Corcomm Bank Mandiri Sheila Siregar Ceritakan Perubahan Gaya Komunikasi dari Profesi Jurnalis ke Korporat

Pergeseran profesi, seperti dari jurnalis ke korporasi, tentu butuh perubahan gaya komunikasi. Hal ini juga dialami oleh Senior Corporate Communication (Corcomm) Manager di Bank Mandiri, Sheila Siregar.

Perjalanan profesionalnya dimulai dari dunia jurnalistik TV di Trans 7, sebelum berbelok ke dunia komunikasi korporat yang penuh dinamika dan strategi jangka panjang.

Keputusan untuk berpindah dari newsroom ke ruangan rapat korporasi bukan sekadar soal pekerjaan. Bagi Sheila, ada pertimbangan pribadi, terutama terkait jam kerja media yang tidak menentu.

Sementara, memikirkan masa depan, ketika akan berperan sebagai istri dan ibu, Sheila merasa dirinya membutuhkan ritme kerja yang lebih stabil.

Sheila pun berbagi cerita kepada RadVoice Indonesia, bagaimana perubahan gaya komunikasi menjadi penting, dari profesi jurnalis sebagai salah satu stakeholder, menjadi pegawai dari perusahaan yang harus mengedepankan kepentingan lembaga tempatnya bekerja.

Perubahan Gaya Komunikasi, Ritme, dan Perspektif

Sheila menceritakan, salah satu tantangan utama saat pertama kali masuk ke komunikasi korporat adalah perubahan gaya komunikasi, ritme, dan perspektif kerja.

Di media, jurnalis lebih fleksibel dalam mengatur waktu dan ritme kerja sendiri. Namun di korporat, semuanya lebih terstruktur dan disiplin.

“Paling terasa itu soal perspektif. Di media, kita dilatih untuk menggali dan mempertanyakan. Di korporat, justru harus bisa memilah mana yang bisa disampaikan ke publik dan yang tidak,” jelas Sheila.

Di sinilah muncul perubahan gaya komunikasi, dari yang sebelumnya berorientasi pada keterbukaan dan eksplorasi isu, menjadi lebih strategis, terukur, dan berhati-hati.

“Sebagai corcomm, kamu bukan hanya menyampaikan pesan, tapi menjaga reputasi. Itu tanggung jawab yang berat,” katanya.

Baca juga: Bagaimana Memahami Batasan AI di Karya Jurnalistik menurut Direktur SAFEnet Nenden Sekar Arum

perubahan gaya komunikasi
Tanggung jawab pada komunikasi korporat harus menyeimbangkan isi pesan dan reputasi perusahaan. (Semua foto oleh Sheila Siregar)

Menanggalkan Gaya Jurnalis, Mengadopsi Gaya Strategi

Sheila mengakui bahwa background dirinya sebagai jurnalis memberi banyak keuntungan, yaitu peka terhadap isu, piawai membangun narasi, hingga jaringan media yang luas.

Tapi ia juga menerangkan bahwa gaya komunikasi jurnalis tak bisa sepenuhnya dibawa ke dunia korporat.

“Jurnalis terbiasa menulis narasi yang provokatif atau membangun pertanyaan terbuka. Nah, di dunia korporat itu tidak bisa. Komunikasi harus jelas, tidak menimbulkan interpretasi yang membingungkan,” ungkapnya.

Dalam perubahan gaya komunikasi ini, dia menekankan satu hal yang harus ditinggalkan.

“Idealisme yang berlebihan,” ujar Sheila sambil tertawa.

Sebab, saat sebagai jurnalis, tentu dia ingin memberi semua informasi ke publik. Tapi sekarang, tugasnya adalah mengelola informasi dan bukan membanjiri.

Dalam beberapa kasus, Sheila juga mengakui adanya dilema etika. “Misalnya, ada informasi penting tapi berpotensi memicu reaksi negatif. Kami harus jujur, tapi juga menjaga stabilitas perusahaan,” katanya.

Ia mencontohkan insiden pada 2020 terkait uang di rekening nasabah yang hilang karena perbuatan oknum pegawai. Peristiwa ini sempat memicu reaksi publik.

“Kami tetap sampaikan fakta, memohon maaf. Tapi kami pastikan juga publik tahu bahwa perusahaan akan segera menyelesaikan masalah itu.”

Bagi Sheila, kunci komunikasi yang baik adalah tetap menjaga integritas dan memahami dinamika organisasi.

“Komunikasi itu bukan sekadar menyampaikan. Tapi mengelola, memilih waktu, channel yang tepat, dan konten yang sesuai,” tuturnya.

Baca juga: Seni Mendengar dalam PR: Pelajaran dari Mindful Parenting ala Shandy Jessica

perubahan gaya komunikasi
Sheila waktu masih menjadi jurnalis di Trans 7

Evolusi Corporate Communication

Sheila juga bercerita, di era digital saat ini, peran corporate communication telah berevolusi. Dia sampaikan bahwa komunikasi tidak hanya lewat press release dan jumpa pers, tetapi juga harus aktif di media sosial. Bahkan, satu cuitan bisa menjadi krisis reputasi.

Sheila mencontohkan kasus saat Bank Mandiri mengadakan acara internal perusahaan dan mengundang musisi boyband K-pop Treasure.

“Tapi karena informasi acaranya menjadi viral di media sosial, kemudian muncul narasi liar berbunyi ‘ini pasti karena anak direksi suka K-pop’. Nah, kalau corcomm diam saja, maka kabar itu bisa menjadi bola salju,” ceritanya.

Alih-alih mengeluarkan press release resmi, pendekatan yang dipilih adalah memanfaatkan ‘influencer internal’, yaitu karyawan yang punya social media presence yang baik.

Mereka diminta untuk menjawab pertanyaan publik dengan gaya santai. “Dan itu berhasil. Narasi dari internal kami dipercaya publik,” ujarnya.

Relasi Sehat dengan Media: Tetap Profesional

Sebagai mantan jurnalis, Sheila paham pentingnya menjaga hubungan baik dengan media. Menurutnya, relasi itu harus setara dan saling menghargai.

“Kami tahu apa yang dibutuhkan jurnalis, yakni informasi akurat, bukan gimmick,” kata Sheila.

Namun demikian, Sheila menekankan bahwa keterbukaan tetap harus dijaga dengan kebijaksanaan.

“Kami terbuka, tapi tidak semua hal harus dibuka. Kami pilih mana yang penting, relevan, dan tidak merusak kepentingan institusi,” jelasnya.

Baca juga: Perjalanan Jurnalis South China Morning Post Amy Sood: Dari Galau Karier hingga Meliput Pemilu 2024

Sheila mengatakan, perubahan gaya komunikasi diawali dengan mengubah mindset.

Kesimpulan

Perubahan gaya komunikasi dari profesi jurnalis menjadi korporat yaitu memahami bahwa tugasnya bukan sekadar menyebar, melainkan mengelola informasi.

Siapapun yang ingin terjun ke industri tersebut harus mempelajari strategi, memahami stakeholder, dan menyesuaikan mindset.

Sheila menekankan jurnalis punya keunggulan karakter terkait kepekaan dan kegigihan. Tetapi dunia korporasi butuh komunikasi strategi untuk jangka panjang, terkait kelangsungan perusahaan.

Perjalanan Sheila membuktikan bahwa karier tidak selalu linear, dan bahwa beradaptasi adalah kunci.

Meski dia akui akan butuh waktu untuk menyesuaikan diri untuk perubahan gaya komunikasi. Tapi untuk siapapun yang mau belajar, dunia komunikasi korporat sangat menarik.

Wawancara dengan Sheila Siregar dilakukan pada Jumat, 20 Juni 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?