Table of Contents
Subscribe to Insights and Updates

‘Benang Merah’ Reportase Bisnis, Teknologi, dan Lingkungan Jurnalis Senior Antonia Timmerman

Jurnalis senior Antonia Timmerman.

Bagi jurnalis senior Antonia Timmerman, liputan yang berdampak tidak hanya berasal dari fakta dan data, tetapi juga dari pemahaman yang mendalam tentang konteks dan dampaknya pada masyarakat.

Wartawan yang telah berpengalaman meliput berbagai isu mulai dari bisnis, teknologi, hingga geopolitik ini memiliki pandangan yang unik tentang bagaimana segala sesuatu saling terhubung dan beririsan.

Antonia sudah berkecimpung di dunia jurnalisme selama sebelas tahun. Ia kini menjabat sebagai editor di sebuah media internasional yang berfokus pada diplomasi dan geopolitik, khususnya dalam hubungan berbagai negara dengan Tiongkok.

Tahun lalu, Antonia memenangkan dua SOPA Awards (penghargaan bergengsi untuk jurnalisme dari Society of Publishers in Asia) untuk liputan mendalam tentang industri nikel dan mobil listrik. Ia sebelumnya bekerja sebagai reporter keuangan di Jakarta dan Taipei.

Bulan depan, jurnalis senior ini akan meluncurkan bukunya How Do You Want To Die? di Ubud Writers & Readers Festival.

Antonia Timmerman akan meluncurkan bukunya How Do You Want To Die? di Bali pada Oktober 2024. (Tangkapan layar dari Ubud Writers & Readers Festival)

Kepada RadVoice Indonesia, Antonia Timmerman berbagi pengalaman tentang pentingnya keluar dari zona nyaman, mempertanyakan segala sesuatu dengan kritis, dan hal-hal terkait lainnya.

Ingin tahu bagaimana PR dan jurnalisme bisa bersinergi untuk cerita yang lebih kuat? Hubungi RadVoice sekarang!

Apa pesan terbesar dari seorang jurnalis senior seperti Anda usai melaporkan berbagai isu seperti bisnis, teknologi, lingkungan, dan geopolitik?

“Memulai karier sebagai reporter bisnis di Jakarta mengajarkan saya banyak hal tentang siapa yang sebenarnya memegang kendali atas perekonomian Indonesia. Saya belajar tentang jaringan kekuatan dan kepentingan yang terjalin melalui bisnis dan politik, baik domestik maupun global.

“Namun, mengamati dunia hanya melalui lensa saham dan keuangan tidaklah cukup memuaskan bagi saya. Saya ingin melihat dunia ini lebih luas, mendengar suara-suara yang sering kali tak terlihat.

Ilustrasi rapat bisnis. Antonia Timmerman, jurnalis senior dengan sebelas tahun pengalaman, menulis tentang perekonomian sebelum melaporkan soal teknologi global. (Foto oleh Rawpixel)

“Ketika saya mulai meliput teknologi dan melihat dampaknya pada kehidupan masyarakat, saya belajar banyak tentang dinamika kekuasaan yang tidak seimbang dan dampak lingkungan yang sering kali diabaikan. Saya menyadari bahwa ‘kemajuan’ bisa menjadi pedang bermata dua, sering kali digunakan sebagai pembenaran untuk menindas atau meninggalkan kelompok masyarakat tertentu.

“Saya lebih tertarik bagaimana teknologi atau produk tersebut sungguh menyentuh kehidupan masyarakat. Apakah menjadi lebih baik atau lebih buruk? Apa ukurannya dan siapa yang menciptakan ukuran tersebut? Mengapa teknologi ini ada? Bagaimana teknologi ini dibuat, didistribusi, dan oleh siapa? Narasumber utama saya kini bukan lagi pemilik produk, tapi individu maupun komunitas yang terdampak oleh produk dan rantai pasok produk tersebut.

“Saya melihat bahwa pengisolasian suatu elemen dari elemen lain mungkin adalah hal yang disengaja, sebuah fitur dari kapitalisme agar mesinnya terus berjalan dengan langgeng tanpa kesulitan yang berarti. Dinding isolasi ini dibuat semakin tegas dengan teknologi.

“Pelajaran terbesar yang saya petik adalah: Jangan pernah menerima apa pun mentah-mentah. Kita harus selalu mempertanyakan segala sesuatu sebelum menyambutnya. Setiap inovasi atau kebijakan baru harus diteliti dengan kritis karena di balik semua itu, selalu ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan.”

Anda pernah mengatakan bahwa segala sesuatu terhubung dan beririsan. Mengapa Anda berpikir demikian, dan bagaimana pemahaman ini memengaruhi pendekatan Anda sebagai jurnalis?

“Ketika kita memandang setiap masalah dari segala sisi, kita menyadari bahwa semuanya saling berhubungan.

“Setiap topik, entah itu teknologi, budaya, atau lingkungan, memiliki benang merah yang menghubungkannya. Kesadaran ini membuat saya lebih menghargai setiap topik, dari bisnis hingga hiburan, dari seni hingga geopolitik. Saya menjadi lebih kreatif dan teliti, melihat potensi cerita di mana pun dan tidak pernah meremehkan isu apa pun, betapa pun kecilnya.

“Sebagai jurnalis, saya juga belajar untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk riset dan wawancara.

Antonia berkomitmen untuk melakukan riset dan wawancara mendalam dalam setiap karya jurnalistiknya. (Foto oleh Antonia Timmerman)

“Memahami setiap aspek dari satu topik adalah esensi dari jurnalisme berkualitas, dan ini menuntut waktu dan dedikasi.

“Saya menyadari tidak semua jurnalis memiliki kemewahan ini, tetapi di dunia yang penuh tantangan ini, kita harus selalu berjuang untuk menyediakan ruang eksplorasi yang cukup bagi cerita-cerita yang kita angkat.”

Salah satu prinsip yang selalu Anda pegang teguh adalah pentingnya menulis dengan konteks yang jelas. Mengapa menurut Anda ini sangat penting?

“Di era digital ini, arus informasi begitu deras. Media sosial dan internet mengubah cara kita mengonsumsi informasi. Semua menjadi lebih cepat, lebih pendek, dan lebih instan.

“Awalnya, kita menganggap ini sebagai sebuah kemajuan, namun saya menyadari bahwa akses informasi yang lebih besar tidak serta merta menambah kebijaksanaan masyarakat.

“Informasi yang disajikan tanpa konteks yang jelas bisa menjadi sangat menyesatkan. Informasi tanpa konteks adalah setengah kebenaran, dan setengah kebenaran sering kali lebih berbahaya dibandingkan kebohongan. Sebagai jurnalis, tugas kita bukan hanya menyampaikan berita, tetapi juga memberikan konteks yang mendalam agar pembaca bisa memahami cerita secara utuh.”

Liputan mana yang paling berkesan bagi Anda? Apakah proses di baliknya?

“Liputan yang paling meninggalkan kesan bagi saya adalah saat saya meliput dampak industri nikel di Maluku dan Sulawesi untuk Rest of World, media teknologi global.

“Di sana, saya menyaksikan keindahan alam yang belum terjamah dan kerusakan lingkungan akibat industri.

“Saya mengalami langsung polusi udara yang ekstrem, yang membuat mata kiri saya infeksi parah hingga harus kehilangan kornea. Pengalaman ini mengubah cara pandang saya terhadap bagaimana kita melihat dan memperlakukan alam.

Liputan Antonia tentang dampak industri nikel di Maluku dan Sulawesi untuk Rest of World. (Tangkapan layar dari Rest of World)

“Liputan lainnya adalah tentang pengungsi dari berbagai negara konflik seperti Afghanistan, Sudan, dan Palestina. Saya belajar bahwa kekejaman bisa dianggap lumrah dan dilegitimasi oleh mereka yang berada jauh dari kenyataan di lapangan. Ini membuka mata saya lebih lebar tentang betapa pentingnya suara para pengungsi didengar dan dipahami.”

Wawancara dengan Antonia Timmerman dilakukan pada Senin, 26 Agustus 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Get the latest updates delivered right to your inbox!
Having a problem? Email Us: hello@radvoice.id