Dr. Trie Damayanti, S.Sos., M.Si., MIPR, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran sejak 1999, menemukan adanya “keterbatasan pemahaman” akan tugas maupun fungsi profesi humas yang sebenarnya.
Menurutnya, tujuan utama profesi humas yang seharusnya diprioritaskan yakni “mengelola komunikasi untuk membangun reputasi perusahaan”.
“Humas masih banyak yang hanya dikaitkan pada aktivitas marketing, sehingga tujuan pembentukan reputasi menjadi tidak tercapai,” kata Dr. Trie.
“Pengelolaan komunikasi membutuhkan strategi dan waktu, sehingga sangat membutuhkan anggaran tersendiri.”
Sepanjang kariernya, Dr. Trie juga pernah menjadi konsultan komunikasi efektif maupun profesi humas di beberapa badan usaha milik daerah, kementerian, serta lembaga pemerintah non-kementerian.
Dr. Trie telah menyaksikan pemahaman-pemahaman soal profesi humas yang salah dan berujung kepada penerapan berbagai strategi public relations yang gagal.
Kesalahan-kesalahan Menjalankan Profesi Humas
Dr. Trie membagikan kepada RadVoice Indonesia apa sajakah kesalahan individu, perusahaan, dan struktural dalam menjalankan profesi humas.
Posisi Humas Digabung dengan Divisi Lain
“Yang paling menonjol di Indonesia adalah posisi profesi humas dalam struktur perusahaan yang tidak sama.
“Ada yang menempatkan posisi humas secara eksklusif di divisi tersendiri, tapi ada juga yang menempatkan di bawah divisi tertentu.
“Akibat dari melakukan yang kedua, humas perusahaan tidak bisa bergerak secara bebas dalam mengelola komunikasi.
“Banyak perusahaan yang memberikan beban, terutama dalam pengelolaan media sosial, tetapi tidak berikut dengan pendanaan dan sumber daya yang mumpuni. Informasi yang seharusnya disampaikan secara baik menjadi tidak baik.
“Jangankan membangun brand image, menyampaikan informasi pun tidak lengkap.
“Humas tidak lagi dilihat sebagai profesi tunggal, tapi dilihat dari aktivitas yang bertujuan untuk menunjang brand image dan reputasi sebuah perusahaan.”
Kebingungan tentang Struktur Humas di Organisasi
“Jika ingin menjadi praktisi humas yang baik untuk perusahaan atau lembaga, ia harus mengetahui struktur di mana ia bekerja.
“Tujuannya agar ia paham kepada siapa ia bertanggung jawab, serta bagaimana pekerjaan dan tanggung jawabnya.
“Tapi jangan lupakan fungsi utama humas sebagai pengelola komunikasi perusahaan maupun lembaga.
“Ia harus bisa kreatif dalam mengantisipasi keterbatasan yang dihadapi, tapi tidak juga terlalu berlebihan sehingga melampaui batas pekerjaannya.”
Praktisi Humas yang Enggan Berkembang
“Jika ingin menjadi humas yang profesional, ia harus selalu menambah ilmunya dengan aktif di asosiasi profesi dan meningkatkan kemampuannya melalui sertifikasi kompetensi yang disediakan oleh asosiasi-asosiasi profesi.
“Selalu update dengan pembaruan aktivitas humas melalui kongres-kongres maupun forum-forum PR yang banyak diselenggarakan.”
Tidak Memahami Proses Kerja Jurnalis
“Sampai saat ini, media relations adalah sebuah skill yang wajib dimiliki para pelaku profesi humas.
“Skill ini menjadi pembuka jalan untuk humas dalam mendekatkan diri kepada publik.
“Tetapi seiring dengan perkembangan media yang luar biasa, humas pun harus memiliki kemampuan seorang jurnalis.
“Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu di mana humas memasrahkan publikasi di tangan media, public relations kini harus mampu membuat berita dan konten yang sesuai dengan tata cara jurnalistik.”
Wawancara dengan Trie Damayanti dilakukan pada Jumat, 10 Mei 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.