Menulis Karya Seni bagi Tia Agnes: Dari ‘Kanvas Kosong’ hingga Tulisan yang Hidup

Menulis karya seni bukan sekadar mendeskripsikan lukisan atau patung, tetapi juga menerjemahkan makna dan emosi yang terkandung di dalamnya agar bisa dipahami oleh pembaca. 

Itu yang dirasakan Tia Agnes, jurnalis seni dan budaya di Detik.com, yang telah lama berkecimpung dalam dunia jurnalistik seni. Setiap karya seni memiliki cerita unik yang menunggu untuk diangkat, dan proses penulisannya bisa menjadi perjalanan kreatif tersendiri. 

RadVoice Indonesia berkesempatan mewawancarai Agnes untuk membahas bagaimana proses menulis tentang seni berlangsung, tantangan yang dihadapi, serta cara menyajikan tulisan agar tetap hidup dan menarik.

Baca juga: Perjalanan Jurnalis Detik.com Tia Agnes dalam Menulis Karya Seni

Memulai Proses Menulis Karya Seni

Bagaimana proses Anda dalam menulis karya seni?

“Proses menulis tentang seni itu seperti memilih buku atau musik favorit. Setiap orang punya perspektifnya sendiri.

“Saya percaya bahwa tidak ada karya seni yang jelek, hanya sudut pandang yang berbeda. Saat mengunjungi pameran, saya menganggapnya sebagai ‘kanvas kosong’, terutama jika senimannya baru atau emerging.

menulis karya seni
Tia Agnes saat melakukan liputan di Galeri Nasional Singapura. (Semua foto oleh Tia Agnes)

“Saya membiarkan cerita-cerita dari karya seni itu sendiri yang muncul.

“Biasanya, saya memulai karya seni dengan menulis secara umum, seperti membahas tema atau benang merah dari pameran. Setelah itu, saya mencari karya seni yang paling menarik untuk diangkat lebih dalam.

“Contohnya, dalam pameran tunggal Butet Kartaredjasa di Galeri Nasional Indonesia, saya menemukan sebuah patung Petruk berwajah emas dengan hidung Pinokio. Cerita di baliknya sudah ada, jadi saya tinggal mengangkat dan menyampaikannya ke pembaca.”

Bagaimana Anda dapat menyampaikan esensi karya seni tanpa mengurangi maknanya?

“Kunci utamanya adalah menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

“Jangan terlalu berbelit-belit, karena pembaca media online cenderung tidak memiliki banyak waktu untuk membaca artikel panjang.

“Jika ada banyak karya dalam satu pameran, saya suka menggunakan format listicle yang lebih ringan dan menarik bagi pembaca.

“Jangan khawatir jika tidak bisa menyampaikan semua detail dari sebuah karya seni. Fokus saja pada pesan utama dan apa yang bisa membuat karya tersebut menarik bagi pembaca.”

Tantangan dalam Menulis Karya Seni

Bagaimana strategi Anda dalam memahami dan menyampaikan wawasan dari seniman yang menggunakan bahasa atau konsep yang kompleks?

“Saya cukup sering bertemu dengan seniman seperti itu. Ada seniman yang suka menggunakan teori atau filsafat yang cukup membuat pusing.

“Tapi saya selalu mendengarkan dengan saksama, berusaha memahami, dan menuliskannya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna.

menulis karya seni
Tia Agnes berfoto dengan salah satu karya seniman Eko Nugroho.

“Sebelum wawancara, saya biasanya melakukan riset tentang seniman tersebut agar bisa menyiapkan pertanyaan yang relevan.

“Jika penjelasannya tetap sulit dipahami, saya cukup mengambil poin-poin yang paling relevan dan tidak perlu masuk terlalu dalam ke teori yang membingungkan.”

Apa pengalaman paling berkesan selama Anda menjadi jurnalis seni dan budaya?

”Banyak sekali. Salah satunya adalah saat meliput syuting Avengers 3 di Atlanta pada tahun 2017 dan wawancara Robert Downey Jr., Mark Ruffalo, dan Chris Evans. Sayangnya, karena aturan studio, saya tidak bisa mengabadikan momen tersebut.

“Tapi kalau berbicara liputan seni, wawancara dengan KAWS di Yogyakarta adalah pengalaman yang sangat spesial.

“Saya hanya punya waktu 15 menit untuk berbincang dengan KAWS, yang terkenal introvert. Saya harus menggali cerita di balik perjalanan kariernya dan bagaimana patung-patungnya bisa mendunia.

“Selain itu, meliput Art Basel Hong Kong 2018 dan Art Stage Singapore juga sangat mengesankan.

“Saya melihat langsung bagaimana ekosistem seni yang sangat kuat, dengan dukungan penuh dari pemerintah setempat melalui Hong Kong Tourism Board dan Singapore Tourism Board.”

menulis karya seni
Tia Agnes saat meliput perhelatan Art Basel Hong Kong.

Kesimpulan

Menulis karya seni bukan hanya soal mendeskripsikan karya, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan cerita di baliknya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Dari memilih sudut pandang hingga menghadapi tantangan dalam wawancara, setiap langkah dalam proses ini adalah bagian dari perjalanan kreatif seorang penulis seni.

Tia Agnes menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, tulisan tentang seni bisa menjadi jembatan bagi lebih banyak orang untuk memahami dan mengapresiasi dunia seni dengan lebih dalam.

Wawancara dengan Tia Agnes dilakukan pada Kamis, 28 Desember 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?