Jurnalis media asing Leo Galuh memiliki banyak narasumber yang pasti ia hubungi untuk liputannya.
Salah satunya adalah PR agency ketika terdapat berita besar yang berdampak buruk terhadap sebuah perusahaan.
“Harapan terbesar saya adalah ketika suatu agensi PR bisa cekatan dan taktis saat menangani krisis public relations,” ujar Leo.
“Saya sangat apresiasi dengan teman-teman agensi PR yang masih ingat dan menyimpan nomor handphone atau email saya,” tambahnya.
Baca juga: 5 Langkah Menangani Krisis Public Relations
Bagi Leo, momen-momen krisis tersebut memberikan ruang bagi para praktisi PR “untuk menunjukkan pesonanya kepada wartawan”.
“Di situlah peluangnya untuk bisa menjalin komunikasi yang akrab, baik, dan akan selalu diingat para wartawan,” katanya.
“Bantulah para wartawan untuk mendapatkan klarifikasi dari klien perusahaan. Kami selalu dan wajib memberikan hak jawab kepada semua narasumber. Gunakan dan manfaatkanlah kesempatan itu.”
Selain manajemen krisis, Leo juga membagikan kepada RadVoice Indonesia bagaimana PR agency dapat membantu peliputan jurnalis dan membangun hubungan yang erat dengan media.
Anda menerima press release dan undangan liputan dari PR agency. Bagaimana materi tersebut membantu peliputan Anda?
“Press release yang mengandung konteks kekinian atau berkaitan dengan isu yang sedang ramai dibicarakan.
“Misalnya, sebagai contoh, ketika salah satu perusahaan e-commerce dari Tiongkok yang sempat ramai diberitakan karena disinyalir membuat sepi pasar tekstil Tanah Abang. Namun, siaran pers perusahaan tersebut bisa diakses di website perusahaan.
“Rata-rata, saya sering mencari rilis terbaru perusahaan langsung dari website perusahaan. Atau kalau saya merasa perlu menggali lebih dalam, saya mencari fitur Contact Us dari perusahaan yang bersangkutan untuk saya hubungi sendiri.
“Press release yang kerap saya terima dari PR agency umumnya sangat bersifat ‘jualan’ atau launching suatu produk dan jasa.
“Ya, saya paham bahwa agensi PR mungkin turut serta bertanggung jawab memperkenalkan produk dan jasa dari kliennya.
“Tapi untuk siaran pers seperti itu, saya baca dan saya catat siapa pun contact person yang tertera, sedangkan isi siaran pers sebagian besar tidak akan ke mana-mana selain di inbox email. Maafkan saya, ya, dear teman-teman PR.
Baca juga: 3 Poin Penting dalam Press Release agar Diterima Wartawan
“Kedua, undangan liputan. Biasanya, saya akan tergugah untuk datang hadir bila memang topiknya relevan dengan liputan yang sedang saya kerjakan.
“Atau, siapa narasumber kunci yang akan hadir. Undangan liputan yang memaparkan suatu perusahaan terlibat dalam ekonomi sirkular, pencapaian ESG, atau memberi dampak sosial, aktif berperan mengurangi dampak perubahan iklim, atau inovasi energi terbarukan, dan meningkatkan inklusivitas ekonomi, menarik minat saya untuk hadir.”
Dari sekian banyak press release yang Anda terima, materi paling berkesan itu yang seperti apa?
“Contoh press release yang bermanfaat dan mendukung tulisan saya adalah rilis survey opini publik Centre for Strategic and International Studies dan Safer Internet Lab (SAIL) tentang disinformasi seputar Pemilu 2024.
“Saya menerima undangan peliputan dan menerima siaran pers tersebut. Saya tentu saja hadir untuk meliput pemaparan disinformasi seputar Pemilu 2024 yang dilaksanakan di kantor CSIS. Dari undangan peliputan dan siaran pers tersebut, saya olah menjadi tulisan untuk DW Indonesia.
“Materi siaran pers memuat konteks yang sangat relevan dengan semua orang di Indonesia karena menyangkut disinformasi Pemilu 2024. Materinya memuat data dan angka permasalahan yang terjadi, sekaligus rekomendasi solusi yang ditawarkan.”
Baca juga: Bagaimana Alfida Febrianna Memilih Siaran Pers untuk Diterbitkan
Apakah tips dari Anda untuk PR agency agar menulis press release yang menarik perhatian jurnalis?
“Yang pertama dan sangat krusial adalah: jangan ‘jualan’ suatu produk dan jasa. Saya sudah pasti mengabaikan press release seperti itu.
“Media massa tempat saya berkontribusi bukan tempat mengamplifikasikan produk dan jasa terbaru dari perusahaan klien PR agency. Sekali lagi, maafkan saya teman teman agensi PR.
“Kedua, berilah konteks lebih luas, baik secara nasional atau internasional. Seperti contoh siaran pers dari CSIS dan SAIL yang saya terangkan sebelumnya. Siaran persnya menjelaskan konteks secara nasional. Sekaligus memaparkan relevansinya untuk publik.
“Ketiga, kalau memang ada nuansa ‘jualan’, setidaknya coba paparkan bagaimana produk dan jasa terbaru tersebut bisa menyelesaikan masalah secara spesifik yang dekat dengan publik, namun bisa berdampak secara nasional.
Baca juga: 3 Kesalahan saat Menulis Siaran Pers, Jangan Dilakukan!
“Contohnya: bagaimana menggunakan produk dan jasa terbaru salah satu perusahaan bisa mengurangi emisi karbon.”
Wawancara dengan Leo Galuh dilakukan pada Senin, 25 Maret 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.