Menulis karya seni dan budaya bukan sekadar menggambarkan keindahan karya atau tradisi, tetapi juga menangkap makna dan pesan di baliknya.
Dalam perjalanan Tia Agnes sebagai reporter seni budaya Detik.com, setiap artikel adalah tantangan untuk menghubungkan pembaca dengan dunia seni yang kompleks dan beragam.
Agnes bergabung dengan Detik.com pada Desember 2011. Ia di antaranya pernah ditugaskan meliput di Balaikota DKI pada era Fauzi Bowo hingga Jokowi, termasuk 100 hari pertama Jokowi sebagai Gubernur DKI.
Agnes setelahnya dipindah ke detikHOT, yang kini menjadi Detik Pop. Ia dipercaya meliput dan menulis karya seni budaya, buku, pop culture, anime, manga, hingga komik Indonesia.
Perjalanan Tia Agnes Menjadi Reporter Seni Budaya
RadVoice Indonesia akan membahas pengalaman Agnes selama meliput seni budaya, dari memahami perspektif seniman hingga cara menyampaikan cerita yang relevan dan menarik.
Bagaimana cara mengubah pemahaman pribadi tentang karya seni menjadi tulisan yang dapat dipahami audiens luas?
“Karena segmentasi pembaca media online berbeda dengan koran atau majalah, saya menulis karya seni dengan bahasa yang sederhana, ringan, dan tidak bertele-tele. Tujuannya agar pesan dari karya bisa tersampaikan dengan baik.
“Contohnya, ketika meliput karya Nesar Eesar, seorang seniman asal Afghanistan yang tinggal di Indonesia.
“Dalam lukisannya, ada simbol seperti rompi pelampung oranye yang menjadi ciri khasnya. Saya menjelaskan simbol tersebut untuk mengaitkan cerita perang di Afghanistan dengan pengalaman pribadinya.”
Pernahkah Anda tidak memahami maksud sebuah karya? Apa yang Anda lakukan ketika harus menulis tentang karya seni tersebut?
“Tentu pernah. Biasanya, saya menulis karya seni dari dua sudut pandang: seniman atau kurator, serta pengunjung pameran.
“Wawancara seniman membantu menggali cerita personal, proses kreatif, atau tantangan mereka.
“Sementara itu, dari pengunjung, saya bisa mendapatkan sudut pandang baru tentang karya seni yang menarik perhatian mereka.”
Proses Agnes Menulis tentang Seni
Bagaimana proses Anda dalam menulis karya seni?
“Saya selalu memulai dengan pikiran terbuka, terutama ketika meliput seniman baru.
“Langkah awal saya adalah memahami tema atau benang merah pameran. Kemudian, saya mencari karya yang paling menarik untuk ditulis, seperti patung Petruk berwajah emas karya Butet Kartaredjasa.
“Setelah wawancara dengan seniman dan kurator, serta melihat langsung detail karyanya. Saya menulis dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami pembaca media online.
“Kalau karya yang dipamerkan cukup banyak, format listicle juga efektif, misalnya ‘7 Karya Seni Paling Menarik di Pameran….'”
Baca juga: 5 Langkah Mudah Menulis Artikel Listicle yang Disukai Pembaca
Apakah pernah menghadapi kesulitan saat memahami penjelasan seniman? Bagaimana Anda mengatasinya?
“Ini sering terjadi. Saya biasanya mendengarkan dengan saksama dan mencatat poin-poin penting. Jika perlu, saya bertanya berkali-kali hingga paham.
“Sebelum meliput, riset tentang profil seniman juga sangat membantu dalam menyusun pertanyaan yang relevan. Cara ini sangat membantu saya dalam menghasilkan tulisan yang komprehensif.”
Kesimpulan
Menulis karya seni dan budaya membutuhkan pemahaman mendalam tentang seniman, karya yang diliput, serta cara menyampaikannya kepada audiens luas.
Sebagai reporter seni dan budaya, Tia Agnes mengatasi tantangan ini dengan wawancara mendalam dan riset yang cermat.
Melalui tulisannya, ia berusaha menghubungkan pembaca dengan karya seni melalui perspektif seniman dan pengunjung. Hal ini merupakan kunci untuk menyampaikan makna mendalam.
Meskipun kesulitan sering muncul dalam memahami karya, pendekatan terbuka dan pertanyaan yang tepat membantunya menyampaikan makna seni dengan cara yang mudah dipahami.
Melalui pengalamannya, Agnes mengingatkan kita bahwa menulis tentang seni adalah tentang membangun jembatan antara dunia seni yang kompleks dan audiens yang ingin memahami lebih dalam.
Wawancara dengan Tia Agnes dilakukan pada Kamis, 28 Desember 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.