Berita ekonomi syariah sering kali dianggap sulit dipahami oleh masyarakat awam.
Istilah-istilah yang berasal dari bahasa Arab dan konsep ekonomi yang berbeda dari sistem konvensional menjadi tantangan tersendiri dalam penyampaiannya.
Oleh karena itu, jurnalis memiliki peran penting dalam menyederhanakan dan menyampaikan berita ekonomi syariah agar lebih mudah dipahami serta menarik bagi berbagai kalangan.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai tantangan dan strategi dalam menyampaikan berita ekonomi syariah, RadVoice Indonesia berbincang dengan Lida Puspaningtyas, seorang jurnalis yang telah lebih dari lima tahun meliput ekonomi syariah untuk Republika.
Perkembangan Pemberitaan Ekonomi Syariah
Seiring meningkatnya perhatian masyarakat terhadap ekonomi syariah, media kini memberikan lebih banyak ruang untuk topik ini.
Lida mengungkapkan bahwa dahulu hanya sedikit media yang meliput isu ekonomi syariah, tetapi kini semakin banyak yang mengangkatnya dengan berbagai perspektif.

“Dulu, tidak banyak media yang bertanya atau meliput isu ekonomi syariah. Namun sekarang, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda, semakin banyak media yang turut mengawasi dan mengangkat isu ini,” jelasnya.
Peran pemerintah juga turut mendorong perkembangan ekonomi syariah di media. Lida menyebut bahwa saat Wakil Presiden Ma’ruf Amin menjabat, berbagai inisiatif pemerintah semakin memperkenalkan ekonomi syariah kepada masyarakat luas.
Membuat Berita Ekonomi Syariah Lebih Mudah Dipahami
Memahami Perspektif Pembaca Awam
Lida menilai bahwa istilah dalam ekonomi syariah sebenarnya lebih sederhana dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Namun, karena banyak istilah berasal dari bahasa Arab, konsepnya sering terdengar asing.
Untuk mengatasi hal ini, ia selalu menyertakan arti harfiah dari istilah teknis dalam setiap artikelnya dan menerapkan pendekatan point of view (POV) pembaca awam.
“Menulis dari sudut pandang pembaca awam sangat membantu membuat berita lebih membumi. Memang membutuhkan lebih banyak usaha dan tulisan cenderung lebih panjang, tetapi hasilnya jauh lebih efektif,” jelasnya.

Menyesuaikan Gaya Penyampaian dengan Sasaran Pembaca
Setiap kelompok pembaca memiliki perspektif dan minat yang berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan harus relevan dengan mereka.
Misalnya, berita yang ditujukan untuk keluarga muda dapat menyoroti bagaimana ekonomi syariah membantu mengelola keuangan rumah tangga. Sedangkan untuk mahasiswa, berita bisa lebih akademis namun tetap ringan.
Selain itu, jurnalis perlu memiliki ketertarikan pribadi terhadap ekonomi syariah. Semakin dalam pemahaman jurnalis, semakin mudah bagi mereka untuk menyampaikan berita dengan menarik dan meyakinkan.

“Percayalah, kalau sudah didalami, ekonomi syariah itu menyenangkan dan menenangkan. Apabila kita memahami dan meyakini ekonomi syariah sebagai solusi dari sistem kapitalis yang semrawut, maka menjelaskan sistem ini kepada orang lain pun akan terasa lebih ringan,” tambahnya.
Pendekatan ini tidak hanya membuat berita lebih relevan bagi pembaca, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri jurnalis dalam menyampaikan informasi.
Tantangan dalam Menyampaikan Berita Ekonomi Syariah
Salah satu tantangan utama dalam memberitakan ekonomi syariah adalah minimnya literasi serta resistensi sebagian masyarakat terhadap konsep syariah.
“Banyak orang Muslim sendiri yang masih memiliki resistensi terhadap istilah syariah. Sebelum membaca lebih lanjut, mereka sudah menolak konsepnya tanpa mau memahami lebih dalam,” ujar Lida.
Selain itu, rendahnya minat baca masyarakat Indonesia juga menjadi kendala. Untuk mengatasi hal ini, media perlu mengembangkan pendekatan multimedia dengan menyertakan elemen visual seperti infografis dan video agar informasi lebih mudah dicerna.
“Saat ini, attention span pembaca sangat pendek. Oleh karena itu, perusahaan media kini sangat bergantung pada pengembangan konten visual agar berita tetap menarik dan informatif,” jelasnya.

Mayoritas pembaca berita ekonomi syariah berasal dari kalangan praktisi yang mencari pembaruan informasi. Namun, ada juga pembaca awam yang tertarik untuk memahami lebih lanjut.
Lida menambahkan bahwa meskipun jumlah pembaca berita ekonomi syariah masih lebih rendah dibandingkan kanal berita lainnya, jumlahnya meningkat signifikan saat ada momentum besar, seperti pernyataan Gibran Rakabuming Raka, saat itu calon Wakil Presiden, terkait State of the Global Islamic Economy.
Ia juga melihat bahwa meskipun beberapa pembaca merasa bingung setelah membaca berita ekonomi syariah, hal ini tetap merupakan dampak positif karena dapat mendorong mereka untuk mencari informasi lebih lanjut.
“Jika tulisan saya membuat orang penasaran dan ingin mencari tahu lebih banyak, itu sudah menjadi keberhasilan tersendiri,” ujar Lida.
Kesimpulan
Berita ekonomi syariah sering dianggap sulit dipahami karena istilah Arab dan konsep yang berbeda dari ekonomi konvensional. Lida Puspaningtyas, jurnalis Republika, menekankan pentingnya peran jurnalis dalam menyederhanakan berita agar lebih menarik bagi masyarakat.
Pemberitaan ekonomi syariah kini semakin luas berkat dorongan pemerintah dan meningkatnya minat publik. Namun, tantangan seperti rendahnya literasi dan resistensi terhadap istilah syariah masih menjadi kendala.
Untuk membuat berita lebih mudah dipahami, Lida menggunakan POV pembaca awam dan menjelaskan istilah teknis secara sederhana. Selain itu, penggunaan multimedia seperti infografis dan video dinilai efektif meningkatkan keterbacaan.
Meski masih ada hambatan, meningkatnya rasa ingin tahu pembaca menjadi langkah positif dalam memperkenalkan ekonomi syariah ke masyarakat luas.
Wawancara dengan Lida Puspaningtyas dilakukan pada Kamis, 27 Februari 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.