Sandra Insana Sari, sebelumnya bekerja di stasiun televisi CNN Indonesia selama lebih dari lima tahun, telah beralih profesi sebagai humas perusahaan ICT (teknologi informasi dan komunikasi) di Jakarta.
Alasannya? Ia ingin mencoba tantangan baru dan mengenal lebih dalam tentang profesi public relations yang masih satu rumpun dengan ilmu komunikasi.
“Sebagai sarjana ilmu komunikasi dengan peminatan public relations, PR bukan sesuatu yang asing untuk saya. Saya telah mempelajari dasar-dasarnya, dan dengan bergabungnya saya ke dunia ini, saya akan melihat bagaimana perkembangan PR kini, termasuk dari perspektif kacamata jurnalis yang sebagian pekerjaan PR juga bersinggungan dengan profesi ini,” ujar Sandra kepada RadVoice Indonesia.
“Bekerja sebagai jurnalis membuat saya memiliki penilaian sendiri terhadap proses publikasi media, pembuatan konten social media, pemilihan angle liputan, branding, penyelenggaraan event, dan arah bisnis ke depannya. Seni menggabungkan sudut pandang PR dan jurnalis inilah yang menjadi menarik,” tambahnya.
Pada akhirnya, keputusan Sandra berubah haluan menjadi humas perusahaan tidaklah permanen. Ia masih tertarik meliput suatu hari nanti.
“Berhenti menjadi jurnalis di stasiun TV bukan berarti berhenti selamanya menjadi jurnalis. Namun, lima tahun lebih di dunia jurnalis, membuat saya mengetahui ingin menjadi jurnalis seperti apa yang saya inginkan, dan bisa saya lakukan nantinya,” katanya.
Dalam bagian kedua dan terakhir wawancara Sandra dengan RadVoice, ia membagikan strategi-strategi beradaptasi bagi para wartawan yang mempertimbangkan pindah menjadi humas perusahaan.
Baca juga: Pengalaman dan Kesulitan Jurnalis TV menurut Sandra Insana Sari
Sebagai mantan jurnalis TV, bagaimana Anda beradaptasi sebagai humas perusahaan?
“Beradaptasi di dunia PR memiliki perbedaan dengan dunia jurnalis yang lebih bebas dan idealis.
“Ketika menjadi jurnalis, saya memilih menjadi jurnalis yang profesional dengan tidak berpihak dan memenuhi kaidah jurnalistik.
“Pun ketika menempatkan diri sebagai humas perusahaan, saya juga harus menjadi PR yang profesional. Saya harus mengedepankan tujuan perusahaan. Namun juga tidak melenceng dari aturan, etika, dan etiket.
“Positifnya, sudut pandang lebih luas bisa saya dapatkan. Contohnya, bagaimana baiknya publikasi dari sudut pandang perusahaan, dan bagaimana baiknya dari sudut pandang masyarakat. Tentu, tantangannya adalah menggabungkan keduanya menjadi satu.
“Namun tantangan lain tentu saya rasakan, dengan dunia bisnis yang saat ini didalami dan birokrasi. Dan lebih ke adaptasi dari bekerja bebas dan dinamis di lapangan, menjadi pekerja kantoran.”
Bagaimana Anda mentransfer kemampuan yang Anda peroleh sebagai jurnalis TV ke pekerjaan baru sebagai humas perusahaan ini?
“Menulis: ‘Makanan’ di dunia jurnalis, ini juga yang menjadi dasar di dunia PR seperti membuat laporan, press release, dan surat. Namun ini tentu disesuaikan dengan objektif dan apa yang akan ditulis.
“Kemampuan berpikir cepat dan kritis: Pengalaman meliput segala hal, dengan tuntutan penayangan cepat dan isu beragam, membuat saya terlatih mengolah informasi dengan cepat. Saya pun mengkritisi suatu hal sebagai jurnalis, dan ini juga yang diterapkan di dunia PR. Berkomunikasi dengan berbagai divisi, termasuk lintas jabatan C-level, membuat saya harus cepat menangkap objektif yang dimaksud. Kritis melihat bagaimana beragam perspektif dan keadaan tentu menjadi modal dalam menjalankan pekerjaan saya dengan baik.
“Berpengetahuan luas: Jurnalis yang meliput isu-isu sosial dan budaya tentu harus bisa meliput persoalan ekonomi pula, bukan? Pengalaman jurnalis memang tidak menjadikan saya memahami segala bidang, tetapi setidaknya membuat saya punya pandangan akan bidang tertentu walaupun tidak sedalam jurnalis yang spesialis mendalami isu tertentu. Memasuki dunia bisnis di PR tentu harus memahami isu-isu terkini, baik dari segi politik, ekonomi, dan hubungannya dengan bisnis.
“Skill melobi dan negosiasi: Sebelumnya, ini digunakan untuk mendapatkan narasumber, informasi, dan kesempatan liputan. Namun di dunia PR ini, juga tentu digunakan baik di internal perusahaan atau eksternal perusahaan untuk mencapai objektif yang ditetapkan humas perusahaan.
“Kemampuan membangun relasi: Untuk memperoleh informasi dan narasumber liputan, tentu skill ini menjadi penting. Pun di dunia PR, ini menjadi penting untuk membangun relasi dengan media, partner perusahaan, dan customer. Relasi menjadi kunci dalam dunia bisnis.”
Tips-tips bagi wartawan yang ingin transisi dari jurnalisme ke humas perusahaan?
“Perbanyak dan jaga relasi.
“Tantangan bisa menjadi peluang. Temukan seni menggabungkan perspektif jurnalis dan PR. Kemampuan ini akan memperkaya Anda sebagai humas perusahaan.
“Open minded dengan pandangan baru: objektif selanjutnya selalu menjadi tujuan perusahaan, meskipun berbeda dengan pandangan Anda. Butuh adaptasi dari jurnalis ke dunia PR dengan perbedaan objektif.
“Terus belajar, dan tetap perkaya diri dengan isu-isu terkini.
“Semangat beradaptasi dari pekerja lapangan menjadi pekerja kantoran.”
Wawancara dengan Sandra Insana Sari dilakukan pada Minggu, 5 Mei 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.