Pentingnya Informasi Faktual dalam Tulisan Moses Parlindungan Ompusunggu

Moses Parlindungan Ompusunggu membagikan pandangannya mengapa informasi faktual wajib menjadi prioritas dalam proses penulisan.

Bagi Moses Parlindungan Ompusunggu, co-founder dan direktur pelaksana Pantau Hoaks, informasi faktual yang diperoleh secara teliti wajib untuk selalu disertakan dalam tulisan-tulisannya.

Fact-checking nggak akan bisa dilepaskan dari proses penulisan, terutama tulisan nonfiksi. Salah sedikit, risiko yang ditimbulkan bisa sangat merugikan, baik bagi klien atau masyarakat secara umum,” ujar Moses.

“Estetika tulisan tidak akan bisa mempertanggungjawabkan dirinya sendiri, tanpa adanya kepastian mengenai kesahihan isi tulisan. Dengan kata lain, percuma tulisannya bagus dan enak dibaca kalau faktualitasnya nggak bisa 100% dipertanggungjawabkan,” tambahnya.

Pantau Hoaks mengedepankan peran informasi faktual dari setiap konten yang diproduksi oleh para kliennya. Organisasi yang Moses turut dirikan “berfokus menangkal bahaya manipulasi informasi di Indonesia”.

Kegiatan-kegiatan yang ia lakukan di antaranya peningkatan kapasitas literasi media dan informasi di berbagai lembaga swasta dan pemerintahan, menerbitkan konten pencarian fakta secara rutin di media sosial, hingga menerbitkan berbagai rekomendasi kebijakan kepada para klien terkait penyebaran manipulasi informasi terhadap brand atau identitas mereka.

Logo Pantau Hoaks. (Foto oleh narasumber)

“Jangan mengorbankan kepastian isi konten hanya demi memenuhi tenggat. Ini hal yang selalu kami kemukakan kepada klien yang berkegiatan di bidang campaign dan penerbitan konten,” kata Moses.

Sebelum menjalankan Pantau Hoaks, Moses bekerja sebagai jurnalis periksa fakta Agence France-Presse biro Jakarta dan jurnalis multimedia The Jakarta Post. Keseharian profesionalnya mengolah dan menyajikan informasi faktual di dua media tersebut membuatnya semakin terlatih dalam memilah antara misinformasi dan fakta.

Lalu, apa sajakah pentingnya informasi faktual dalam tulisan?

Pentingnya Informasi Faktual dalam Tulisan

Kepada RadVoice Indonesia, Moses membagikan pandangannya mengapa informasi faktual harus selalu diutamakan dalam setiap tulisan.

Sepenting apakah informasi faktual dalam setiap artikel yang para penulis hasilkan? Bagaimanakah memastikan konten kita bermuatkan fakta?

“Penting sekali bagi penulis konten nonfiksi, ya. Mungkin tidak akan terlalu relevan kalau menulis novel, cerpen, atau puisi.

“Kalau menulis konten nonfiksi seperti artikel berita, laporan tahunan lembaga, op-ed, otobiografi, buku pelajaran sekolah atau kuliah, penelitian sejarah, dan sebagainya, tentu pertanggungjawaban utamanya adalah kepada fakta dan realitas. 

Baca juga: 3 Tips Fact Check Tulisan, Kenali Sumber Berita!

“Mudahnya, jika Anda sedang menulis konten nonfiksi dan mendapati beberapa hal yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya, sebaiknya tunda dulu untuk menerbitkannya. Apalagi jika konten nonfiksi Anda menyangkut topik-topik sensitif dan berpotensi untuk dibaca oleh kelompok audiens yang besar. 

“Idiom ‘kata adalah senjata’ itu sudah terbukti dalam perjalanan sejarah: Jika kata-kata Anda merepresentasikan hal-hal yang belum pasti kebenarannya, dan sudah Anda bagikan ke banyak pihak, maka yang jadi taruhan adalah harmoni sosial dan bisa menyulut huru-hara luar biasa. 

“Untuk memastikan faktualitas konten, sebagai penulis kita juga perlu memakai dua pola pikir.

“Khusus dalam konteks kepenulisan, kita perlu memiliki keterampilan memeriksa dan mencari pembuktian atas klaim yang isinya masih contested. Ini menjadi satu hal yang lumayan sering ditanyakan kepada kami, dan dimintakan kepada kami untuk diberikan pelatihan.”

Moses saat sedang memberikan pelatihan narasi pemeriksaan fakta dalam bahasa Inggris kepada tim pengendalian konten ilegal Kementerian Komunikasi dan Informatika di tahun ini. (Foto oleh narasumber)

Apakah yang sekiranya dapat masyarakat lakukan secara mandiri dan mudah untuk mengidentifikasi misinformasi dari berbagai konten online? Bagaimanakah cara agar mempercayai informasi faktual, bukan hoaks?

“Pertama, setiap kali menggunakan media sosial, masyarakat perlu menyadari bahwa, di luar sana, ada konten yang faktual, yang berisi opini, atau yang pelintiran dan menyesatkan secara sengaja.

Baca juga: 3 Tips Mengenali Berita Hoax, Wajib Cek Domain!

“Perlu mulai dengan cara berpikir seperti itu sebelum masuk ke hal-hal teknis seperti memeriksa konten dan menelusuri bukti adanya hoaks. 

“Nah, setelah punya cara pikir ini, masyarakat perlu mengetahui red flags dari konten yang bisa jadi hoaks atau murni hasil buatan AI generatif. 

“Jika ditanya, cara agar tidak mudah percaya hoaks, saya pikir, sih, dengan membiasakan diri menerapkan dua hal tadi, ya.

“Sama seperti semua keterampilan atau kebiasaan yang kita punya, semua lahir dari pembiasaan, rutinitas, dan pengulangan. 

“Saya sendiri mungkin tidak akan berada di titik seperti sekarang ini kalau tidak bekerja selama bertahun-tahun sebagai pemeriksa fakta konten menyesatkan.

“Karena sudah terbiasa untuk skeptis, maka saya sudah otomatis skeptis saja ketika saya mengakses media sosial di luar kewajiban pekerjaan.”

Wawancara dengan Moses Parlindungan Ompusunggu dilakukan pada Rabu, 26 Juni 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.


RadVoice Indonesia dapat membantu Anda menulis dan mempublikasikan blog perusahaan Anda. Berbekal pendekatan bercerita dan standar konten yang tinggi, RadVoice Indonesia akan bekerja sama dengan Anda untuk menulis artikel yang edukatif dan membuat brand Anda semakin menonjol.

Jadwalkan konsultasi online dengan RadVoice Indonesia di sini. 100% gratis, tanpa komitmen.