Okky Arisandy Sarwono menjadi salah satu jurnalis TV yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) massal beberapa waktu lalu.
Usai delapan tahun bekerja di MNC Media, Okky harus menerima kenyataan pahit ketika seluruh kantor biro, termasuk basisnya di Surabaya, harus ditutup. Selain Okky, seluruh rekannya yang ada di Surabaya pun terpaksa dirumahkan.
Perjalanannya sejak awal sebagai reporter, presenter, produser, hingga menjadi koordinator wilayah MNC Media tentu meninggalkan kesan yang sulit dilupakan.
Lalu, apa rencana Okky usai tak lagi menjadi jurnalis TV? Bagaimana ia melihat industri media di masa depan?
RadVoice Indonesia telah berbincang dengan Okky terkait rencananya setelah tak lagi bekerja di industri tersebut. Berikut selengkapnya.
PHK Jurnalis TV Okky Arisandy Sarwono
Bukan hal mudah bagi Okky ketika pertama kali mengetahui dirinya termasuk salah satu jurnalis TV yang terdampak PHK. Rasa kecewa tentu muncul di benaknya.
“Hari-hari pertama setelah PHK dipenuhi pertanyaan: ‘Apa yang akan saya lakukan setelah ini?’” katanya.
Namun perlahan, Okky mulai belajar berdamai dengan kondisi tersebut. Ia tengah memberi ruang untuk diri sendiri dengan mencerna semua yang terjadi, sambil mulai membangun rutinitas baru.

Selain mengirim lamaran pekerjaan, Okky juga aktif membuat konten serta tulisan di media sosial sebagai refleksi untuk menjaga kewarasan diri.
“Dunia saya tidak sepenuhnya hilang, hanya ia sedang berubah bentuk,” ucap Okky.
Di tengah persaingan dunia kerja yang semakin ketat saat ini, Okky juga berencana meningkatkan keahliannya dengan mengikuti pelatihan online, memperkuat keterampilan digital, dan terus menjaga komunikasi dengan rekan-rekannya yang juga terdampak PHK.
“Tidak mudah memang menjalani fase ini, terlebih saat sudah memiliki istri dan anak. Tapi mereka menjadi api semangat bagi saya untuk bisa bangkit dan mencari peluang-peluang baru untuk kehidupan kami selanjutnya,” ungkapnya.
Rencana Setelah PHK
Di tengah kekecewaan pada industri media saat ini, Okky mengaku masih tetap ingin berkarier di bidang tersebut.
Okky mulai tertarik mengeksplorasi pendekatan yang lebih mandiri dan kreatif di dunia media yang kini mulai berevolusi.
“Membuat konten-konten di media sosial, podcast, kanal YouTube, atau bergabung dengan media independen menjadi opsi yang sangat terbuka untuk saya saat ini,” jelasnya.

Okky berharap bisa terus berkarya di dunia media maupun bidang lain yang memberi ruang bagi nilai-nilai yang selama ini ia pegang: integritas, empati, dan kebermanfaatan.
Secara pribadi, ia ingin menjadi individu yang terus bertumbuh dan tetap punya semangat berbagi, terlepas dari medium atau jalurnya.
“PHK ini bukan akhir cerita, bisa jadi justru jadi pembuka babak baru dalam kehidupan kami yang terdampak,” ucapnya.
Pelajaran Penting Sebagai Jurnalis TV
Meski tak lagi menekuni pekerjaan di industri media, Okky mengaku sangat mensyukuri pengalamannya sebagai jurnalis TV.
Ia senang bisa menyaksikan langsung berbagai kejadian penting dan menyuarakan kisah masyarakat kepada publik selama menjadi jurnalis TV.
“Interaksi dengan narasumber dari berbagai latar belakang juga memperkaya perspektif hidup saya secara luar biasa,” ucapnya.
Salah satu pengalaman yang paling diingat saat menjadi jurnalis TV adalah ketika ia harus meliput tragedi bom Surabaya pada Mei 2018. Ia saat itu masih terbilang anak baru.
Okky juga teringat saat ditugaskan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk melaporkan langsung peristiwa gempa bumi pada Juli 2018.
“Di sana, saya tidak hanya menjadi jurnalis, tapi juga saksi kemanusiaan. Bertemu orang-orang yang kehilangan segalanya, tapi tetap bisa tersenyum. Saya bersyukur pernah menjadi bagian dari itu,” tuturnya.
Tantangan Karier Jurnalis
Okky menilai, ketimpangan antara beban kerja, tekanan, dan jaminan keberlangsungan karier masih menjadi tantangan bagi para jurnalis, termasuk jurnalis TV.
Menurutnya, industri media berubah dengan cepat, tapi perlindungan terhadap jurnalis, baik secara finansial maupun emosional masih belum sejalan dengan tuntutan lapangan.
Banyak jurnalis bekerja dengan dedikasi tinggi, tapi tidak jarang harus mengorbankan kesehatan mental, waktu bersama keluarga, bahkan rasa aman dalam pekerjaannya.
“Ironisnya, kita yang biasa mewawancarai orang tentang krisis, jarang punya ruang untuk bicara tentang krisis kita sendiri,” katanya.

Okky mengatakan, masih banyak ruang untuk perbaikan terutama dalam menciptakan support system yang berkelanjutan.
Bahkan persoalan kesejahteraan para jurnalis pun masih sering diabaikan. Masih banyak jurnalis yang bekerja dalam ketidakpastian tanpa perlindungan yang layak.
“Padahal ,mereka menjadi ujung tombak penyampaian informasi di tengah masyarakat,” ucap Okky.
Di banyak ruang redaksi, lanjut Okky, pertumbuhan karier juga sering bergantung pada faktor non-profesional. Sementara kesejahteraan emosional jarang dibicarakan.
“Belum lagi soal upah yang tak selalu sebanding dengan risiko dan tekanan kerja,” katanya.
Padahal, agar bisa meliput dengan integritas dan empati, menurutnya, jurnalis juga butuh ruang aman, baik secara finansial maupun psikologis.
Kesimpulan
Terdampak PHK memang menjadi pukulan berat bagi Okky Arisandy Sarwono, namun ia memilih untuk bangkit.
Ia kini mulai menata ulang hidupnya dan membuka diri terhadap dunia media yang terus berubah.
Meski tantangan di industri media masih besar, terutama terkait perlindungan dan kesejahteraan jurnalis, Okky tetap yakin bisa berkarya di bidang tersebut.
PHK bukanlah akhir, melainkan titik balik untuk membuka babak baru dalam hidup.
Wawancara dengan Okky Arisandy Sarwono dilakukan pada Rabu, 7 Mei 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.