Wawancara narasumber menjadi unsur paling penting dalam sebuah penulisan artikel, baik cetak maupun online.
Wartawan dituntut untuk selalu menyisipkan kutipan dari narasumber yang kredibel, sehingga menghasilkan artikel yang berkualitas.
Dalam artikel Southern Connecticut State University dijelaskan, informasi dari wawancara narasumber secara langsung lebih akurat untuk sebuah artikel berita.
Kendati demikian, mencari informasi langsung dari narasumber bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan oleh seorang wartawan.
Jadwal narasumber yang padat dan deadline penerbitan yang singkat menjadi tantangan tersendiri untuk seorang wartawan dalam melakukan pekerjaannya.
Bahkan, tak sedikit rekan media yang harus mencari cara untuk menghubungi narasumber agar artikel lebih menarik dan dilirik oleh pembaca.
Glandy Burnama, wartawan koran Jawa Pos, mengungkapkan tips wawancara narasumber untuk beritanya kepada RadVoice Indonesia.
Selain datang ke event, Anda juga pasti pernah wawancara narasumber untuk artikel. Apakah Anda punya cara tersendiri untuk menghubunginya?
“Wartawan koran itu, kan, harus punya angle yang beda dari online. Karena itu, saya harus cari angle yang beda dan kesannya tidak ‘basi’ setelah terbit.
“Nah, caranya itu saya harus wawancara narasumber dengan lebih dalam atau melakukan wawancara eksklusif dengan menghubungi secara langsung untuk janjian.
“Kalau saya tidak punya kontak narasumber, saya akan menghubungi orang-orang terdekatnya atau pihak yang bertanggung jawab.
“Misalnya, kalau artis saya hubungi managernya. Penyanyi itu bisa hubungin manager atau labelnya. Kalau ingin ngobrol soal film, janjian sama produsernya.
“Intinya, sih, wartawan itu sebisa mungkin punya banyak koneksi, punya banyak kenalan untuk mendukung pekerjaannya.
“Selain itu, jangan ragu untuk membangun jejaring secara luas agar tidak kesulitan kalau ingin menulis sebuah berita.
Baca juga: 5 Tips Wawancara Narasumber untuk Artikel Profil, Wajib Diperhatikan!
“Namun kalau misalnya deadline tulisan sudah dekat, saya juga akan mewawancarai secara langsung atau doorstop di event bersama dengan wartawan online. Risikonya, ya, berita saya bisa terkesan ‘basi’.”
Mengapa tertarik dengan pekerjaan di dunia media seperti saat ini?
“Saya kebetulan tumbuh besar dengan media, secara khusus koran dan majalah di bidang hiburan dan fashion. Saya jadi ingin berkarir di bidang itu.
“Saya juga suka membaca, menulis, kerjaan luar ruangan, dan senang bertemu orang baru karena kebetulan juga, saya ini extrovert yang dapat energinya dengan berinteraksi dengan orang lain.”
Selama menjadi wartawan, sudah pernah bertugas di rubrik apa saja?
“Puji Tuhan, selama hampir sembilan tahun menjadi wartawan, konsisten di entertainment and fashion.
“Tapi, kalau entertainment-nya sendiri juga banyak, ya. Saya menulis tentang musik, film, beauty pageant, acara TV, infotainment seperti gosip artis, komedi, jadi meskipun bidang entertainment cabangnya banyak.”
Apa tantangan yang Anda rasakan mengerjakan rubrik-rubrik ini?
“Tantangannya adalah harus punya wawasan yang luas. Itu yang terutama menurut saya karena entertainment itu cabangnya banyak sekali.
Baca juga: Tantangan Wartawan Cetak di Era Digital bagi Glandy Burnama
“Jadi, misalnya artis A kena kasus hukum, kita juga harus tahu hukum. Artis B buka bisnis, saya harus tahu tentang bisnis.
“Selain wawasan luas, saya juga harus selalu update berita terbaru, khususnya di entertainment dan fashion.
“Kalau saya pribadi, biasanya scrolling media sosial untuk cari update terkini. Saya juga harus punya jejaring dan koneksi yang banyak.
“Intinya, harus banyak kenalan, rajin datang kalau diundang event, dan bertukar kartu nama kalau ketemu narasumber.
“Kalau tantangan lain, mungkin tidak jauh beda dengan wartawan pada umumnya, seperti jam kerja yang tidak jelas dan weekend tetap harus kerja.
“Apalagi kalau entertainment atau hiburan itu lebih banyak eventnya di weekend, bisa jadi weekend itu masa-masa tersibuk saya.
“Misalnya, konser atau acara penghargaan yang selesainya bisa tengah malam karena mulainya pun biasanya sore menjelang malam.”
Wawancara dengan Glandy Burnama dilakukan pada Rabu, 7 Februari 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.