Lari sudah menjadi bagian penting dalam hidup Editor Republika, Ahmad Fikri Noor. Baginya, aktivitas fisik ini sudah menjadi ruang pribadi yang membentuk ulang ritme hidupnya.

Kebiasaan yang sempat hilang bertahun-tahun itu kembali hadir di momen tak terduga, berawal dari sebuah smartwatch hadiah. Dari sana, langkah-langkah pendek di sekitar komplek berkembang menjadi perjalanan panjang yang membawanya ke 10K, half marathon, hingga dua kali marathon.

Di tengah padatnya tuntutan ruang redaksi, lari menjadi titik hening tempat ia menemukan disiplin, ketahanan, dan perspektif baru tentang kota, pekerjaan, serta dirinya sendiri. 

Kepada RadVoice Indonesia, Fikri bercerita tentang bagaimana hobi yang sederhana ini akhirnya berdampak besar pada cara ia bekerja dan menjalani hidup.

Awal Ketertarikan yang Tak Disangka

“Semua berawal dari zaman Covid,” ucap Fikri, ketika ditanyakan awal mula hobi larinya.

Meski sejak SMA sudah suka lari, rutinitas itu hilang begitu ia menjalani kuliah dan bekerja. Selama hampir satu dekade, aktivitas fisiknya turun drastis.

Baru pada awal 2022, ketika ia mendapat smartwatch yang ia sendiri lupa dari mana, Fikri kembali mencoba berlari. Ternyata, data yang terekam membuatnya ketagihan. 

Bagaimana Lari dapat Mengubah Rutinitas Kerja Editor Republika Ahmad Fikri Noor
Fikri kembali jatuh cinta pada lari sejak Covid berkat sebuah smartwatch (Semua foto oleh Ahmad Fikri Noor)

“Saya mungkin manusia yang obsessed dengan statistik,” ujar Fikri yang lama menjadi editor di desk ekonomi ini. 

Baca Juga: Cara Editor kumparan Nicha Muslimawati Merangkai Headline Berita Ekonomi yang Efektif

Melihat grafik perkembangan membuatnya terpacu. Dari 5K yang melelahkan hingga bisa berlari santai tanpa beban, kemudian naik kategori ke 10K, HM, dan akhirnya marathon.

Manfaat Lari: Dari Kebugaran hingga Ruang Refleksi

Fikri mengaku jatuh cinta pada lari karena kesederhanaannya. Tidak perlu menunggu teman, tidak butuh peralatan rumit, cukup memakai sepatu dan pergi.

Dampak fisiknya jelas terasa. Tubuh jauh lebih bugar, apalagi setelah ia mempelajari pentingnya latihan beban untuk menunjang performa lari. “Secara fisik, saya jauh lebih oke sekarang,” katanya.

Bagaimana Lari dapat Mengubah Rutinitas Kerja Editor Republika Ahmad Fikri Noor
Fikri menceritakan, lari membuatnya lebih bugar sekaligus memberi ruang refleksi pribadi.

Untuk aspek mental dan emosional, ia mengaku belum pernah mengukurnya secara formal. “Mungkin harus cek ke psikolog dulu,” canda Fikri, namun ia merasakan bahwa lari memberinya ruang tenang untuk mengolah pikiran.

Baca Juga: Dari Geofisika ke Jurnalisme Pajak: Perjalanan Karier Sapto Andika Candra di DDTCNews

Dampak Lari pada Pola Kerja

Rutinitas lari ternyata ikut membentuk cara Fikri bekerja sebagai editor. Jadwal piket yang bervariasi memberi peluang untuk menyesuaikan waktu berlari, entah itu pagi atau sore. Namun pekerjaan di industri media tidak selalu berjalan sesuai jadwal.

“Kadang ada kerjaan di luar jam piket, itu yang repot. Saya  harus adjust jadwal lari,” ujarnya

Meski begitu, ia tetap mendahulukan pekerjaan kantor. Hanya ketika memungkinkan, ia menggeser larinya ke waktu lain.

Benturan bukan hanya dengan pekerjaan, tetapi juga dengan waktu keluarga. Quality time di akhir pekan kerap berubah menjadi waktu long run. “Makanya saya racunin istri agar ikut lari juga, supaya quality time-nya pindah ke lintasan,” katanya sambil tertawa.

Berlari sering menjadi momen bengong dan menghayal. Kadang ide pekerjaan muncul, meski ia tidak selalu ingat detailnya. Yang jelas, lari memberikan Fikri perspektif baru sebagai jurnalis.

“Lari bikin saya bisa lihat denyut kota lebih dekat,” jelasnya. 

Bagaimana Lari dapat Mengubah Rutinitas Kerja Editor Republika Ahmad Fikri Noor
Fikri menyesuaikan lari dengan pekerjaan dan keluarga, sambil menemukan inspirasi dan perspektif baru tentang kota.

Dari jalan raya, komplek, hingga alun-alun di berbagai kota. Bahkan saat dinas luar kota, ia selalu membawa sepatu lari, termasuk ketika ia melakukan perjalanan dinas ke Kuala Lumpur.

Program latihan lari mengajarkannya disiplin dan ketahanan mental. Saat mengikuti jadwal, seperti 10K di Selasa, interval di Rabu, long run di Minggu, ia belajar memaksa diri menyelesaikan sesuatu meski sedang tidak mood.

“Kalau lagi mager kerja, otak saya langsung nyadar: ini saya lagi nggak disiplin,” katanya.

Pola pikir yang terbentuk dari lari itu kemudian membantu mendorong dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih konsisten.

Saat ditanya apakah ia membayangkan suatu saat berhenti, jawabannya mantap. “Belum kepikiran sama sekali. Kayaknya ini hobi yang akan saya jalanin dalam waktu lama.”

Bagi dirinya, lari merupakan cara untuk menjaga ritme: menguatkan tubuh, menenangkan pikiran, dan memberi ruang untuk terus bergerak maju.

Kesimpulan

Lari, bagi Ahmad Fikri Noor, sudah menjadi ruang pribadi yang membantunya menjaga kebugaran fisik sekaligus menenangkan pikiran.

Dari kebiasaan yang sempat hilang bertahun-tahun, lari kembali hadir berkat sebuah smartwatch, berkembang dari langkah pendek di komplek hingga menaklukkan marathon, dan memberikan disiplin serta ketahanan mental yang berdampak positif pada kehidupannya.

Selain manfaat fisik dan mental, lari juga membentuk pola kerja Fikri sebagai editor. Aktivitas ini memberinya perspektif baru tentang kota, pekerjaan, dan dirinya sendiri, sekaligus mengajarkan konsistensi dan kemampuan mengatur waktu antara pekerjaan, keluarga, dan hobi.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?