Eksposur media berperan penting untuk membawa hasil penelitian kepada publik, termasuk penelitian oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Mega Mardita, pranata humas BRIN sejak 2021 merupakan salah satu sosok di balik meningkatnya sorotan media terhadap berbagai penelitian di lembaga riset negara tersebut.
Mega yang memiliki latar belakang akademik kuat di bidang komunikasi sebelumnya telah bertugas selama 13 tahun di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Ia kini masih menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang komunikasi dari Universitas Indonesia. Mega sebelumnya telah meraih gelar Master of Science dalam Business/Corporate Communications dari universitas yang sama.
Dengan pengelolaan hubungan media dan strategi komunikasi yang efektif, Mega memastikan temuan riset BRIN tak hanya dikenal di kalangan akademisi, tapi juga perhatian dari publik dan media.
Eksposur Media Terhadap Riset BRIN
RadVoice Indonesia telah mewawancarai Mega terkait upayanya memperluas eksposur media terhadap hasil riset. Berikut selengkapnya.
Bagaimana BRIN menjalin hubungan dan memperluas eksposur media, khususnya mengenai hasil penelitian?
“Kami membangun relasi, baik secara personal maupun secara kelembagaan dengan media. Selain penyelenggaraan konferensi pers, BRIN juga mengadakan pertemuan dengan media setiap bulan, dengan mengadakan forum diskusi dengan satu atau dua ahli di BRIN, yang disebut dengan Media Lounge Discussion.
“Kami mengajak jurnalis untuk berdiskusi dengan scientist atau para pemangku kebijakan dengan cara yang lebih santai. BRIN juga menyediakan lounge khusus untuk kawan-kawan jurnalis di kantor kami.
“Kami juga secara berkala menginformasikan berbagai kegiatan yang ada di BRIN kepada media bukan hanya melalui siaran pers, website, dan media sosial, melainkan juga pesan personal.
“Ini adalah upaya untuk mempermudah para jurnalis untuk memperoleh informasi mengenai BRIN, misalnya mengenai hasil riset terbaru.

“Di era digital ini, BRIN juga berusaha mempermudah kerja jurnalis dengan adanya live streaming seminar-seminar terkait riset. Jurnalis juga dapat mengikuti beberapa seminar sekaligus dalam satu hari.
“Dengan begitu, jurnalis dapat mudah memperoleh informasi hasil riset walaupun berhalangan untuk hadir secara offline.
“Selain itu, BRIN juga memberikan penghargaan kepada para jurnalis dan media yang mendukung riset dan inovasi sebagai bentuk apresiasi karena media telah membantu penyebaran informasi terkait hasil riset dan pengembangan BRIN kepada masyarakat.
“Apresiasi ini berangkat dari semangat bahwa penyebarluasan informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memerlukan kolaborasi dengan rekan-rekan media.”
Bagaimana BRIN mengukur efektivitas pemberitaan media terhadap penelitian yang dilakukan?
“Melalui media monitoring. Jadi, setiap hari kami memantau pemberitaan media baik online, cetak, maupun elektronik.
“Dari data pemberitaan yang terpantau, kemudian dilakukan media analisis untuk mengkategorikan apakah berita tersebut tonasinya positif, netral, atau negatif. Analisis juga mencakup isu apa yang paling mendapat perhatian dari media, dan isu apa saja yang berkaitan dengan lembaga.
“Dari tonasi berita dan data isu tersebut, kemudian menjadi dasar bagi strategi komunikasi dan manajemen isu untuk publikasi.
Baca juga: 3 Alasan Media Monitoring Penting untuk Perusahaan Anda
“Analisis media ini diperlukan untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana respons media dan masyarakat terhadap pemberitaan BRIN.
“Media monitoring juga menjadi acuan bagi tim komunikasi publik untuk merancang topik pembahasan riset yang diperlukan dan menarik bagi masyarakat.
“Hasil media monitoring tersebut digunakan untuk menentukan langkah-langkah komunikasi strategis, juga untuk menentukan topik apa yang disukai atau dibutuhkan masyarakat.”
Apa tantangan utama dalam memperluas eksposur media dari hasil penelitian yang dilakukan BRIN?
“Sebenarnya, media punya ketertarikan yang sangat baik terhadap hasil penelitian atau hasil inovasi. Hanya saja memang saat ini terbangunnya awareness terhadap riset di masyarakat masih menjadi tantangan.
“Untuk mengatasi tantangan ini, maka sangat dibutuhkan kolaborasi dengan media dan membangun awareness media mengenai pentingnya riset bagi peradaban dan kemajuan manusia.

“Tantangannya karena memang masyarakat saat ini masih menganggap bahwa ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi itu adalah sesuatu hal yang jauh dari mereka.
“Riset masih dipandang sebagai sesuatu yang mengawang-awang, padahal sebenarnya hasil riset itu ada di sekeliling manusia dan digunakan, dikonsumsi sehari-hari.
“Awareness ini yang menjadi tantangan bagi penyebaran informasi mengenai riset.
“Inilah tantangan bagi tim komunikasi untuk dapat mengemas hasil riset menjadi informasi yang dapat diolah oleh media. Informasi tersebut tentunya harus dikaitkan dengan news value atau apa yang penting bagi masyarakat.
“Bagaimana kita bisa membumikan ilmu pengetahuan tersebut supaya masyarakat lebih bisa memahami suatu isu? Misalnya, isu tentang antariksa, tentang lingkungan, energi terbarukan, atau bioteknologi.
Baca juga: 5 Tips Menulis Artikel Sains yang Membumi
“Topik-topik tersebut sebenarnya menarik bagi media dan masyarakat asalkan mampu dikemas lebih ‘membumi’ dengan membuatnya lebih berkaitan dengan isu kehidupan sehari-hari.”
Bagaimana BRIN mengemas hasil penelitian yang penuh istilah teknis agar tetap menarik demi meningkatkan eksposur media?
“Ini juga sebenarnya tantangan bagi BRIN. Untuk itu, dalam mengemas suatu informasi tidak bisa hanya satu medium saja, perlu juga didukung dengan medium lainnya seperti infografis, gambar, atau video supaya itu menjadi menarik.
“Infografis bergambar sangat membantu dalam penyampaian informasi yang lebih ringkas, sederhana, namun mudah dipahami berbagai kalangan masyarakat.
“Istilah-istilah teknis biasanya dicarikan padanan kalimat sederhana yang dapat menjelaskan istilah tersebut.
“Kalau pun tidak ada padanannya, penjelasan mengenai istilah tersebut dapat juga ditambahkan berbagai analogi atau contoh-contoh yang ada di sekitar masyarakat.”
Apakah ada penelitian yang pernah mendapatkan eksposur media hingga berdampak pada kebijakan?
“Tugas BRIN adalah menjadi orkestrator penelitian, artinya menjadi penggerak penelitian sekaligus menyediakan wadah kolaborasi riset di Indonesia.
“Dalam hal ini, BRIN juga berfungsi sebagai provider of policy recommendation atau penyedia rekomendasi untuk kebijakan sehingga memberikan masukan kepada pemerintah di skala nasional maupun di sektoral dan regional.
“BRIN memberikan rekomendasi berdasarkan science based evidence. Rekomendasi ini menjadi bahan pertimbangan para pemangku kebijakan dalam berbagai hal, misalnya dalam perencanaan pembangunan, mitigasi dan pengelolaan bencana alam, kesehatan, pelestarian lingkungan, keberlangsungan energi, ekonomi, dan sosial budaya.

“Selain riset tentang penemuan terbaru, salah satu hasil riset BRIN yang selalu menjadi sorotan luas di media adalah dalam pemantauan hilal untuk penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
“BRIN melakukan riset pemantauan hilal berdasarkan riset bidang astronomi, yang kemudian hasil riset tersebut disampaikan kepada Kementerian Agama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam sidang isbat.
“Jika melihat dari news value, hasil riset ini mendapat sorotan dari media karena adanya faktor proximity atau kedekatan topik yang dibahas dengan masyarakat.
Baca juga: Bagaimana Menulis Media Release yang Menarik Perhatian Jurnalis?
“Riset lain yang mendapat sorotan luas dari media adalah temuan bukti kemungkinan harimau Jawa (panthera tigris sondaica) belum punah.
“Penelitian BRIN ini dipublikasi dalam jurnal internasional dan kemudian mendapatkan sorotan yang cukup baik oleh media.
“Temuan ini menjadi bahan masukan kementerian terkait untuk membuat kebijakan terkait konservasi lingkungan.”
Apa yang BRIN harapkan dari media dalam membantu mendukung riset dan inovasi di Indonesia?
“BRIN sangat mengharapkan media dapat semakin berkolaborasi dalam membangun awareness di masyarakat bahwa riset, teknologi, dan ilmu pengetahuan itu merupakan bagian dari keseharian masyarakat.
“Hal ini disebabkan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas risetnya.
“Untuk membangun kesadaran pada riset, tentunya tidak bisa dilakukan BRIN sendiri, sehingga perlu kerja sama dengan media supaya masyarakat memperoleh akses informasi mengenai hasil riset secara lebih baik.”
Kesimpulan
BRIN berusaha memperluas eksposur media terhadap hasil penelitian dengan menjalin hubungan personal maupun kelembagaan, seperti pertemuan rutin dan forum diskusi dengan jurnalis.
Mereka juga memanfaatkan berbagai platform untuk memperluas eksposur media, termasuk siaran pers, website, media sosial, dan pesan pribadi.
Dalam wawancara, Mega menekankan bahwa tantangan utama BRIN adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap riset dan inovasi, karena sering kali dipandang jauh dari kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, BRIN berupaya mengemas informasi riset dengan cara yang lebih mudah dipahami, menggunakan berbagai media seperti infografis dan video.
Wawancara dengan Mega Mardita dilakukan pada Jumat, 14 Februari 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.