Glandy Burnama, wartawan lifestyle, membagikan tips wawancara narasumber.

Hadirnya media online dan media sosial menjadi tantangan tersendiri untuk wartawan media cetak dalam memproduksi berita. 

Hal ini pun dirasakan oleh Glandy Burnama yang sudah berkarir hampir sembilan tahun sebagai wartawan di koran Jawa Pos

Selama berkarier sebagai wartawan koran, Glandy mengaku harus memutar otak ketika menulis artikel berita koran agar tidak “basi” ketika sampai di tangan pembaca. 

Kepada RadVoice Indonesia, Glandy membagikan tantangan dan tips menulis artikel layaknya jurnalis dalam wawancara berikut ini. 

Selama berkarir sebagai wartawan cetak, apakah tantangan terbesar Glandy Burnama? Pernahkah menulis untuk media online? 

Sejak pertama masuk Jawa Pos, puji Tuhan, gue masih dipercaya di koran.

Kalau untuk nulis online secara langsung, hampir tidak pernah karena memang konsisten di koran. Tapi kalau tulisan saya di koran kemudian diunggah ke online, itu lumayan sering, sih. 

Tantangannya pasti sudah tahu kalau sekarang media cetak, khususnya koran, sudah tidak semasif dulu. 

Selain itu, tantangan lain sebagai wartawan koran adalah proses pembuatan berita yang harus 100% benar atau sempurna. 

Koran itu, kan, tidak bisa diubah jika sudah naik cetak, jadi saya harus memastikan tidak ada kesalahan penulisan atau typo

Hal ini tentu berbeda dengan online yang jika ada kesalahan dapat langsung diubah. Kami dituntut untuk selalu berhati-hati dalam proses penulisan. 

Baca juga: 3 Kesalahan Saat Menulis Artikel yang Jarang Disadari

Selain itu, sebagai wartawan koran atau cetak itu dilatih untuk mendalami isu, detail dalam menulis berita, mencari angle yang menarik, dan selalu berhati-hati saat menulis.  

Kendati demikian, saya tetap bertahan di Jawa Pos karena salary yang diberikan jauh lebih besar dibandingkan media lain, khususnya online. 

Bagaimana Glandy Burnama mengatasi tantangan tersebut? 

Kalau untuk mencari angle yang menarik, saya biasanya akan memperbanyak wawancara eksklusif yang memang hanya koran saya yang membahasnya. 

Namun, kalau wawancara dengan beberapa wartawan, saya harus memberikan pertanyaan yang lebih mendetail agar angle berita akan berbeda dibandingkan dengan media online. 

Baca juga: Perjalanan Alfida Febrianna Menjadi Jurnalis Pro

Saat ini banyak media cetak seperti koran sudah mulai beralih ke online. Bagaimana tanggapannya?

Iya, itu memang sudah tidak dapat dihindari. 

Bahkan, Jawa Pos sendiri punya JawaPos.com dan Jawa Pos cetak versi digital atau e-paper.

Menurut saya, teknologi memang tidak bisa dibendung dan kita tidak dapat melawan, apalagi menghentikannya. 

Sebenarnya, isu ini sudah gencar ketika gue kuliah sekitar 13 tahun yang lalu gitu. Ya, kaget tidak kaget, sih. 

Tapi ya di situ, saya dan wartawan koran lainnya harus putar otak gimana caranya biar koran itu bisa terus dikonsumsi dari sisi jurnalistiknya. 

Kalau untuk sisi pemasaran, saya rasa itu bukan kapasitasnya seorang wartawan, tetapi lebih ke marketing.

Bagaimana cara mencari angle yang menarik untuk menulis artikel koran, khususnya di bidang Anda seperti entertainment dan fashion?

Kalau secara umum, triknya itu mencari angle atau sisi lain yang belum banyak dibahas media lain. 

Jadi, penting untuk riset dulu sebelum wawancara narasumber dan itu yang selalu saya lakukan selama sembilan tahun berkarier. 

Baca juga: 3+ Tips Menulis Artikel Lifestyle, Jangan Lupa Riset!

Saya pasti selalu mencari tahu siapa atau apa yang akan saya reportase. Kemudian, saya akan browsing untuk melihat angle apa yang belum dibahas media lain. 

Nantinya, hal-hal yang belum dibahas itulah akan dielaborasi untuk saya tulis sebagai artikel di koran.

Selain itu, pastikan untuk tidak terlalu kaku selama wawancara. Kesannya santai tapi berisi karena memang sudah riset sebelumnya. 

Terakhir, apa tips untuk anak-anak muda yang ingin berkarier sebagai wartawan, khususnya koran? 

Pastinya banyak membaca laporan karya wartawan apa pun. Baik hiburan, politik, bisnis, budaya, atau apa pun itu wawasannya harus luas dan tahu cara menulis yang baik.

Menulis yang baik itu menurut saya harus banyak membaca. 

Kemudian, latihan-latihan menulis lewat media sosial, lewat blog. Banyak, kok, sekarang platform buat menulis itu. 

Baca juga: 7 Tips Content Writing untuk Pemula, Salah Satunya Harus Rajin Membaca!

Tipsnya, ya, harus peka sama sekitar dan apa yang lagi happening sekarang, apa yang lagi hangat sekarang, sama bergaul.

Tidak peduli introvert atau ekstrovert, menjadi wartawan harus bisa terhubung dengan orang lain. 

Selebihnya, ya, berusaha keras. Juga harus terbiasa dengan jam kerja yang nggak jelas dan tidak tentu.

Wawancara dengan Glandy Burnama dilakukan pada Rabu, 7 Februari 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.