penggemar, tetapi juga aspek-aspek lain yang relevan bagi pembaca secara lebih luas, seperti isu harga tiket, kualitas produksi acara, hingga pengaruhnya terhadap industri hiburan.”
Apa tantangan terbesar yang Anda rasakan dalam meliput K-Pop, terutama dibandingkan dengan liputan berita lainnya?
“Tantangannya adalah keterbatasan dalam akses untuk konferensi pers.
“Beberapa pihak agensi terkadang hanya menyuguhkan konser, sehingga para jurnalis ya tentu melaporkan melalui pandangan mata, rasa, dan kemudian dideskripsikan menjadi tulisan yang mampu diterka oleh para pembaca.”

Pengalaman Paling Berkesan dalam Meliput K-pop
Dari semua liputan K-pop yang pernah Anda lakukan, mana yang paling berkesan?
“Salah satu pengalaman paling berkesan adalah saat saya meliput konser BTS di Busan dan fan meeting Kim Seokjin di Jamsil, Seoul, di mana keduanya saya pergi secara mandiri.
“Dari sisi jurnalistik, suasana konser, reaksi penonton, hingga interaksi langsung antara artis dan penggemar bisa menjadi bahan tulisan yang sangat menarik.
“Momen yang paling tak terlupakan adalah ketika J-Hope dari BTS mendatangi ruangan pers dalam konser hari ketiga world tour-nya di KSPO Dome.
“Ia menyapa jurnalis yang hadir dan mengungkapkan rasa terima kasih karena telah meliput konsernya.
“Saya bahkan berkesempatan untuk bersalaman dengannya dan menyampaikan bahwa saya datang dari Indonesia sebagai jurnalis.”
Kesimpulan
Meliput K-pop bukan hanya soal mengikuti tren atau menulis tentang dunia hiburan, tetapi juga memahami dampak sosial, budaya, dan ekonomi yang ditimbulkan.
Fergi Nadira telah membuktikan bahwa dengan ketekunan, dedikasi, dan kecintaan pada bidang yang digeluti, hobi bisa berkembang menjadi profesi yang bermakna.
Pengalamannya menunjukkan bahwa jurnalistik K-pop memiliki tantangan tersendiri, tetapi juga menawarkan pengalaman luar biasa yang tidak terlupakan.
Wawancara dengan Fergi Nadira dilakukan pada Rabu, 12 Maret 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.