Bagaimana Jurnalis Dapat Mencapai Work Life Balance agar Terhindar dari Burnout

Work life balance penting dicapai oleh para jurnalis guna memastikan kualitas liputan dan kehidupan pribadi tetap terjaga.

Menghadapi deadline, mewawancarai narasumber, mengembangkan ide liputan, hingga menghadiri undangan peliputan menjadi ritme keseharian yang membuat jurnalis menjadi burnout atau kelelahan.

Akibat burnout, seringnya konsep work life balance jurnalis menjadi fana.

Survei tahun 2023 oleh Center for Innovation and Sustainability in Local Media, UNC Hussman School of Journalism and Media menyebutkan, dari 500 jurnalis berita lokal Amerika Serikat, banyak yang mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut akibat burnout.

Laporan tahun 2024 dari Muck Rack tentang Keseimbangan Kehidupan dan Pekerjaan dalam Jurnalisme menemukan hal serupa: lebih dari separuh jurnalis di Amerika Serikat mempertimbangkan untuk berhenti karena burnout.

Survei tersebut melibatkan 1.800 jurnalis.

Ritme pekerjaan jurnalis yang berpacu dengan waktu sering berakibat pekerjanya menjadi burnout. (Foto oleh Freepik)

Mengenal Burnout dan Work Life Balance

Burnout mengacu kepada stres dan kelelahan berulang terhadap pekerjaan dan memengaruhi kesehatan mental dan fisik.

Untuk mengatasi ini, work-life balance membantu mengelola tuntutan pekerjaan dengan kehidupan pribadi dan hal-hal yang membuat diri bersemangat.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang baik berarti Anda merasa bahagia sekaligus produktif di tempat kerja, serta tetap memiliki waktu untuk diri sendiri dan keluarga.

Baca juga: Tantangan Baru Jurnalis: Jawaban Narasumber Berlandaskan AI

Penyebab Burnout pada Jurnalis

Sebagian besar sumber utama stres para jurnalis meliputi beban kerja, gaji, dan harapan bahwa mereka harus selalu “responsif” atau siap siaga ketika mendapatkan arahan dari redaksi.

Tidak jarang, buruh berita bekerja lebih dari waktu yang ditetapkan Undang-undang Ketenagakerjaan, yaitu 40 jam per minggu.

Namun tidak sedikit jurnalis di Indonesia bekerja dengan hanya satu hari libur setiap minggu.

Sama halnya di Amerika Serikat, menurut survei Muck Rack yang sama, hampir dua per tiga responden mengatakan mereka bekerja lebih dari 40 jam seminggu, dan 80% di antaranya mengatakan mereka bekerja di luar jam kerja reguler setidaknya seminggu sekali.

Tips untuk Membangun Work Life Balance

RadVoice Indonesia akan mengulas beberapa cara membangun work life balance, yang mungkin dapat menjadi panduan jurnalis untuk mengurangi maupun mengelola rasa lelahnya.

Pasang Batas antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi

Agenda peliputan yang padat, ditambah rapat redaksi, sering mengakibatkan lembur sebagai kompensasi untuk menyelesaikan pekerjaan.

Sebaiknya tempatkan batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk melindungi waktu dan energi Anda.

life balance
Pasang batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi salah satu upaya menciptakan work life balance. (Foto oleh Freepik)

Belajar memprioritaskan diri usai menyelesaikan kewajiban pekerjaan. Bangun kebiasaan kerja yang sehat.

Komunikasikan batasan ini kepada tim, sehingga Anda mampu mengatakan tidak pada tugas atau komitmen tambahan.

Selain itu batasi waktu rapat, sehingga Anda bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Ambil Jeda untuk Me Time atau Bertemu Orang Lain

Buat waktu khusus untuk mental Anda, seperti menghirup udara dan berjemur di pagi hari.

Anda juga dapat mengisi ulang tenaga setelah bekerja, baik dengan keheningan sendiri maupun hangout dengan orang lain di luar pekerjaan.

life balance
Buat waktu khusus untuk mental Anda, misalnya pada pagi hari dengan menghirup udara dan merasakan matahari yang masih hangat. (Foto oleh Freepik)

Di sinilah pentingnya terlibat pada kelompok pertemanan dan kegiatan di luar rutinitas.

Cari minat dan hobi yang tidak terkait dengan pekerjaan, seperti menonton ke bioskop, berolahraga, kegiatan seni, tidur, dan bermeditasi.

Kelola Napas Tiap Kali Burnout Menyerang

Ketika rasa stres itu datang dan Anda sedang tidak dapat keluar dari situasi tersebut, cobalah kelola ritme napas.

Cari Bantuan Profesional

Belajar mengenal dan jujur pada diri sendiri mengenai rasa stres Anda. Carilah bantuan profesional saat Anda tidak lagi mampu mengelolanya.

Kesimpulan

Burnout merupakan respons psikologis berupa lelah terhadap kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan. Ini akan memengaruhi kesehatan mental dan fisik Anda.

Work life balance adalah upaya menemukan cara untuk mengelola tuntutan pekerjaan dengan kehidupan pribadi dan hal-hal yang membuat diri kembali bersemangat.

Bila keseimbangan yang baik ini tercipta, maka Anda senantiasa merasa produktif di tempat kerja dan tetap memiliki waktu bagi diri sendiri.

Misalnya, dengan membuat batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, mengambil jeda untuk waktu bagi diri sendiri atau bertemu orang lain, hingga mengelola pernapasan menjadi opsi untuk mengelola rasa burnout.

Namun bila Anda sudah merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan profesional.

Apakah Anda memiliki alternatif lain untuk mencapai work life balance?

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?