Pernahkah Anda bertanya-tanya apa bedanya copywriting vs content writing? Keduanya memang terdengar mirip, ya. Tidak heran banyak orang yang sering tertukar saat membicarakan copywriting vs content writing.
Meski sama-sama mengandung kata writing yang artinya berkaitan dengan penulisan, keduanya ternyata cukup berbeda, lho.
Kedua jenis penulisan tersebut memiliki tujuan, tugas, dan hasil yang berlainan. Berikut berbagai perbedaan copywriting dan content writing.
Apa Itu Copywriting?
Menurut halaman Hubspot, copywriting adalah elemen terpenting dalam segala bentuk pemasaran dan periklanan, yang terdiri dari kumpulan kata-kata, baik itu tulisan atau lisan, yang digunakan pemasar untuk menarik perhatian orang untuk mengambil tindakan setelah membaca atau mendengarnya.
Dapat dikatakan, copywriting adalah seperti sebuah ajakan atau call to action (CTA), namun dalam skala lebih besar. Karena itu, para copywriter melakukan banyak cara untuk mendapatkan atensi publik untuk merasakan, berpikir, merespons, atau bahkan lebih mempelajari sebuah kampanye, produk, atau wawasan yang diusung produk atau brand.
Laman Semrush juga mengatakan, copywriting lebih banyak berkaitan dengan “menjual” sesuatu kepada pembaca atau pembeli, dan banyak digunakan dalam periklanan. Namun, copywriting pun juga hadir dalam artikel blog atau newsletter, yang keduanya notabene bagian dari content writing.
Karena itu, menurut Narabahasa, copywriter haruslah terampil dalam menyederhanakan hal-hal yang rumit. Bila perlu, copywriter juga perlu lebih banyak memahami peta bisnis dan sasaran pemasaran yang lebih rinci.
Dilansir dari laman Mailchimp, hasil akhir pekerjaan copywriting biasanya tampil dalam social media berupa caption, hashtag, dan visual copy; email dan SEO copywriting dalam laman on-page SEO dan local SEO yang membantu penjelajahan informasi di mesin pencari; blog, khususnya pada CTA di awal atau akhir kalimat, bahkan bagian yang di-highlight; situs web, khususnya pada landing page, laman FAQ, serta UI/UX situs; naskah atau skrip, hingga produk itu sendiri.
Apa Itu Content Writing?
Berbeda dengan copywriting, dilansir dari laman Semrush, content writing adalah proses membuat konten berbasis teks seperti artikel blog, buku elektronik/buku digital atau e-book, dan newsletter. Idenya, untuk menulis konten yang bersifat menginformasi, mengedukasi, dan menghibur target pembaca demi meningkatkan kesempatan mereka menjadi pelanggan.
Di samping itu, content writing biasanya menggunakan SEO, cenderung memiliki konten yang membangun kredibilitas, dan menyediakan. Karya yang dihasilkan juga untuk memberikan informasi spesifik dan bertujuan untuk memasarkan produk atau brand.
Karena itu, tidak heran, content writing pun mencakup keahlian copywriting, menulis dengan prinsip SEO, menggarap konten media sosial, menulis naskah atau skrip, dan lain-lain.
“Secara umum, content writing muncul sebagai salah satu bentuk dari digital marketing.”
Masterclass.com
Lantas, apa saja cakupan pekerjaan content writer? Dilansir dari laman Masterclass.com, biasanya, content writer akan bersinggungan dengan pekerjaan-pekerjaan seperti: menulis dengan prinsip SEO; copywriting; ghostwriting; technical writing; long-form content yang menghasilkan white paper, e-book, artikel blog, dan studi kasus; email marketing; content scriptwriting; dan social media marketing.
Apa Indikator Suksesnya?
Dilansir dari berbagai sumber, terdapat beberapa indikator kesuksesan copywriting dan content writing. Mari membahasnya satu per satu.
1. Indikator Sukses Copywriting
Untuk memahami indikator kesuksesan copywriting Anda, RadVoice Indonesia akan mengambil studi kasus dalam copy di email dan web. Dilansir dari laman Copyhackers, indikator kesuksesan dimulai dari unique open rate, email click-through rate, conversion rate, dan average sales price (ASP).
Secara rinci, unique open rate adalah indikator untuk mengukur persentase pembaca membuka email setelah email tersebut dikirimkan. Sayangnya, angka persentase ini terbilang cukup rendah karena sulit diraih oleh rata-rata industri, yakni 21,33% menurut data dari MailChimp tahun 2019. Namun, angka ini bisa berbeda, tergantung industri.
Selanjutnya adalah email click-through rate adalah indikator untuk mengukur persentase pembaca yang mengakses setidaknya satu link di email tersebut. Data dari MailChimp menyebutkan, rata-rata industri hanya 2,62% yang mencapai rate tersebut.
Kemudian, conversion rate adalah indikator untuk mengukur seberapa banyak pembaca yang melakukan tindakan setelah membaca email, baik itu membeli produk, mendaftar, atau membagikan konten.
Untuk benar-benar memastikan hasil dari conversion rate dari email, maka diperlukan pengukuran lanjutan, yakni average sales price (ASP). Copyhackers mengakui, indikator ini tidak selamanya dianggap sebagai key performance indicator (KPI), namun dapat dipertimbangkan. Pasalnya, indikator ini dapat mengukur penjualan atau pendapatan dan dibagi dengan jumlah konversi yang Anda dapatkan.
2. Indikator Sukses Content Writing
Sedikit berbeda, menurut laman Semrush, indikator sukses content writing justru meliputi traffic yang organik, traffic media sosial dan engagement-nya, average time on page, generated leads, conversion, backlink, posisi SERP, bounce rate, returning visit to a blog/web, hingga pendapatan.
Secara rinci, trafik yang organik adalah indikator yang mengukur seberapa banyak pembaca menemukan laman situs Anda melalui mesin pencari. Ini berhubungan dengan seberapa banyak kata kunci (keyword) yang memiliki search volume dalam konten Anda.
Selain itu, traffic media sosial dan engagement merupakan indikator yang mengukur seberapa banyak pembaca atau pengikut tergerak untuk bereaksi dan mengomentari media sosial Anda. Indikator ini dapat Anda lihat di fitur analytics di media sosial.
Berikutnya, average time on page adalah indikator untuk memahami apakah pembaca Anda benar-benar membaca konten atau hanya skimming. Semakin lama pembaca berada di situs atau blog Anda, maka angka average time on page juga semakin tinggi. Karena itu, penting untuk mempertimbangkan format, panjang, dan struktur konten Anda.
Indikator berikutnya seperti generated leads, conversion, backlink, posisi SERP, bounce rate, returning visit to a blog/web, hingga pendapatan adalah indikator lanjutan seberapa terlibat pembaca terhadap konten Anda.
Misalnya, pembaca Anda melakukan pendaftaran di situs, membeli produk atau jasa, membagikan konten Anda di blog pembaca atau media sosial pembaca, pembaca kembali ke blog atau situs Anda, hingga Anda mendapatkan penjualan pertama.
Perbedaan Copywriting vs Content Writing
Lantas, apa perbedaan antara copywriting dan content writing?
1. Tujuan Copywriting vs Content Writing
Perbedaan copywriting vs content writing yang pertama adalah tujuannya.
Copywriting adalah seni menjual ide maupun informasi kepada orang-orang dengan konten terkait produk atau jasa dari suatu perusahaan. Copywriting bertujuan untuk menarik calon konsumen untuk membeli produk atau menggunakan layanan yang disediakan secara tertulis.
Sedangkan content writing adalah seni membuat konten yang bisa memberi informasi — mendidik atau menghibur — serta membangun kepercayaan dan minat pembaca.
Tujuan dari content writing yakni membuat tulisan yang dapat membangkitkan minat calon konsumen, sehingga mereka ingin tahu lebih jauh tentang bisnis Anda dan kembali lagi untuk menggunakan produk Anda.
2. Tugas Copywriter vs Content Writer
Perbedaan copywriter vs content writer selanjutnya terletak pada tugasnya. Dengan tujuan yang jelas berbeda, tugas copywriter vs content writer pun berbeda.
Copywriter bertugas menulis konten kreatif dan persuasif untuk berbagai media. Tugas copywriter dilansir dari Skill Academy antara lain:
- Melakukan brainstorming dan membuat konsep periklanan dan marketing campaign untuk produk atau jasa yang ditawarkan.
- Melakukan riset produk, layanan, konsumen, tren pencarian di situs web, kompetitor, dan bidang industri.
- Mempresentasikan konsep iklan kepada klien atau pemegang keputusan.
- Mengembangkan dan membuat konten yang sesuai dengan brand atau perusahaan.
- Hasil campaign sebagai bahan evaluasi dan panduan strategi copywriting selanjutnya.
- Melakukan penyuntingan dan revisi konten hingga drafnya tepat sasaran dan disesuaikan dengan identitas brand dan produk.
Sedangkan content writer bertanggung jawab mengelola situs web dan atau akun media sosial perusahaan atau klien mereka. Tugas content writer di antaranya:
- Memperbarui atau menulis artikel untuk situs secara teratur.
- Membuat artikel ramah SEO dengan menggunakan kata kunci agar mesin pencari seperti Google dapat dengan mudah menemukan website Anda. Ternyata, ada banyak manfaat SEO untuk bisnis.
- Artikel yang dihasilkan diharapkan mampu membangkitkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat.
- Mengelola konten media sosial perusahaan dan bekerja sama dengan desain grafis untuk pembuatan layout.
- Mengeksplorasi ide konten dan mengikuti tren.
3. Output Copywriting vs Content Writing
Perbedaan copywriting vs content writing selanjutnya adalah hasilnya. Meski sama-sama menulis, keduanya menghasilkan output yang berbeda.
Copywriting yang baik memadukan produk dan ideologi merek untuk menciptakan branding. Copywriting bersifat advertorial karena tujuannya adalah untuk mendorong pelanggan menggunakan produk dan/atau layanan suatu merek.
Hasil akhir dari konten yang dibuat copywriter adalah mengajak pelanggan untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Oleh sebab itu, kontennya dibuat persuasif dan mendorong audiens melakukan tindakan spesifik, seperti:
- Tagline
- Iklan sosial media
- User interface
- Brosur
- Katalog produk
- Iklan TV
- E-mail campaign
Sedangkan content writing sifatnya lebih mengedukasi, memberi informasi, dan menghibur pembaca melalui konten yang dihasilkan. Tujuan dari content writing adalah membangun hubungan yang lebih dalam dengan audiens melalui konten-konten yang unik dan berkualitas.
Biasanya, konten yang dibuat lebih panjang dan detail. Gaya penulisan content writing adalah panjang dan mendalam, serta sesuai dengan rumus 5W1H (apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana) dan menggunakan kaidah jurnalistik.
Hasil content writing biasanya diaplikasikan ke:
- Artikel website
- Media cetak
- Media sosial
- Blog
Kesimpulan
Ada tiga hal yang membedakan copywriting vs content writing, yaitu:
- Copywriting cenderung lebih singkat, padat dan jelas. Content writing memiliki jenis tulisan lebih panjang dan detail.
- Content writer bertanggung jawab atas isi website perusahaan, copywriter tidak.
- Output content writing adalah artikel atau media cetak, sedangkan hasil copywriting yakni tagline, email campaign, dan poster yang lebih singkat.
Itulah perbedaan copywriting vs content writing. Semoga penjelasan di atas dapat memberi pemahaman terhadap copywriting vs content writing, ya! Jangan tertukar lagi!