Dalam dunia jurnalistik, doorstop interview adalah wawancara spontan tanpa janji temu. Ini biasanya dilakukan di luar ruang publik seperti rumah atau tempat kerja narasumber.
Di Indonesia, istilah ini dikenal dengan doorstop, sementara di beberapa negara lain, seperti yang dijelaskan oleh BBC Academy, istilahnya adalah doorstepping.
Meskipun efektif untuk mendapatkan informasi cepat, doorstop memerlukan pendekatan yang hati-hati dan profesional.
Menjaga etika dalam doorstop sangat penting agar tidak merusak hubungan dengan narasumber dan citra jurnalis. Etika yang tepat memastikan wawancara tetap berjalan profesional dan saling menghargai.
RadVoice Indonesia akan membahas panduan etika dalam doorstop yang praktis untuk membantu jurnalis menjalankan tugasnya.
Etika menjadi panduan utama agar jurnalis tetap menghormati hak narasumber dan menjaga integritas profesinya.
Jurnalis bekerja berdasarkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Dalam panduan tersebut, setiap jurnalis harus menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Hal ini tercantum dalam Pasal 2 KEJ yang memuat:
“Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”.
Dengan menerapkan etika doorstop yang baik, jurnalis bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan narasumber serta menjaga citra positif media di mata publik.
Melakukan wawancara doorstop membutuhkan sikap yang tepat agar tetap profesional meskipun dalam situasi yang mendesak.
Etika dalam doorstop bukan hanya soal cara bertanya, tetapi juga bagaimana jurnalis memperlakukan narasumber.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar etika dalam doorstop tetap terjaga.
Jangan memaksakan wawancara apabila narasumber terlihat sedang terburu-buru atau tidak dalam suasana hati yang baik.
Etika dalam doorstop mengharuskan jurnalis untuk membaca situasi dan memastikan bahwa narasumber dalam kondisi yang memungkinkan untuk memberikan komentar.

Baca juga: 5 Tips Wawancara Narasumber untuk Artikel yang Mendalam
Mulailah dengan menyapa narasumber dan memperkenalkan diri secara singkat. Sebutkan nama dan media Anda.
Ini memberikan kesan profesional dan menghormati narasumber.
Karena waktu yang terbatas, pastikan pertanyaan yang diajukan langsung ke intinya dan sesuai dengan konteks.
Hindari pertanyaan yang terlalu luas atau membutuhkan penjelasan panjang, sehingga narasumber bisa memberikan jawaban yang lebih jelas dan tepat sasaran.
Sikap tubuh yang terbuka dan bahasa yang santun sangat memengaruhi kesan pertama.

Jaga jarak fisik yang sopan dan hindari penggunaan bahasa yang dapat dianggap menyudutkan narasumber.
Jika narasumber memberikan jawaban singkat atau memilih untuk tidak memberikan komentar, hargai keputusan tersebut dengan sikap profesional.
Ini akan menciptakan kesan saling menghormati dan menjaga hubungan yang baik untuk kesempatan berikutnya.
Baca juga: 3+ Tips Wawancara Narasumber dari Glandy Burnama
Meskipun doorstop menawarkan kesempatan untuk mendapatkan informasi cepat, ada beberapa hal yang harus dihindari agar wawancara tetap profesional dan etis.
Memahami batasan-batasan ini penting untuk menjaga citra baik sebagai jurnalis dan membangun hubungan yang positif dengan narasumber.
Jika narasumber memilih untuk tidak berkomentar atau mengakhiri wawancara, hindari untuk terus mendesaknya.
Menghormati keputusan narasumber untuk tidak memberikan keterangan menunjukkan sikap profesional dan menjaga hubungan baik di masa depan.

Hindari mengajukan pertanyaan yang bernuansa provokatif.
Meskipun tujuannya untuk menggali informasi lebih dalam, sikap ini bisa dianggap tidak etis dan merugikan kedua belah pihak. Pastikan pertanyaan tetap objektif dan sesuai dengan konteks.
Etika dalam doorstop juga berarti menghormati waktu narasumber.
Menghampiri mereka di saat yang tidak tepat, misalnya saat sedang terburu-buru atau dalam situasi pribadi, bisa menciptakan ketidaknyamanan.
Pilih waktu yang tepat dan sesuaikan pendekatan dengan situasi.
Penting untuk menjaga sikap tubuh yang terbuka dan tidak agresif saat melakukan doorstop.
Hindari berdiri terlalu dekat dengan narasumber atau menggunakan bahasa tubuh yang menekan.
Hal ini bisa membuat narasumber merasa tidak nyaman dan kurang terbuka untuk memberikan informasi.

Baca juga: 5 Tips Wawancara Narasumber untuk Artikel Profil, Wajib Diperhatikan!
Sebelum memulai wawancara atau rekaman, selalu pastikan untuk meminta izin terlebih dahulu.
Mencatat atau merekam tanpa persetujuan bisa menimbulkan ketidakpercayaan dan berpotensi merusak hubungan dengan narasumber.
Doorstop adalah wawancara spontan tanpa janji temu yang dilakukan di luar ruang publik, seperti rumah atau tempat kerja narasumber.
Etika dalam doorstop memegang peranan penting dalam menjaga profesionalisme dan hubungan baik dengan narasumber.
Jurnalis perlu memperhatikan situasi narasumber, seperti kondisi emosi, serta mengajukan pertanyaan yang fokus dan relevan.
Menghargai keputusan narasumber untuk tidak berkomentar juga merupakan bagian dari etika yang harus diterapkan.
Menghindari pertanyaan provokatif, mengganggu waktu yang tidak tepat, serta menjaga sikap tubuh yang sopan memastikan wawancara tetap berjalan lancar dan produktif.
Setiap doorstop membutuhkan intuisi, empati, dan strategi komunikasi yang tepat. Jika Anda ingin memperdalam cara membangun pendekatan wawancara yang lebih bermakna, RadVoice hadir untuk membantu.
