Konten infografis (gabungan kata informasi dan grafis) sering Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk cetak maupun digital.
Dikutip dari Search Engine Journal, 49% pemasaran menganggap strategi marketing secara visual “sangat penting”. Sebanyak 22% lainnya menganggap “penting” dan 19% sisanya menganggap strategi konten bukanlah apa-apa tanpa adanya konten visual.
Persentase ini menunjukkan bahwa suatu konten membutuhkan presentasi secara visual.
RadVoice Indonesia akan mengajak Anda lebih mengenal infografis dan manfaatnya untuk berkomunikasi.
Infografis adalah seni menyampaikan pesan melalui visual agar informasi lebih cepat dipahami dan mudah diingat oleh audiens.
Mengutip detik.com, infografis merupakan gabungan antara informasi dan elemen visual yang dirancang untuk memudahkan pembaca memahami data atau konsep yang kompleks.
Bukan sekadar gambar biasa, infografis menjadi media komunikasi visual yang menyajikan data, fakta, dan informasi penting melalui kombinasi teks, ikon, grafik, dan warna yang menarik.
Dengan mengenal infografis, pembuat konten bisa memberikan “peta informasi” yang mengubah data rumit menjadi visual yang lebih sederhana dan mudah dicerna.
Oleh itu, infografis kini banyak digunakan dalam berbagai bidang: jurnalistik, pendidikan, pemasaran, hingga pemerintahan.
Baca juga: Membuat Infografik Berita yang Menarik dan Informatif
Mengapa mengenal infografis menjadi penting? Sebab keterangan visual menjadi begitu populer di era digital, dan lebih mudah menarik perhatian dibanding teks panjang. Berikut beberapa manfaat utama membuat infografis:
Keuntungan yang pertama dari mengenal infografis adalah membantu pembaca dengan mudah memahami konten. Sebab, tidak semua orang mempunyai waktu untuk membaca artikel ribuan kata.
Tetapi otak manusia memproses gambar 60.000 kali lebih cepat daripada teks. Dengan infografis, pesan rumit bisa diuraikan menjadi bentuk visual yang mudah dipahami dalam hitungan detik.
Semakin cepat Anda memproses informasi yang ada dalam konten infografis, maka akan semakin cepat juga Anda mengambil keputusan.
Dalam dunia media sosial yang serba cepat, infografis bisa menjadi “eye-catching content” yang membuat audiens berhenti sejenak untuk membaca. Hal ini terutama bila visual yang ditampilkan tepat sasaran pada audiens yang dituju.
Contoh: Flyer dan poster berisi informasi diskon belanja makanan atau pakaian akan selalu menarik para pengunjung mall, baik anak muda maupun dewasa.
Menurut detik.com, konten dengan visual menarik memiliki kemungkinan dibagikan lebih tinggi. Infografis membuat audiens lebih tertarik untuk menyebarkan informasi yang mereka pahami.
Strategi ini sering dipakai oleh pembuat konten sebagai strategi untuk mendapatkan exposure audiens media sosial dengan membagikan link embed code atau tautan situs web konten mereka.
Membangun tautan memungkinkan bisnis yang Anda jalankan mendapatkan peringkat lebih tinggi dalam hasil pencarian organik. Tautan sebaiknya berasal dari situs web yang relevan dan berkualitas.
Infografis berpeluang untuk meningkatkan SEO dan traffic organik. Hal ini tentu jika Anda melakukannya dengan semaksimal mungkin.
Caranya, infografis yang informatif dapat diunggah di media sosial atau blog, lalu mengarahkan audiens ke situs utama. Anda bisa memposting konten infografis secara luas di email, iklan media sosial, dan lainnya.
Apabila konten infografis yang Anda buat sering dibagikan, maka besar kemungkinan konten Anda akan muncul lebih tinggi di peringkat mesin pencarian.
Bagi bisnis, infografis bisa digunakan untuk menampilkan hasil riset, data pelanggan, atau keunggulan produk dengan cara profesional dan menarik. Beberapa lembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama merancang Survei Digital Wisatawan Nasional dan Nusantara 2025 untuk mengumpulkan data tentang wisatawan di Indonesia.
Survei ini dilakukan secara digital melalui SMS ke responden terpilih untuk mendapatkan informasi mengenai profil wisatawan, tujuan perjalanan, akomodasi, rata-rata lama menginap, dan pengeluaran.
Survei ini berlangsung dari Mei hingga Desember 2025 dan bertujuan untuk menghasilkan data yang akurat untuk perumusan kebijakan pariwisata.
Menurut Gramedia.com, banyak lembaga pendidikan dan instansi pemerintah menggunakan infografis untuk menjelaskan kebijakan, data riset, atau pesan sosial agar mudah dipahami masyarakat.
Contoh: infografis mengenai anggaran program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) 2026: Besar dan Tersebar di Empat Pos oleh Katadata.co.id bertujuan untuk mengedukasi para pembaca akan besarnya dana yang dipakai.
Harapannya, pembaca juga turut memonitor perkembangan dan masalah yang terjadi selama program tersebut berlangsung.
Baca juga: 5 Manfaat Menggunakan Infografik Sebagai Strategi Konten
Infografis hadir dalam berbagai bentuk, tergantung pada jenis data dan tujuan komunikasi. Berikut jenis-jenis infografis yang paling umum digunakan:
Berfokus pada data numerik, grafik, atau persentase. Biasanya digunakan untuk laporan riset, hasil survei, atau data keuangan.
Contoh: Infografis hasil survei kepuasan pelanggan dengan diagram batang dan pie chart.
Menjelaskan urutan langkah atau tahapan tertentu. Cocok untuk panduan, tutorial, atau prosedur kerja. Contoh: “5 Langkah Mencuci Tangan yang Benar” dengan ilustrasi tangan dan tahapan jelas.
Menampilkan perjalanan waktu atau perkembangan suatu peristiwa.
Contoh: “Sejarah Perkembangan Internet dari 1990 hingga Sekarang.”
Digunakan untuk membandingkan dua atau lebih hal secara visual.
Contoh: “iOS vs Android” dalam bentuk tabel dan ikon menarik.
Menampilkan informasi berjenjang dari tingkat tertinggi ke paling rendah.
Contoh: Struktur organisasi perusahaan atau hierarki dari sebuah lembaga.
Menggunakan peta sebagai elemen utama untuk menunjukkan data berbasis lokasi.
Contoh: “Peta Sebaran Kasus Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2024.”
Memberikan gambaran umum tentang suatu topik tanpa banyak angka.
Contoh: “Manfaat Tidur Cukup bagi Kesehatan Mental dan Fisik.”
Menurut Gramedia.com, pemilihan jenis infografis harus menyesuaikan tujuan komunikasi dan audiens. Misalnya, untuk media sosial gunakan desain sederhana dan berwarna cerah, sementara untuk laporan riset gunakan format yang lebih formal dan informatif.
Baca juga: 5+ Cara Menulis Artikel Feature dengan Data Storytelling
Membuat infografis bukan hanya soal desain, tapi juga strategi menyampaikan informasi secara efektif. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:
Sebelum membuat desain, tentukan dulu tujuan: apakah untuk edukasi, promosi, laporan, atau kampanye sosial. Pahami siapa audiens Anda agar pesan lebih tepat sasaran, apakah mereka pebisnis, para ibu, pekerja, atau pegiat hidup sehat, dan lainnya.
Pastikan semua data yang digunakan akurat dan berasal dari sumber terpercaya. Infografis yang berisi informasi salah justru merusak kredibilitas.
Susun informasi dalam alur yang mudah diikuti. Hindari terlalu banyak teks. Alangkah lebih baik bila menggunakan kalimat pendek dan poin-poin inti.
Pilih warna yang harmonis, gunakan ikon atau ilustrasi relevan, serta pastikan font mudah dibaca. Tools seperti Canva, Piktochart, atau Venngage sangat membantu pemula membuat infografis profesional.
Cantumkan logo atau identitas pembuat di bagian bawah infografis, serta sumber data untuk menjaga transparansi.
Lihat kembali apakah informasi mudah dipahami hanya dengan sekali lihat. Setelah yakin, unggah di media sosial, website, atau kirim ke media online untuk publikasi.
Baik digunakan untuk kampanye sosial, edukasi, atau strategi pemasaran digital, infografis tetap menjadi media yang efektif di era informasi visual.
Apabila Anda membutuhkan bantuan untuk membingkai dan mengekspos brand bisnis melalui press release dengan infografik, tim RadVoice siap membantu Anda!