Merancang storytelling dalam PR yang menarik adalah kunci untuk menyampaikan pesan yang lebih kuat dan berkesan.
Dengan storytelling yang tepat, brand dapat membangun koneksi emosional dengan audiens, membuat pesan lebih mudah dipahami, dan meningkatkan engagement.
Menurut Harvard Business Review, storytelling yang efektif dapat meningkatkan daya ingat audiens hingga 22 kali lebih baik dibandingkan dengan hanya menyampaikan fakta.
Lalu, bagaimana cara merancang storytelling dalam PR yang efektif?
RadVoice Indonesia akan membahas lebih dalam tentang storytelling, termasuk bagaimana penerapannya dapat membuat strategi komunikasi Anda lebih efektif dan berkesan.
Baca juga: Mengenal Storytelling dalam PR: Apa Itu dan Mengapa Penting?
Bagaimana untuk Memulai Storytelling dalam PR?
Membuat storytelling dalam PR membutuhkan perencanaan yang matang agar pesan yang disampaikan benar-benar efektif.
Berikut beberapa langkah awal yang perlu diperhatikan:
Tentukan Tujuan Utama Storytelling
Sebelum mulai bercerita, pastikan Anda tahu apa yang ingin dicapai.
Apakah untuk membangun brand awareness, meningkatkan kepercayaan, atau mengajak audiens mengambil tindakan?
Sebagai contoh, kampanye lingkungan yang bertujuan mengajak masyarakat mengurangi plastik dapat menggunakan cerita tentang dampak sampah plastik terhadap kehidupan laut.
Kenali Target Audiens Secara Mendalam
Storytelling yang efektif harus relevan dengan audiens.
Pelajari siapa mereka, apa yang mereka pedulikan, dan bagaimana cara terbaik menyampaikan pesan kepada mereka.
Misalnya, brand skincare yang menyasar remaja dapat menggunakan cerita seputar kepercayaan diri dan perawatan kulit yang mudah diikuti.
Pilih Pesan Utama yang Ingin Disampaikan
Hindari cerita yang terlalu luas atau bertele-tele. Fokus pada satu pesan inti yang ingin ditanamkan di benak audiens.
Jika Anda bergerak di perusahaan teknologi finansial dan ingin mempromosikan produk investasi mudah, Anda dapat membuat cerita yang berfokus pada bagaimana seseorang bisa mulai berinvestasi dengan modal kecil secara mudah.
Bagaimana Menyusun Storytelling dalam PR yang Menarik?
Storytelling dalam PR tidak hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga bagaimana membuat audiens terhubung dengan cerita tersebut. Anda dapat mengikuti cara berikut saat menyusun alur cerita yang menarik:
1. Gunakan Struktur Awal – Tengah – Akhir yang Jelas
Sama seperti cerita yang kita kenal sejak kecil, storytelling dalam PR harus memiliki struktur yang jelas agar mudah dipahami dan berkesan.
Mengutip dari Prowly, struktur ini dapat dibangun dari tiga timeline utama yang digunakan brand dalam menyusun cerita mereka:
- Awal. Perkenalkan situasi atau masalah yang relevan dengan audiens. Bagian ini dapat menceritakan dari sejarah brand, seperti kisah pendiri atau bagaimana produk ditemukan.
- Tengah. Jelaskan kondisi saat ini, seperti peluncuran produk baru atau kolaborasi strategis, yang menunjukkan bagaimana brand terus berkembang.
- Akhir. Berikan solusi yang ditawarkan oleh brand. Pada bagian ini, Anda dapat highlight visi masa depan, misi, dan langkah selanjutnya yang dapat memperkuat kepercayaan serta loyalitas audiens.
Baca juga: 3 Tips Membuat Struktur Artikel, Ternyata Mudah!
2. Masukkan Elemen Konflik dan Solusi agar Lebih Engaging
Konflik adalah elemen penting dalam storytelling yang membuat cerita lebih menarik.
Audiens akan lebih mudah terhubung dengan kisah yang menunjukkan tantangan nyata sebelum mencapai solusi.
Misanya, kampanye PR dari brand kesehatan bisa menyoroti kisah seseorang yang kesulitan menjaga pola makan sehat di tengah kesibukan, lalu menemukan solusi melalui produk yang mereka tawarkan.
3. Bangun Emosi dengan Narasi yang Relatable
Storytelling yang kuat adalah yang bisa membangkitkan emosi.
Gunakan gaya bahasa yang dekat dengan audiens dan ceritakan pengalaman yang dapat mereka rasakan secara langsung.
Misalnya, sebuah brand fashion bisa berbagi kisah pelanggan yang menemukan kembali kepercayaan diri setelah mengenakan pakaian yang sesuai dengan kepribadian mereka.
Bagaimana Menyesuaikan Storytelling dengan Media yang Digunakan?
Storytelling dalam PR tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang sama untuk semua media.
Setiap platform memiliki karakteristik dan cara komunikasi yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan storytelling dengan media yang digunakan agar pesan lebih efektif dan tepat sasaran.
Media Sosial: Storytelling Harus Singkat dan Visual
Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok membutuhkan storytelling yang cepat, ringkas, dan menarik secara visual.
Pengguna biasanya hanya meluangkan beberapa detik untuk melihat sebuah konten, sehingga pesan harus disampaikan dengan jelas dalam waktu singkat.
Press Release: Gunakan Data dan Kutipan untuk Memperkuat Cerita
Dalam press release, storytelling harus tetap informatif dan profesional. Menggunakan data, kutipan dari tokoh penting, dan fakta yang kuat akan membuat cerita Anda lebih kredibel dan menarik bagi media.
Baca juga: 3 Tips Menulis Press Release Produk, Gunakan 5W+1H!
Kampanye Digital: Manfaatkan Video dan Interaksi Langsung
Kampanye digital memungkinkan storytelling yang lebih interaktif melalui video, webinar, atau live session.
Format ini memungkinkan audiens terlibat langsung, sehingga mereka merasa lebih dekat dengan brand.
Kesimpulan
Merancang storytelling dalam PR bukan sekadar menyusun cerita, tetapi juga memastikan bahwa pesan yang disampaikan benar-benar berdampak bagi audiens.
Dengan memahami tujuan, mengenali target audiens, serta menyusun alur yang menarik, brand dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan emosional dengan publiknya.
Selain itu, menyesuaikan storytelling dengan media yang digunakan akan membuat strategi komunikasi semakin efektif. Baik melalui media sosial, press release, maupun kampanye digital, setiap platform memiliki pendekatan berbeda yang harus diterapkan agar pesan dapat diterima dengan baik.
Pendekatan storytelling yang tepat tidak hanya membuat strategi PR Anda berfungsi sebagai penyampai pesan atau informasi, tetapi juga menciptakan pengalaman yang berkesan bagi audiens.