Pernahkah Anda membaca sebuah konten dan merasa relate? Anda pun kemudian makin tertarik untuk terus membacanya. Konten seperti ini tidak bisa asal dibuat. Anda perlu mempelajari cara menulis konten yang relate dan disukai banyak orang.
Bukan tanpa alasan. Kenyataannya, tidak semua konten bisa relate dan disukai banyak orang. Perputaran informasi yang begitu cepat membuat seseorang kewalahan menyeleksi informasi yang dibutuhkan dan diinginkan. Tidak jarang, seorang pembaca hanya membutuhkan beberapa detik untuk fokus pada satu artikel.
Oleh karena itu, orang cenderung membaca apa yang berkaitan dengan mereka. Menulis konten yang relate dan disukai banyak orang adalah kunci untuk mendapatkan perhatian mereka.
Lalu, bagaimana cara menulis konten yang relate, namun tetap insightful dan solutif? Berikut caranya.
Baca juga: 3+ Rahasia Menulis Konten yang Menginspirasi Audiens

Dilansir dari Fletcher Comms, konten yang relate adalah konten yang dibuat apa adanya, relevan, dan diciptakan dari sudut pandang audiens. Saat membaca konten tersebut, audiens biasanya bereaksi spontan seperti, “Wah, ini persis kondisi saya sekarang,” atau “Ih, sama banget!”
Dalam praktiknya, konten yang relate menampilkan pengalaman, masalah, bahasa, atau keinginan yang sama atau sangat mirip dengan audiens, sehingga muncul rasa kedekatan emosional dan keinginan untuk membaca atau berbagi lewat kolom komentar.
Biasanya, konten yang relate dibuat dengan menggunakan bahasa yang dipahami audiens, mengangkat topik yang dirasakan masyarakat, dan membuat audiens merasa “Benar, saya paham sekali.”
Contohnya: “Setiap minggu pasti ada satu meeting yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan satu kalimat di email atau WhatsApp.”
Konten seperti ini biasanya relateable dengan hampir banyak karyawan terutama di perusahaan, dan pernah merasakan rapat yang sebetulnya bisa dilakukan lewat percakapan di email tanpa harus bertatap muka.
Contoh konten yang relatable lainnya: “Kalau Blackpink punya konser namanya ‘Deadline’, kita juga punya, deadline kerjaan. Brb nangis dulu, hiks.”
“Tiap kali bilang ‘aku capek kerja’, ada aja yang jawab: ‘ya semua orang juga capek.’ Tapi capek tiap orang tuh beda-beda bentuknya. Ada yang fisiknya lelah, ada yang mental-breakdown, ada juga yang lelah tapi isi kepalanya tetep to do list buat besok.”
Kedua contoh di atas menunjukkan pengalaman emosional pekerja modern yang merasa lelah, tapi tetap harus profesional dalam menyelesaikan pekerjaan.
Konten yang berkualitas dan relevan dengan audiens secara emosional membangun kepercayaan dan meningkatkan interaksi, yang pada akhirnya memperkuat hubungan jangka panjang antara Anda dan audiens.
Baca juga: 7 Tips Membuat Konten dari Trending Topic agar Tetap Autentik

Anda juga bisa menulis konten yang relate bagi pembaca. Dirangkum dari berbagai sumber, setidaknya terdapat delapan cara menulis konten yang relate yang bisa Anda coba lakukan. Berikut ulasannya.
Cara menulis konten yang relate pertama adalah pilih segmentasi audiens. Anda perlu melakukan riset dan melakukan segmentasi audiens sebelum membuat konten. Tujuannya agar pembuatan konten spesifik sesuai dengan demografi pembaca, baik dari segi umur, lokasi, minat, dan lainnya.
Melakukan segmentasi audiens akan membantu Anda membangun konten-konten yang memancing interaksi atau engaging.
Dikutip dari blog Neil Patel, lakukan juga riset media apa yang sering digunakan audiens, apakah itu gambar, video, podcast, atau berbentuk utas di forum atau media sosial.
Setelah itu, terapkan strategi Anda ke media distribusi yang Anda tuju. Pastikan Anda mengenal jam-jam padat pembaca dan pengguna media sosial agar Anda lebih cepat mendistribusikan konten. Anda juga perlu menulis caption Instagram, misalnya, yang relate dengan followers.
Jangan lupa juga untuk melihat contoh konten sukses dari kompetitor. Cari tahu apa yang membuat konten begitu sukses dan buat yang lebih baik.
Mencari tahu poin yang jadi ketertarikan audiens adalah salah satu cara menulis konten yang relate.
Masih menyambung poin sebelumnya, dengan mengetahui minat atau ketertarikan audiens, Anda akan lebih mudah menyeleksi konten-konten yang relate. Dengan begitu, pembaca dapat lebih mudah untuk berinteraksi dengan konten yang Anda buat.
Mengetahui ketertarikan audiens juga akan membangun hubungan personal. Brand Anda pun dikenal sebagai persona yang manusiawi.
Misalnya, dengan mengangkat konten tentang kehidupan sehari-hari, peluang pembaca menerimanya lebih mudah. Mengapa? Hal tersebut ada di keseharian mereka.
Meski begitu, tetap prioritaskan kualitas konten. Karena itulah yang akan diingat pembaca sebagai brand atau blog perusahaan yang memiliki nilai.
Cara menulis konten yang relate selanjutnya adalah mengandalkan tren media sosial. Arus informasi di media sosial sangat cepat. Ada topik-topik tertentu yang viral, lalu tenggelam begitu saja informasinya.
Namun, ada pula topik justru lebih bertahan lama dalam algoritma media sosial dan ini bisa saja berlaku untuk topik-topik tertentu.
Tidak heran bila media sosial adalah gudangnya ide untuk penulis konten. Semua isu dapat dibahas, dan Anda tinggal menyeleksi mana yang ingin diangkat ke blog perusahaan Anda.
Mengandalkan tren di media sosial akan meningkatkan seberapa relate artikel blog Anda pada pembaca. Di samping itu, hal itu juga dapat meningkatkan kunjungan pembaca ke situs Anda.
Namun, perlu diperhatikan juga, pastikan konten tersebut tidak sekadar ikut-ikutan. Berilah insight atau inspirasi, solusi, atau buat in-depth reporting pada pembaca.
Gunakan sudut pandang berbeda dan perdalam bahasan agar pembaca dapat mengambil pesan yang penting untuk kehidupan mereka.
Jangan lupa, dunia konten dan tren di media sosial berputar sangat cepat. Pastikan Anda terus berkembang dan bangun karakter khas dalam konten-konten yang Anda buat. Jadilah yang berbeda dan teruslah berkreasi.
Baca juga: 3+ Fungsi Penggunaan Hashtag untuk Konten Anda

Pengalaman nyata itu unik dan mencerminkan nilai-nilai, dan perjalanan Anda. Menurut Idea Decanter, ketika Anda berbagi cerita atau pengalaman nyata yang Anda rasakan, bisa menciptakan ikatan emosional dengan audiens.
Orang-orang secara alami tertarik pada pengalaman nyata karena cerita tersebut membangkitkan emosi dan membuat kita merasa terhubung. Dengan berbagi cerita, Anda bisa membuat konten menjadi lebih relevan dengan audiens Anda.
Dalam konteks konten terutama di media sosial, hook adalah sebuah kalimat atau paragraf atau kalimat pembuka yang dibuat untuk menarik perhatian audiens sehingga mereka penasaran, dan ingin terus membaca atau menonton konten yang kita buat.
Menurut Cresqa yang mengutip sebuah studi oleh Microsoft (Microsoft Consumer Insights Study: Attention Spans report), manusia memiliki rentang waktu 8 detik untuk dapat fokus pada sesuatu tanpa terganggu.
Hook dalam konten memiliki fungsi untuk menarik fokus audiens ke dalam konten Anda dalam pandangan pertama, dan membuat mereka tetap berada di sana.
Hook yang baik tidak hanya menghentikan audiens pada pembuka konten, tetapi juga memicu rasa ingin tahu, dan menciptakan koneksi emosional.
Hook pada konten yang relatable biasanya memicu reaksi spontan dari audiens, terutama jika dibalut humor atau intrik dan terasa sangat spesifik.
Contoh: POV: Punya satu teman yang bilang sudah siap pergi tapi ternyata belum selesai dandan.
Dilansir Retailgear, semua orang menyukai cerita yang bagus dan storytelling adalah cara yang bisa Anda gunakan untuk terhubung dengan audiens Anda.
Dengan berbagi pengalaman pribadi atau studi kasus, Anda dapat menciptakan narasi yang mencakup pesan yang ingin Anda sampaikan sekaligus menjaga audiens tetap terlibat dalam konten yang relatable.
Pastikan untuk menciptakan karakter yang relevan, tantangan yang mereka hadapi, dan bagaimana mereka mengatasinya. Ini menciptakan alur bagi pembaca Anda untuk melihat pada diri mereka sendiri dalam cerita Anda, sehingga cerita tersebut mudah diingat.
Gunakan pola ‘hero’s journey’ (perjalanan tokoh utama) saat menulis konten, agar terasa dekat dengan pembaca. Anda bisa menceritakan perjalanan seseorang, bisa tokoh nyata atau fiktif, yang menghadapi tantangan, jatuh, lalu bangkit lagi.
Dengan cara ini, pembaca bisa ikut merasakan perjuangan si tokoh karena situasinya mirip dengan pengalaman mereka sendiri. Hal ini diharapkan bisa memancing ikatan emosional jadi lebih kuat, dan pembaca terdorong untuk terus mengikuti ceritanya sampai akhir.

Empati dalam menulis konten yang relate berarti kita memahami perasaan dan pengalaman pembaca. Gunakan bahasa yang menunjukkan bahwa Anda benar-benar “mengerti” apa yang mereka rasakan.
Hindari istilah rumit atau bahasa yang terlalu kaku, ganti dengan nada percakapan yang terasa lebih manusiawi dan hangat.
Pilih kata-kata yang bisa memunculkan emosi, seperti “bayangkan,” “rasakan,” atau “pahami.” Kata-kata seperti ini membantu tulisanmu terasa lebih dekat dan menyentuh sisi emosional pembaca.
Baca juga: Konten Trending vs Konten Evergreen, Mana yang Lebih Penting?
Kadang, gambar bisa bicara lebih banyak daripada tulisan. Konten visual seperti infografis, video, atau gambar bisa membantu menjelaskan hal yang rumit jadi mudah dimengerti. Selain menarik perhatian, visual juga membuat pembaca lebih cepat memahami pesan utama yang ingin kamu sampaikan.
Anda bisa menggunakan alat seperti Canva untuk membuat infografis sederhana atau mencari foto menarik dari situs stok gambar.
Pastikan visual yang Anda pilih tetap selaras dengan pesan dan identitas brand agar kesannya konsisten.
Tipsnya, coba buat video pendek atau GIF lucu yang menyampaikan cerita Anda dengan cara yang lebih ringan. Format seperti ini sangat cocok untuk media sosial karena mudah dibagikan dan disukai banyak orang.

Konten yang relate adalah konten yang dibuat apa adanya, relevan, dan diciptakan dari sudut pandang audiens. Saat membaca konten tersebut, audiens biasanya bereaksi spontan seperti, “Wah, ini persis kondisi saya sekarang,” atau “Ih, sama banget!”
Konten yang relevan dengan audiens secara emosional membangun kepercayaan dan meningkatkan interaksi, yang pada akhirnya memperkuat hubungan jangka panjang antara Anda dan audiens.
Menurut Wordtune Blog, kunci membuat konten yang relate adalah memahami kebutuhan, minat, dan tantangan audiens, lalu menulis dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.
Ada beberapa cara untuk membuat konten terasa lebih relate dan dekat dengan audiens, antara lain:
Semakin terasa nyata dan jujur, semakin besar peluang audiens untuk terhubung dengan konten Anda.

Konten yang relate adalah jenis konten yang mampu menyentuh sisi emosional audiens karena terasa dekat dengan pengalaman, bahasa, dan realitas mereka sehari-hari.
Kekuatan konten semacam ini bukan hanya pada informasi yang disampaikan, tapi pada rasa “nyambung” yang tercipta antara pembuat konten dan pembaca. Ketika audiens merasa dipahami, mereka akan lebih mudah terhubung dan percaya pada pesan yang disampaikan.
Dalam praktiknya, konten yang relate lahir dari empati dan pemahaman mendalam terhadap audiens atau bukan sekadar ikut tren.
Konten berkualitas dan relatable biasanya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menyisipkan cerita nyata, dan menampilkan nilai manusiawi di balik pesan yang ingin disampaikan. Dengan begitu, konten Anda bukan hanya dibaca, tapi juga dirasakan dan diingat oleh pembaca.
Pernah merasa konten brand Anda belum cukup relate dengan audiens? Tim RadVoice siap bantu Anda menciptakan strategi konten dan rilis berita yang benar-benar terhubung dengan pembaca.