Table of Contents
Subscribe to Insights and Updates

3 Tips Menulis Konten Sensitif Gender, Hindari Kalimat Seksis!

Sebagai seorang jurnalis atau penulis, penting bagi Anda untuk mengetahui apa itu konten sensitif gender. Menurut Gramedia Blog, gender adalah serangkaian karakteristik yang saling terikat serta membedakan antara maskulinitas dan femininitas. 

Karakteristik ini kemudian dapat mencakup jenis kelamin, baik itu jenis kelamin laki-laki, perempuan, ataupun interseks. Sehingga konten sensitif gender dapat diartikan, konten yang mencirikan keberagaman sifat, peran, dan identitas sebagai suatu konstruksi sosial. 

Tujuan konten sensitif gender adalah untuk menepis bias gender yang ada di masyarakat agar tidak terus tumbuh dan mengakar. Reportase yang sangat bias dapat memperkuat stigma terhadap minoritas gender. 

Lewat tulisan, Anda berperan menghapus stigmatisasi dan objektifikasi akibat berita yang tidak sensitif gender. Tidak hanya terhadap perempuan, namun juga gender lain termasuk kelompok-kelompok marjinal. 

Tips Menulis Konten Sensitif Gender

Tahun 2012, UNESCO sempat merilis Indikator Sensitif Gender yang dapat diterapkan bagi penulis dan jurnalis. Berikut beberapa tips menulis konten sensitif gender. 

1. Hindari Kalimat Seksis 

Tips menulis konten sensitif gender yang pertama adalah menghindari kalimat seksis. Seksisme merupakan bentuk diskriminasi yang dilakukan berdasarkan gender atau jenis kelamin seseorang. 

Seksisme bisa menimpa siapa saja, terutama pada perempuan. Pemilihan kata yang tidak tepat dalam judul serta badan berita bisa menghasilkan berita yang tidak sensitif gender. 

Seperti menggunakan judul atau kalimat yang mengarah pada opini bahwa perempuan hanyalah properti, gender yang lebih lemah, serta yang paling berharga dari perempuan hanyalah penampilan. 

Contohnya bisa berupa dalam percakapan “Perempuan lebih perasa, laki-laki lebih rasional”. Bisa juga “Jangan suka pulang malam, nanti dicap perempuan nakal”, atau “Kok perempuan olahraganya tinju?”

2. Tidak Stereotipe

Tips menulis konten sensitif gender selanjutnya adalah tidak stereotip. Stereotipe berarti generalisasi mengenai suatu kelompok orang, di mana karakteristik tertentu diberikan kepada seluruh anggota kelompok tersebut, tanpa mengindahkan adanya variasi yang ada pada anggota-anggotanya. 

Hindari judul dan kalimat yang mengarah pada stereotipe. Seperti perempuan yang baik adalah ibu rumah tangga atau perempuan berkarier yang berkeluarga. 

Sebaliknya, perempuan tidak baik atau kurang sempurna adalah perempuan yang lajang, bercerai, atau memilih tidak punya anak. Bisa juga menggambarkan interseks sebagai pencemburu, sadis, gila seks, predator, dan penyebar HIV/AIDS.

3. Perhatikan Komposisi Narasumber 

Tips menulis konten sensitif gender selanjutnya adalah perhatikan komposisi narasumber. Untuk menghasilkan konten yang sensitif gender, Anda juga harus memperhatikan komposisi narasumber dalam artikel yang ditulis. 

Komposisi seimbang artinya melihat jumlah narasumber laki-laki dan perempuan setara. Bila sudah menggunakan satu narasumber laki-laki, sebaiknya Anda juga melibatkan satu narasumber perempuan. 

Utamakan mencari narasumber perempuan yang kompeten terkait materi yang diinginkan. Serta, tidak perlu memaksakan narasumber laki-laki untuk beropini soal perempuan jika ada narasumber perempuan yang mumpuni di bidangnya. 

Jika Anda menulis konten in-depth, Anda juga wajib memperhatikan tips menulis artikel in-depth agar menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Kesimpulan

Menulis konten sensitif gender sebetulnya tidak sulit. Anda hanya perlu memerhatian tiga hal berikut: 

  1. Hindari kalimat seksis
  2. Tidak stereotipe
  3. Komposisi narasumber 

Nah, itulah tips yang harus Anda perhatikan agar bisa menjadi jurnalis yang menulis konten sensitif gender. Mudah, bukan? Selamat mencoba! 

Get the latest updates delivered right to your inbox!
Having a problem? Email Us: hello@radvoice.id